Bukan kepalsuan

31 5 0
                                    

Seperti biasa di pagi hari, aku akan pergi ke sekolah. Setelah aku selesai sarapan dan hendak berangkat. Ibu bilang padaku bahwa ada yang akan menjemputku hari ini.
"Kamu gak usah bareng Dion lagi, Mel." Kata Ibu yang mengejutkanku.
"Maksudnya aku harus naik angkot?" Tanyaku dengan wajah cemberut.
"Ibu udah bilang ke Andra buat antar jemput kamu ke sekolah. Kan kalian juga se kelas." Kata Ibu sembari mengembalikan piring-piring ke dapur.
"Yes. Aku gak harus capek-capek lagi jadi sopirnya Amel . Pulang kampus bisa langsung main, bisa deketin cewek cakep. Makasih Ibu.. muaaahhh." Kata kakakku dengan nada mengejek.
"Gak ikhlas banget sih nganterin." Kataku dengan nada kesal.
"Bukannya gak ikhlas. Dion kan harus lebih fokus ngurus kampus. Kalo ngurusin kamu juga nanti nilai ipk nya menurun . Lagi pula kan Dion pulangnya gak pasti. " kata Ibu.
"Iya deh iya.."

Terdengar suara motor berhenti di halaman rumahku. Kemudian membunyikal bel sesekali. Aku menduga itu pasti Andra. Segera aku pamit dengan Ibu dan berjalan ke depan.
"Yuk berangkat nona.." katanya sambil sok membenahi rambutnya dengan duduk diatas motor cb nya.
Aku hanya menatapnya sambil mencibir. Lalu tanpa basa basi aku langsung naik di atas motornya. Dan kami berangkat.

Sesampainya di sekolah, aku merasa sungkan karena dari kami memasuki gerbang sampai di tempat parkir. Semua siswa Tampak menatap kami. Mungkin mereka heran karena selama ini aku tak pernah akrab bersama teman dan tiba-tiba aku semotor sama cowok. Tanpa pikir panjang setelah Andra parkir aku segera turun dari motornya karena merasa risih dipandangi orang seperti itu.
"Kau ni Kenapa sih?" Tanya Andra ke padaku.
"Emang dirimu gak risih dipandangi siswa lain kayak gitu. Ihhh."
"Santai lah." Katanya sambil mengedipkan sebelah mata ke arahku.
Kami berjalan memasuki kelas dan duduk di bangku kami. Teman-temanku di kelas pun tampak berbisik-bisik seakan sedang membicarakan kami.
"Mel, mimpi apa ya aku semalam ." Ejek Sandra sambil tertawa kecil.
"Mana ku tahu kau mimpi apa." Jawabku sewot.
"Cielahh.. bercanda kali." Kata Sandra seakan tahu kalau aku akan marah.
"Kalian berangkat bareng?" Tanya Alisia.
"Iya dong.." kata Andra dengan bangganya.
"Ibu yang nyuruh soalnya Kakak ku sibuk ngurus Kampus." Kataku, aku tak mau sampai timbul kesalah fahaman di benak Alisia.
"Oooo..." sahut Alisia.

Bel masuk pun berbunyi tanda jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Sebenarnya aku agak bosan dengan jam ini. Karena ini adalah jam pelajaran pak Kim , guru bahasa jawa. Meskipun aku lahir dari keturunan jawa tapi aku tak begitu faham dengan bahasa jawa, selain itu faktor pengajaran pak Kim yang terlalu menekan. Beliau salah satu guru killer di sekolah. Hal ini lah yang membuatku dan teman-teman sekelasku harus lebih sabar untuk menghadapinya.
"Sugeng enjing murid-murid." Sapa pak Kim.
"Sugeng Enjing pak.."
"Dina iki bapak arep menehi tugas awakmu kabeh gawe cerkak, temane lingkungan. Paling titik ana 4 lembar kertas print-prinan. Lek kurang teko kui tak jejer nek lapangan. Lek luwih soko kui tak wenehi nilai + . Sing lk gawe apik tak wenehi nilai A+. Sopo sing kabotan ndang gek kanda.!!!" Kata pak Kim.
"Yahhhh... "
"Kejam amat sih ni orang."
"Gila.."
Teman-temanku saling berbisik satu sama lainnya. Hal itu membuat pak Kim marah dan memukul meja dengan tingkat yang slalu dibawanya. Brakkkk....
"Jane bodo ngomongne opo kok rame dewe. Ndang gek digarap. Sing garap tangane ora lambene. Ra gelem garap ra gelem meneng metu kono rasah melu kelasku!!" Kata pak Kim dengan suara agak meninggi.

Seketika hening seisi kelas. Tanpa banyak bicara aku mulai mengerjakan tugas itu sebisaku. Kulihat Andra tampak Santai mengerjakannya, hanya 15 menit saja ia sudah bisa menyelesaikan cerkak sebanyak 6 lembar dan mengumpulkannya ke depan . Hal itu membuat seisi kelas gaduh.
"Itu udah beneran selesai?" Tanyaku setelah ia kembali duduk.
"Iya dong." Katanya sambil tersenyum.

Jam pelajaran usai kami segera mengumpulkan tugas dari pak Kim tanpa terkecuali. Memasuki pelajaran kedua yakni pelajaran olahraga. Kami pun berganti baju dan menuju ke lapangan basket.
"Selamat pagi Anak-anak." Sapa Pak Beni, sang guru olahraga.
"Pagi pak.." jawab kami semua.
"Hari ini, kalian akan praktik basket. Bertanding dengan kelas 12 Ips 3. Kita mulai yang cewek dulu. Bapak ambil 5 orang anak sebagai tim inti . 2 cadangan dan yang lain suporter."
"Semoga kau ikut tim inti." Kata Andra kepadaku.
"Hah.. gak mungkin lah, aku aja basket gak jago koq." Jawabku seolah yakin.
"Oke . Yang ikut tim inti Sandra, wini, Sarah, Kamelia, dan Ita. Vivi dan Alisia jadi cadangan."
Aku tersentak ketika Namaku terpilih menjadi tim inti.
"Bener kan kataku.." Andra menyenggol sikuku dan tersenyum bangga. Aku hanya memelotinya dan berdiri untuk bersiap-siap. Tak kusangka gengnya kak Gishela masuk tim inti artinya akan berhadapan langsung kepadaku. Ia tampak menatap liar ke arahku. Walau bagaimana pun aku harus tetap Bertanding . Aku tak mungkin mundur karena rasa takut.
"Kamelia.... !!!!! Fighting." Teriak kak Iqbal dari sisi lapangan . Ia memang satu kelas dengan kak Gishel yaitu kelas 12 Ips 3. Aku hanya membalas dengan senyum untuk menghargai sorakannya. Kulihat kak Gishel tampak semakin marah kepadaku . Ia menghampiriku.
"Selamat Bertanding. Dan lihat aja pembalasan gue.!" Katanya sinis sambil berlalu. Pak Beni membunyikan peluit tanda permainan dimulai. Aku bisa merebut bola dan memasukkannya ke jaring sehingga menambah poin pertama untuk tim ku. Andra dan suporter kelasku berteriak di sisi lapangan.
"Kerennnnn..... Mel... lanjut terus.. go Amel...." Teriak Andra.
Aku hanya tersenyum dan terus ku lakukan permainan ini secara maksimal. Namun kali ini bola dikuasi oleh kak Gishel . Temanku berusaha merebutnya tapi diluar dugaan kak Gishel malah melemparkannya dengan keras ke arahku. Setelah itu semua seakan gelap. Dan aku tersungkur pingsan di lapangan basket.

Ketika aku membuka mataku. Aku sudah terbaring lemah di kasur UKS disanan Kulihat Andra, Sandra, dan Kak Iqbal yang sedang menungguiku. Aku berusaha duduk dan masih kurasakan sakit di kepalaku karena benturan keras bola basket tadi. Sandra membantuku duduk. Wajah Andra dan Kak Iqbal terlihat cemas. Apakah mereka menghawatirkanku?

"Kamu gak pa pa Mel?" Tanya Andra dan kak Iqbal bersamaan. Hal itu membuatku dan Sandra terkejut dan heran. Mereka juga saling pandang.
"Masih sakit?" Tanya mereka lagi dengan bersamaan.
"Emm.. aku gak pa pa koq Ndra, Kak. Tenang aja." Kataku sembari tersenyum.
"Nanti dari rumah kamu kompres kepala kamu pakek air es ya Mel. Pasti rasa sakitnya akan hilang. " kata kak Iqbal kepadaku.
"Udah deh gak usah sok perhatian. Ini semua juga gara-gara kau kan!!" Kata Iqbal sedikit kasar dan mendorong Kak Iqbal.
"Apa. Kau ini siapa ikut campur." Kata kak Iqbal tak kalah kasar dengan mendorong gantian.
"Kamelia itu..." kata Andra kepotong.
"Hussst. Bisa diem gak sih , kalo pingin berantem sana di luar jangan disini. Yang terpenting kan Kamelia gak pa pa. Udah Kamelia biar sama aku aja. Kalian berdua keluar." Kata Sandra memotong perkataan Andra.

Mereka pun pamit keluar dari UKS. Sehingga hanya tertinggal aku dan Sandra yang berada disana.
"Kau baik-baik aja kan Mel?" Tanya Sandra.
"Fine. Tenang aja." Kataku meyakinkan.
"Eh . Tadi sewaktu kamu pingsan. Si Andra tu panik banget. Dia langsung lari Trus nggendong kamu ke UKS. Mungkin aja sih .. dia suka sama kamu." Kata Sandra.
"Ah . Enggak lah. Kita cuma akrab aja San. Dia udah aku anggap sebagai sahabatku sendiri. Jadi pantes aja kalau dia khawatir. " kataku sambil tersenyum.
"Tapi kayak beda lo Mel. Trus ya.. Kak Iqbal marah-marah sama si Gishel itu. Trus kau tau apa reaksi ghisel. Maaf Iqbal.. aku tu gak sengaja. Aku gak tau kalo ada Amel disitu soalnya aku kehalengan sama anak lain. Sumpah .. aku jijik nglihatnya. Dia tu ngrayu-ngrayu gimana gitu. " Kata Sandra sambil berusaha meniru-niru perkataan Kak Gishel.
"Haha.. Masak sih." Kataku sambil tertawa. Aku bukan menertawai kak Gishel tapi aku menertawai Sandra karena mencoba meniru Kak Gishel.
"Iya Mel. Tapi aku rasa Gishel tu sengaja banget nglempar bola ke kamu. Mungkin di Cemburu . Soalnya kan Kak Iqbal tu perhatian banget sama kamu." Kata Sandra
"Hmmm..." aku hanya tersenyum mendengar perkataan Sandra. Sebenarnya aku tahu tentang hal itu. Tapi aku mencoba mengabaikannya dan tidak memberitahunya kepada siapapun. Termasuk Andra.

-----------------------------###---------------------------

Aku tiduran di kamar sambil mengompres kepalaku dengan kain yangbku celup dengan es batu. Rasanya memang masih agak sedikit sakit tapi aku yakin pasti akan baik-baik saja. Saat aku sedang berbaring tiba-tiba saja ponselku berdering. Kulihat di layarnya Andra yang sedang menelfonku. Aku pun mengangkatnya.
"Halo. Assalamu'alaikum.." kataku.
"Wa'alaikumussalam Singa, gimana keadaanmu sekarang?" Jawab Andra.
"Baik koq. Ini udah mendingan."
"Syukurdeh. Pasti sekarang kau lagi tiduran kan di Kamar." Kata Andra.
Aku mengerutkan kening mendengar perkataannya.
"Koq tau sih?" Aku mulai bertanya.
"Tau lah. Kan aku pasang CCTV di kamarmu."
"Masa sih."
"Iya. Gak percaya . Cari aja." Katanya seperti serius.
"Hmmm ... Emang kapan kamu bisa masuk ke kamarku?"
"Gampang aja. Aku minta tolong Kak Dion."
"Ini beneran?" Tanyaku mulai penasaran.
"Hahahaha... Enggak . Bercanda doang." Kata Andra samabil tertawa.
"Dasar!?"
"Besok kan hari Minggu. Exit yukkk..." kata Andra kepadaku.
"Gak bisa. Besok aku mau latihan nyanyi."
"Kan masih sakit.."
"Besok juga udah sembuh. Khawatir amat."
"Aku cuma takut kamu pingsan lagi. Ntar ngrepotin." Katanya.
"Hemmm..."
"Yaudah kalo gitu aku Besok ikut. Titik." Katanya dengan nada sok serius.
"Ngapain sihh..."
"Pokok aku ikut."
"Yaudah deh terserah." Aku pun mengalah.
"Oke kalo gitu. Kamu istirahat gih.. night.." kata Andra mengakhiri percakapan.
"Night too.." Jawabku.

Aku menutup telfon dari Andra dengan tersenyum . Andra memang baik. Dan ia akan selalu baik. Semua itu dilakukannya karena kufikir dia benar-benar menganggapku sebagai sahabatnya. Semua kebaikannya itu benar tanpa ada kepalsuan. Itu menurutku . Kalau Kalian gak setuju . Ya itu sih terserah. Semenjak itu hubungan persahabatanku dengan Andra semakin baik dan semakin baik. Kami juga tak sungkan lagi untuk saling berbagi cerita satu sama lain. Hubungan kami bagaikan mata dan tangan. Bila tangan terluka maka mata akan menangis. Dan bila mata menangis tangan akan menghapusnya. Dan bagiku Andra adalah Matahari yang memiliki sinar yang indah . Dia slalu memancarkan sinarnya di siang hari untuk menerangi hari-hariku. Dan memantulkan cahaya di malam hari melalui sang bulan untuk mengiburku. Terimakasih Andra 💗

Tentang Aku, Dia, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang