Episode 21

724 93 0
                                    

"Semua yang kamu butuhkan sudah siap, Afya?" tanya Mama.

"Sudah, Ma. Aku hanya perlu memasukkan beberapa alat untuk mandi dan baju lain."

Sejak jam sembilan pagi, aku dan Mama sibuk mengemas koper besarku di dalam kamar. Sedangkan Papa sibuk menonton siaran langsung pertandingan bola di televisi.

Dua menit kemudian, Mama menatap pergelangan tangan kiriku lamat-lamat. Sedangkan aku sibuk memasukkan beberapa pakaian ganti ke dalam. Sebenarnya, aku tidak tahu harus membawa apa—Elios tidak memberi tahu kami untuk membawa sesuatu. Tetapi, aku hanya bersiaga saja, lagipula agar Mama dan Papa tidak curiga bahwa putri mereka akan pergi ke dunia lain yang jauh dari kota, bahkan negara kami.

"Sejak kapan kamu memakai gelang itu, Afya? Perasaan Mama terakhir kali melihatmu memakai gelang dua tahun yang lalu, waktu kamu masih SD." Mama menunjuk gelangku, menyelidik.

Aku menelan ludah. Aduh, bagaimana ini? Apa yang harus aku jawab? Setelah berpikir keras selama beberapa detik, mulutku terbuka, refleks berkata, "Dari Elios, Ma. Katanya, ini adalah gelang yang akan menjadi penanda diriku pada orang lain jika sampai tersesat di tempat yang kami kunjungi."

Mama ber-oh sebentar, kemudian lanjut memasukkan pakaian lain ke dalam koper.

Setengah jam berlalu dengan cepat. Akhirnya, aku dan Mama sudah selesai mengemas koperku. Besok Elios akan menjemput kami di depan sekolah—menurut pesan yang ia kirimkan kepadaku melalui gelang. Aku mendapatkan pesan itu saat aku berada di dalam kamar mandi setelah mencuci tangan. Layar sentuh tiga dimensi tiba-tiba muncul dari gelangku, hampir membuatku terkejut. Tetapi, aku sedang membiasakan diri dengan situasi ini. Untunglah pesan ini muncul di tempat dan waktu yang tepat, di mana orangtuaku tidak ada.

***

"Sebaiknya sebentar malam kamu tidur lebih awal supaya besok kamu tidak telat, Afya."

Aku mengangguk, menyendokkan nasi ke dalam mulut. Kami sedang makan siang di ruang televisi karena ingin menonton film. Di meja kecil, di mana aku sedang memakan nasi goreng sekarang, sudah tersedia tiga mangkuk besar popcorn untuk menonton film nanti yang akan dimulai setengah jam lagi.

"Mamamu benar, Afya. Sebaiknya kamu cepat tidur supaya kamu bisa Papa antar lebih cepat ke sekolahmu. Besok Papa ada rapat pagi, jadi harus pergi lebih awal dari biasanya." Papa menambahkan, masih mengecek jam tangan di pergelangan tangan. Dia sudah tidak sabaran menunggu film ini. Pasalnya, film ini tayang lima bulan lagi di bioskop. Tetapi berkat Paman Rhodes—adik Mama—yang bekerja di perusahaan yang akan mengekspor film, kami bisa menontonnya di rumah.

"Memangnya film ini ceritanya apa, Ma?" tanyaku, sudah menyendokkan suapan terakhir ke dalam mulut.

"Filmnya berkisah tentang adanya enam dunia lain di galaksi Bima Sakti ini. Ada sebuah lagu ajaib yang dapat memberi seseorang sebuah keinginan, baik yang masuk akal maupun tidak. Hanya seorang putri sekaligus petarung sejati yang mengetahui lagu itu. Mereka menghapus kejahatan dari seluruh enam dunia."

Aku ber-oh sebentar, mengambil satu mangkuk popcorn di meja, kemudian beranjak duduk di sofa bersama Mama dan Papa. Lima menit lagi film itu akan mulai.

Mama dan Papa yang duduk di kiri-kananku baru menyadari saat film akan dimulai kurang dari semenit, terburu-buru mengambil mangkuk popcorn yang tersisa di atas meja. Papa menekan saklar lampu, mematikan seluruh lampu di ruang televisi. Film itu dimulai dengan opening yang cukup sering didapati di hampir semua film fantasi, membuat penonton semangat untuk menonton film.

***

Selama film berlangsung, aku sebenarnya melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan orangtuaku. Di saat scene film yang membuat penonton merinding, Mama dan Papa sudah meraih bantal yang ada di atas sofa. Film ini cukup menakutkan untuk mereka, tetapi tidak untukku. Ternyata, di saat monster di dalam film muncul dan membuat kedua orangtuaku menutup wajah dengan bantal, kekuatanku yang lainnya bangkit. Aku sempat mengangkat kedua tanganku yang masih memegang mangkuk besar berisi popcorn, kemudian mangkuk itu terlepas dari tanganku. Aku berteriak, dan tanganku refleks mengarah mangkuk itu, dan kekuatan itu bangkit.

Aku memejamkan mata selama beberapa detik karena takut jika sampai mangkuk itu jatuh ke lantai dan popcorn akan berserakan di atas karpet. Mama pasti akan memarahiku. Tetapi mangkuk itu justru mengambang sepuluh sentimeter di atas karpet, nyaris jatuh. Aku membuka kedua mataku karena heran mengapa tidak ada suara mangkuk jatuh. Kedua tanganku bercahaya, bersinar dalam gelap ruangan. Aku melihat mangkuk itu sejenak, masih terkejut akan kekuatan baruku itu. Aku mencoba mengontrol mangkuk itu di udara beberapa saat, kemudian aku memerintahkan dalam hati agar mangkuk itu kembali ke tanganku. Dua detik, mangkuk itu sudah perlahan-lahan turun, berada di kedua tanganku.

"Wah!" Aku berseru dalam hati. Senang bukan karena mangkuk popcorn-ku tidak jatuh di karpet, melainkan karena kekuatan lainku bangkit. Aku tidak sabar untuk menguji kekuatan baruku ini.

"Apa monsternya sudah hilang?" tanya Mama yang mengintip dari balik bantal. Aku mengangguk.

Mama dan Papa menghela napas lega nyaris bersamaan, menurunkan bantal, kemudian lanjut menonton film.

***

Aku sudah tidak terlalu memperhatikan film itu. Aku malah sibuk melatih kekuatan baruku itu. Di saat ada scene menyeramkan, dan orangtuaku menutup wajah mereka dengan bantal, aku membuat beberapa benda melayang sekitar satu meter di atas karpet. Dari popcorn, sampai bantal. Selama orangtuaku menutup wajah, aku melakukan itu. Tetapi, aku memutuskan berhenti setelah aku melihat jumlah scene menakutkan di film itu sudah mulai berkurang.

"Ternyata putri itu memiliki empat darah, ya!" Mama berseru riang. Mendengar itu membuatku tersedak saat memakan popcorn.

"Eh, kenapa kamu tersedak, Afya?" tanya Papa.

"Tidak apa-apa, Pa. Aku makan terlalu banyak popcorn." Aku menggaruk rambut yang tidak gatal. Papa ber-oh sebentar, kemudian lanjut menonton film. Kenapa film ini seolah menceritakan kisahku?

***
Please support me by vote and follow! {^~^}

TMA Series 1: TANAH ✔️ [SELESAI, TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang