Ujian sebagai penentuan akhir dari hasil belajar kami selama 3 tahun kini sedang ku jalani. Berbagai persiapan telah kupersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya, kini aku hanya berharap mendapat hasil yang terbaik.
Waktu tersisa satu jam lagi, namun aku sudah berhasil menyelesaikan 75% dari soal yang ada. Aku berfikir begitu keras dan sangat hati-hati dalam menjawab soalnya. Hasil memang bukan segalanya, tapi aku berusaha agar hasilku mencapai kategori maksimal demi kebahagiaan ayah dan ibuku.
Detik berganti menit, menit berganti jam, tak terasa waktu pun sudah habis. Aku segera me log out jawabanku dan berdoa sebagai akhir dari langkah yang kulakukan. Satu persatu dari kami meninggalkan ruangan.
"Soalnya lumayan ya tadi.." kata salsa yang kini berjalan disampingku.
"Haha.. Iya . alhamdulillah .., kamu bisa kan?" tanyaku
"Iya. Berharap hasilnya baik."
"Aamiin..."
Aku dan Salsa bergegas menuju halte bus di depan sekolah. Kami memang sepakat akan mengendarai bus ketika pulang sekolah. Tak lama kemudian, bus pun datang dan tanpa komando, kami bergegas menaikinya. Setelah semua penumpang telah masuk, bus pun menjalankan mesinnya meninggalkan halte.
"Kamu beneran ke Jepang setelah lulus?" tanya Salsa.
"Insya Allah. Doakan saja.." kataku sembari tersenyum.
"Yahh.. Kita gak bisa ketemu lagi dong setelah ini."
"Udah tenang aja. Setiap bulan pasti aku ngirim surat ke kamu, atau kita VC aja kalo pas rindu."
"VC. Sini Jepang kan mahal atuh.."
"Udah deh tenang aja. Pokoknya aku gak bakalan nglupain kamu sedikitpun."
"Janji lo ya.." kata Salsa sembari menyodorkan jari kelingkingnya.
"Janji." jawabku membalas sodoran jari kelingking Salsa.
Beberapa saat kemudian, bus pun sampai di halte yang tak jauh dari rumahku. Aku segera turun mendahului Salsa.
"Duluan ya.." kataku sembari mengulurkan tangan menyalami Salsa sebagai tnda perpisahan kami.
"Oke siap." kata Salsa sambil membalas uluran tanganku.
*-
Jam menunjukkan pukul 4 sore dan aku masih terbaring lemah di tempat tidur. Sejak pukul 2 siang tadi aku memang sengaja membaringkan tubuhku dan merelaksasikan otakku untuk tidur siang. Semua lelah, pusing, jenuh, dan rasa bosan hilang seketika setelah aku bangun, aku bergegas mandi dan melaksanakan sholat ashar setelahnya.
Selesai melakukan sholat Ashar, aku berjalan menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi, kunikmati acara TV di sore hari itu dengan secangkir teh hangat dan beberapa cemilan kering yang tersedia di meja, sungguh kenikmatan yang sesaat.
"Nggak belajar?" sapa Kak Dion yang sudah berada di sampingku.
"Nanti malem lagi dong, ini tu merelaksasi otak." kataku sambil terus memperhatikan acara TV.
"Dasar boros"
"Boros gimana sih?" tanyaku yang kini menoleh ke arah Kak Dion.
"Boros waktu." jawab Kak Dion sekenanya.
"Serah lu dah Kak."
Kak Dion hanya tersenyum dan pergi meninggalkanku. Kulanjutkan menikmati acara TV di sore itu hingga terdengar beduk serta suara Adzan maghrib yang bersautan. Memanggil umat Islam untuk segera melaksanakan 3 rakaat kewajibannya. Akhirnya kumatikan Televisi dan aku bergegas mengambil air wudlu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Aku, Dia, dan Takdir
Romance[SUDAH ENDING] Aku Kamelia Azzahra, wanita biasa jauh dari kata sempurna. di Surabaya tempatku tinggal, aku slalu memiliki mimpi-mimpi yang besar. aku slalu bisa mencapai impian itu, tapi aku gagal memahami perasaan sahabatku sendiri. Dia adalah sah...