Episode 32

701 86 0
                                    

"Ke balik bukit itu!" teriakku, segera menarik tali nagaku. Elios dan Miss Anna segera berlari di belakangku, menjaga Lani dan Zandar.

"Kenapa bisa jadi seperti ini?!" teriak Zandar panik, mengintip dari sudut bukit.

"Aku tidak tahu!" teriakku dan Lani, serempak.

Kami sedang menjadi buronan terbaru di Tanah Kematian setelah melakukan kesalahan kecil di Penjara Kerajaan Triola.

***

"Sebaiknya kita menunggu beberapa waktu sebelum kita terbang menuju barat laut, untuk keselamatan kita semua." Elios bekata, memberi saran miliknya yang paling masuk akal.

"Siapa yang setuju dengan Elios?" tanya Miss Anna, menoleh ke belakang. Kami masih bisa melihat diri masing-masing meski dalam mode menghilang.

Aku dan Lani mengangkat tangan. "Aku rasa tidak apa-apa menunggu sedikit lebih lama, Miss. Lagi pula, itu demi kita semua."

Miss Anna mengangguk, menoleh ke Zandar. "Zandar?"

"Elios, apakah Pasukan Pohampto punya teknologi untuk melihat benda tidak terlihat? Seperti kita sekarang?" tanya Zandar serius. Dia tidak sabaran sekali.

"Tentu saja mereka memilikinya, Zandar. Dari semua dunia paralel yang ada, teknologi Dunia Cahaya adalah yang paling canggih semenjak Dunia Cahaya adalah yang kedua tertua dari Dunia Tanah. Umurnya sekitar 10 milyar, hanya berbeda 5 milyar dengan Dunia Tanah." jawab Elios datar.

"Jika Dunia Tanah adalah yang paling tua di antara semua dunia paralel, kenapa teknologinya yang tidak paling canggih?" tanya Lani penasaran, memakai logika yang ada. Dia benar, jika Dunia Tanah adalah yang tertua, kenapa teknologinya yang paling rendah dibandingkan dengan yang lain? Bukankah dengan logika melalui jumlah umur, itu tidak masuk akal?

"Aku akan bertanya kepada kalian," sahut Elios pelan. "Kalian tahu Albert Einstein, kan?"

Kami bertiga saling tatap, lalu mengangguk.

"Kalian tahu kenapa beliau bisa memenangkan Hadiah Nobel Fisika dan Medali Matteucci di tahun 1921?" tanya Elios dengan wajah tersenyum tipis, tetapi terdengar serius.

"Karena, dia pintar?" jawab Lani asal. Elios menggeleng pelan, masih tersenyum.

"Karena IQ nya di atas rata-rata? Yang tertinggi di dunia sampai saat ini?" jawabku, mengambil salah satu fakta yang ada.

Sekali lagi, Elios menggeleng.

"Itu karena usahanya dengan cara belajar terus-menerus. Seperti spons, menyerap semua pelajaran yang ada di sekitarnya. Baik pelajaran akan kehidupan, maupun pelajaran untuk masa depan.

"Dengan anugerah IQ yang tinggi, membuat beliau lebih cepat dalam belajar. Maka karena usahanya yang keras selama ini, membuatnya mampu menemukan "Hukum Efek Fotolistrik" yang terkenal di Dunia Tanah, dan dunia paralel lainnya."

"Kesimpulannya, usaha tidak akan menipu hasil. Ini juga berlaku pada teknologi dunia paralel. Alasan teknologi dunia paralel yang jauh lebih muda daripada Dunia Tanah maju adalah karena usaha keras mereka selama ribuan tahun. Berbeda dengan warga Dunia Tanah yang rakus akan kekuasaan, harta, jabatan, dan segala yang bersifat duniawi. Mereka tidak bisa berkembang karena hanya mementingkan hal-hal itu.

"Di saat kerakusan merajalela Dunia Tanah, dunia paralel lainnya sedang bekerja keras membangun peradaban yang dapat meninjau kehidupan di dunia yang sulit ini. Mereka bahkan rela mati demi kesejahteraan dan keselamatan dunia masing-masing dalam perang 10.000 tahun lalu. Merekalah yang patut menjadi teladan dalam mewujudkan hak asasi manusia—memiliki hidup yang tenang dan damai."

TMA Series 1: TANAH ✔️ [SELESAI, TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang