Episode 18

663 87 0
                                    

"Jangan tenggelam dalam amarah, Afya! Kamu harus mengontrol emosimu!" Elios berseru dari langit-langit ruangan. Lani mulai mencemaskanku yang berdiri di tengah-tengah ruangan. Semua benda sudah tidak menyentuh karpet merah ruangan. Satu meter lagi akan menyentuh atap ruangan.

"Elios benar, Afya! Kontrol emosimu!" Zandar berseru.

"Percuma saja, Zandar." Elios berkata pelan. Lani dan Zandar menoleh ke Elios. "Dia tidak akan bisa mendengarkan kita. Dia sedang diselimuti kekuatannya sendiri, darah Lucia."

"APA?!" Zandar dan Lani berseru kaget.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Sebaiknya kalian berusaha agar tidak terkena benda-benda yang mengambang di sekitar kita."

Elios benar. Mereka tidak bisa melawan kekuatan cincinku yang menghilangkan gravitasi di dalam ruangan ini. Kekuatan gravitasi ini hanya akan bisa hilang jika amarahku hilang. Mereka akan membutuhkan bantuan sekarang.

"Aku rasa aku datang terlambat..."

Seseorang sudah mendobrak pintu. Orang kelima yang ditunggu-tunggu sudah datang.

"Halo, kakakku sayang. Kau sudah terlambat datang. Turunkan kami dari sini!" Elios berseru kesal pada orang yang ia panggil dengan sebutan 'kakak'.

"KAKAK?!" Lani dan Zandar berseru saking terkejutnya melihat kedatangan orang kelima itu.

"Tenanglah, Elios. Akan aku bereskan hal ini."

Orang itu perlahan-lahan berjalan menuju tengah ruangan—tempatku berdiri.

"Tu-tunggu, kenapa ia tidak terpengaruh dengan kekuatan gravitasi Afya?" tanya Lani.

Dia memegang bahuku, dan tangannya bercahaya sebentar. Kesadaranku perlahan-lahan menghilang. Lingkaran merah di dalam ruangan menghilang, dan cahaya yang keluar dari cincinku padam. Lani dan Zandar jatuh dari atas langit-langit, tetapi Elios membuat tameng cahaya tepat waktu sebelum mereka menyentuh karpet di dasar ruangan. Kemudian, mataku terpejam.

***

Sepuluh menit kemudian.

Mataku terbuka, masih mengerjap-ngerjap karena silau cahaya lampu ruangan itu. Tubuhku terasa sedikit lelah. Penglihatanku mulai kembali seperti semula.

"Dia sudah bangun!" seru Lani. Semua orang di dalam ruangan menoleh.

Aku beranjak duduk di sofa merah yang berada di sisi ruangan. Lani langsung memelukku erat. "Syukurlah kau tidak terluka."

"Kau tidak apa-apa, Afya?" Suara ramah itu terdengar dari belakangku. Aku menoleh, dan aku pun terkesiap!
***
Please support me by vote and follow! {^~^}

TMA Series 1: TANAH ✔️ [SELESAI, TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang