Episode 31

569 82 0
                                    

Segera setelah mendapatkan jawaban "gila" dari Tetua Cro, rombongan kami pun melanjutkan perjalanan. Dengan perbekalan yang dipersiapkan oleh para warga desa di Padang Pasir itu. Setelah itu, kami memutuskan untuk pergi dengan satu jalan-dengan cara mengikuti firasatku.

"Aku rasa kita harus pergi ke arah barat laut, Miss. Kira-kira, 50 kilometer lagi."

Miss Anna mengangguk, lalu berseru, "Semuanya, sebaiknya kita mempersiapkan tenaga kita sekarang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di Tanah Kematian!"

Kami semua hanya bisa memasang wajah tegang. Menurut firasatku, kami harus terbang sejauh 50 kilometer ke arah barat laut lagi. Ini sudah hampir dua hari kami melanjutkan perjalanan dari desa di Padang Pasir.

"Miss Anna! Lihat ke depan!" Teriak Lani di sampingku, menunjuk ke depan.

"Apa, La-"

Ucapan Miss Anna terhenti saat kami menatap dari kejauhan, sekelompok benda terbang berbentuk kubus dengan warna kelam terbang seribu meter di atas permukaan laut.

"Aktifkan mode menghilang, Elios!" teriak Miss Anna, memberi perintah. Elios mengangguk, menekan tombol di tangannya. Seketika, kami semua tidak terlihat. Fisik kami masih ada, tetapi kami tidak terlihat saja.

"Makhluk apa itu? Mereka setinggi manusia pria dewasa!" sahut Zandar, menatap makhluk berbadan kekar dan tinggi itu.

Mereka bertanduk dua di kedua sisi kepala mereka, mirip dengan kepala banteng besar, dan tubuh serigala berbulu cukup tebal. Bedanya, mereka bisa berdiri layaknya manusia, dengan tinggi yang tidak normal. Tubuh mereka nyaris dua setengah meter tingginya. Dengan tombak perak tajam dan runcing di tangan mereka, dan pakaian seperti di zaman Yunani kuno. Bawahan yang terlihat seperti rok, tetapi bukan rok.

"Para Pohampto," Miss Anna berkata. Suaranya terdengar cemas.

"Pohampto?" sahutku, Lani, dan Zandar. Nama makhluk macam apa itu?

"Anak buah Ratu Lucia, penjaga Tanah Kematian." jawab Elios dengan wajah tegang.

Aku menelan ludah. "Mereka penjaga Tanah Kematian? Maksudnya, penduduk lokal?"

Miss Anna mengangguk. "Mereka terpaksa menunduk pada Ratu Lucia ribuan tahun lalu karena keselamatan kaum mereka terancam. Tetapi, setelah ribuan tahun lamanya, sebagian besar dari kaum mereka mengabdi pada Ratu, menjadi anak buahnya. Dengan bekal sifat agresif akan orang luar, mereka tidak akan segan-segan membunuh seorang anak kecil dari luar Tanah Kematian.

"Sisa kaum Pohampto yang ingin membela keadilan akan hak mereka sebagai penduduk asli Tanah Kematian, harus mendekap di dalam penjara karena dinilai sebagai pembangkangan kepada Ratu. Beberapa akhirnya menyerah, dan masuk ke dalam pasukan Kerajaan Triola, tetapi yang menolak akhirnya harus dimasukkan hidup-hidup ke dalam lahar panas-salah satu hukuman terberat di Dunia Cahaya."

"Sebenarnya, mereka baik pada makhluk apapun, tidak peduli pada penampilan fisik, suku, pangkat, harta, mereka menerima semua orang." gumam Elios pelan. Ada kesedihan tersirat di wajahnya. Ada apa dengannya?

"Dan sekarang, salah satu sahabat baikku dari kaum mereka harus mendekap di sel penjara dengan keamanan tingkat tinggi. Sekali kabur dari sana, kau akan mati di tempat satu detik kemudian."

Aku akhirnya mengerti dengan perasaan Elios. Mana mungkin ada seseorang yang ingin sahabatnya menderita dan mendekap di dalam sel penjara? Itu sudah pasti orang yang tidak waras-atau akal sehatnya sudah hilang.

"Siapkan dengan baik tenaga kalian sekali lagi. Semoga kita tidak mati sebelum menyelesaikan misi ini."

Dalam hati, aku berdoa. Semoga saja hari keenam ini adalah hari di mana kami akan mendapatkan apa yang kami cari-Tanah Kematian.

Sayangnya, beberapa jam lagi, kami ternyata harus menunggu lebih lama lagi agar dapat menuntaskan misi ini agar benar-benar tuntas. Dan kami menemukan masalah yang jauh lebih besar dibanding apapun.

***
Please support me by vote and follow! {^~^}

TMA Series 1: TANAH ✔️ [SELESAI, TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang