18. Muslihat semata

47 5 0
                                    

     Malam yang sunyi ini, menyisakan aku dan James terduduk berdua dipojok gang dekat Mart kami bertumpu tadi. James kecil tengah tertidur, dengkurannya mengisyaratkan betapa lelah dirinya. Aku tidak bisa tidur, selelah apapun aku, aku tidak akan bisa memejamkan mataku disaat seperti ini.

Aku benar-benar tidak tahu harus kemana, aku takut. Aku tidak sanggup menelphone Uncle Je dan memberitahu semuanya padanya, ujung-ujungnya akan membuat Bibi Andin khawatir setengah mati. Namun, bagaimana dengan James? Dia masih terlalu muda untuk menghadapi hal seperti ini.

Rasanya aku ingin menangis saja. Dasar gadis lemah.

Suara riuh terdengar dari Mart sekelompok suara anak muda lelaki yang mulutnya tak puas melontarkan kalimat-kalimat jorok. Mereka keluar dan menuju kearah-ku. Tubuhku merinding. Aku takut.

Aku menahan napasku. Nihil, mereka melihat keberadaanku. Tatapan mesumnya menyelimuti tubuhku, membuat keringat dingir mengucur deras kesekujur tubuhku.

"Hai Perempuan manis, sedang apa kau malam-malam disini?" Ucap pria berbini dengan tubuh kekarnya, nampaknya dia ketua geng-nya. Tangannya berusaha meraih ubun kepalaku, namun aku berhasil menepisnya.

"Jangan ganggu kami."

Mereka melirik kearah James. Senyum miring menakutkan menghiasi wajahnya. "Jika kau tidak mau terjadi apa-apa dengan Bocah itu, ikut kami dan main dengan kami!" Lelaki itu mengelus pahaku, spontan aku menendang wajahnya.

Teriakan keluar dari mulutnya. Umpatannya membuat teman-temannya menyerbuku. Aku berusaha keras melawan, namun jumlah mereka terlalu banyak. Isakan keluar dari mulutku.

"Pergi! Kumohon! Jangan-ahk!"

Mereka berusaha merobeki pakaianku, tangan mereka terhenti saat melihat luka bagai cabikan disekujur lengan dan tubuhku. Tubuh mereka mundur satu langkah.

"Wah perempuan gila ternyata. Atau kau pencandu narkoba?! Ahaha," hina mereka tertawa keras. "Nampaknya akan lebih nikmat untuk diajak main hehe."

Pupilku mengecil, lelaki berbini itu meremas lenganku membuatku spontan berteriak dan membangunka James. James terperanjat dan berusaha menghalau lelaki itu.

"Lepaskan kalian Preman! Ukh-"

Kelompoknya meninju pipi James, membuatku meringis dan berteriak berusaha menolongnya. "Tidak! Hentikan...kumohon.."

"Huwaaa..akh! Aa..sakit.." James meringis, tubuhnya meringkuk berusaha melindungi kepalanya.

"Baik baik! Aku akan bermain denganmu.." mataku menatap wajah keji lelaki berbini itu. "Tapi tolong, lepaskan dia."

Sengiran tergambar diwajahnya, matanya mengintimidasi mengoreksi tubuhku. Lidahnya terulur seakan bernafsu pada sajian makanan. Tangannya hampir menyentuh tubuhku.

"Sedang apa kalian dengan pacarku?!" Teriakan lantang menyerbu seluruh pendengaran disana. Aku menoleh. Membelalak menyadari siapa sosok didepanku. Matanya yang nyalang, dan tubuhnya tegap dengan rambut nya yang bercahaya tersinari sinar siluet malam. Maskern itu, selalu menemani dagu-nya.

"Kh! Pacar katamu? Perempuan seperti ini kau pacari?! Menjijikkan." Ia meremas lenganku kuat-kuat, membuatku meringis kesakitan.

Erick menyeringai, "lalu kenapa kau bernafsu padanya jika bagimu dia menjijikkan?" Ia melangkah perlahan, lalu dengan sigap menonjok wajahnya hingga tersungkur kebelakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang