Kencan Pertamaku

21 3 0
                                    

Pukul 5 pagi alarm di kamarku sudah berbunyi begitu keras. Ya mau tidak mau aku harus bangun kan..
Kalian tahu ini seperti awal yang baru di hariku karena bertambahnya usiaku dan juga pembaruan status ku. Hehe..
Diriku hendak pergi untuk mandi Namun tiba-tiba saja Ponselku berdering. Aku pun segera mengangkat nya. Kalian tau siapa yang menelfonku di pagi hari. Itu Ayahku, hahaha...
"Halo yah.."
"Halo sayang. Selamat Ulang tahun.."
"Makasih ayah. Koq ayah gak pulang sih.. Amel Udah kangen banget nih sama ayah.. kak Dion nyebelin lo yah."
"Maaf sayang. Ayah masih belum boleh pulang. Tapi hadiah ayah Udah ayah titipin ibu. Kamu beli aja yang kamu suka ya.."
"Terus ayah Kapan dong pulangnya?. Padahal aku mau kenalin seseorang sama Ayah."
"Siapa. Andra.. ayah Udah dikasih tau ibu kalau dia banyak membantumu di sekolah. Ayah akan bilang Makasih banyak sama dia kalo ayah pulang Nanti. Udah ya sayang . Ayah tutup telfonnya."
Tuuuuttt..
"Eh yah buk.." baru saja aku mau bilang bukan Andra tapi ayah sudah menutup telponnya. Mungkin sudah harus bertugas tuh si Ayah. Aku pun bergegas pergi ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.

"Selamat pagi semuanya.." Sapaku kepada ibu dan kak Dion di meja makan. Eh Ternyata Andra sudah ada disitu.
"Kenape lu?" Kata kak Dion menatapku aneh .
"Haha.. gapapa aku seneng aja hari ini."
"Ibu tau. Pasti karena kamu mengharap hadiah kan.."
"Hahahaha.. Koq ibu tau sih. Tapi bukan hanya itu sih."
"Trus apa dong?"
"Mel . Nih kado dari aku. Happy sweet seventeen Amel." Kata Andra sambil menyerahkan sebungkus kado berbentuk kotak besar.
"Apaan nih. Makasih loh ya Ndra." Kataku.
"Kenapa Kalian gak pacaran aja sih." Kata kak Dion.
"Apaan sih kak. Aku Udah punya pacar tau." Kataku.
"Eh . Masa sih." Kata kak Dion.
"Koq ibu gak tau sih. Siapa Koq gak dikenalin sama ibu. Siapa Ndra?" Kata ibuku bertanya kepada Andra.
"Iya entar aku kenalin. Tapi aku mau berangkat dulu ya. Keburu telat nih."
"Yaudah deh . Hati-hati."
"Assalamu'alaikum.." kataku sembari mencium tangan ibu dan kak Dion bergantian.
"Hati-hati." Kata ibu.

Aku naik ke motor Andra meninggalkan halaman rumahku.
"Kamu pacaran sama siapa. Koq aku gak tau." Kata Andra sambil tetap mengemudikan motornya.
"Oh iya. Kemarin malem aku dinner sama Fero Trus kita jadian. Sweet banget tau dia."
"Apa. Kamu pacaran sama si kunyuk itu." Kata Andra sambil mengerem spontan motornya.
"Aduh. Hati-hati dong Ndra. Iya. Emang kenapa sih?"
"Kamu gak ngerasa aneh atau gimana sih Mel. Dia tu baru sehari lo kenal kamu. Masa langsung nembak gitu."
"Emang kenapa. Cinta gak Butuh waktu berhari-hari Koq. Kan yang terpenting aku bahagia. Jadi kamu juga ikutan seneng dong Ndra."
"Terserah."
Beberapa menit kemudian motor Andra yang kami kendarai sampai di sekolah. Sampai di tempat parkir aku segera turun.
"Gak ke kelas?" Tanya Andra.
"Bentar. Kamu duluan aja."
"Hmmm." Andra segera berjalan meninggalkanku di tempat parkir. Kurasa dia marah atau terkejut mungkin karena memang aku gak memberi tahunya.
"Pagi sayangku.." sapa Fero tiba-tiba mengejutkanku. Sejak Kapan Fero sudah berdiri disampingku, mungkin karena pandanganku mengarah Terus ke Andra aku jadi tidak tau kalau Fero di Situ.
"Eh.  Iya.." Jawabku dengan tersenyum.
"Yuk . Ke kelas."
"Ayo.."
Saat aku berjalan bersama Fero menuju ke kelas, kak Iqbal memanggilku.
"Mel... "
"Eh . Halo Kak."
"Kemarin aku nyari kamu. Kamu kemana?" Tanya Kak Iqbal.
"Oh. Maaf kak. Aku kemarin ke pameran lukisan . Ada apa ya kak?"
"Aku mau ngasih ini. Hari ini kamu Ulang tahun kan? Selamat Ulang tahun ya Mel." Kata kak Iqbal sembari menjabat tanganku dan menyerahkan bungkusan kepadaku.
"Makasih kak. Koq repot-repot amat sih."
"Gapapa. Em . Ini siapa Mel. Biasanya kamu sama Andra Koq ini.."
"Aku Fero. Pacarnya Amel." Kata Fero menjabat tangan kak Iqbal dan membuat Kak Iqbal terperangah.
"Oh. Kamu punya pacar baru Mel. Selamat ya. Aku cuma mau ngucapin selamat Ulang taun doang Koq .  Yaudah aku ke kelas dulu Mel." Kak Iqbal pergi meninggalkan kami berdua. Kukihat raut muka Kak Iqbal berubah seketika.

Ketika kak Iqbal pergi. Kak Gishel dan gengnya menghampiri kami.
"Akhirnya loe punya pacar juga. Jadi Iqbal gak ngejar-ngejar loe lagi dan gue bisa dapetin Iqbal. Thankyou Amel. " katanya dengan wajah sinisnya itu. Ia pun berlalu juga meninggalkan kami. Aku hanya geleng-geleng kepala menghadapi sikap mereka.
"Yuk ke kelas!" Ajak Fero sambil membonceng tanganku. Aku pun mengikuti langkahnya dan berjalan beriringan bersamanya.
"Nanti pulang sekolah jalan ya sayang.." kata Fero Setelah sampai di kelasku. Aku hanya mengangguk dan melambaikan tangan ke arahnya saat ia bergegas pergi.

Di kelas Andra berubah drastis. Dia jadi dingin banget. Biasanya saat Pelajaran pun dia slalu Usil . Tapi meskipun 2 jam di kelas jam kosong ia hanya diam sambil mengenakan earphone. Aku pun merasa gak enak padanya. Kusenggol perhalan sikunya.
"Apaan sih."kata Andra.
"Kamu marah ya sama aku Ndra?"
"Enggak."
"Jangan diem gitu dong Ndra. Aku tu takut tau kalau kamu marah. Aku minta maaf deh . Kalau Emang aku salah ."
"Apaan sih. Norak tau."
"Jangan gitu dong. "
"Iya deh . Lain kali aku dikasih tau dong Mel. Aku ngerasa gak dibutuhin tau."
"Uhhh. Andra. Makasih." Kataku sambil berlagak mencium jauh Andra dengan tanganku.
"Eittttsss... Enggak gratis. Kapan-Kapan traktir."
"Yaelah.. Oke deh."

Pulang sekolah aku jalan dengan Fero. Aku tadi bilang ke Andra dan respon Andra tetap saja dingin. Biarin lah Nanti aku telfon aja dia.
"Kita kemana nih?" Tanyaku.
"Kemana aja deh Terserah kamu, ke kafe? Nonton? Ke citra raya? Ke monumen bambu runcing? Atau kemana? Bilang aja." Kata Fero yang diiringi dengan senyum super manisnya.
"Kita makan aja dulu deh. Aku laper nih.."
"Nanti kamu gendut kalau makan Terus sayang."
"Aku laper..."
"Iya deh. Kamu tu imut banget tau kalo mrengek gitu." Kata Fero sambil mencubit pipiku.
"Sakit tau.."
"Maaf deh . Oke kita ke kafe depan ya."
Mobil Fero berhenti di halaman kafe. Setelah selesai memakirkan kami turun dan bergegas duduk di kursi dalam dan memesan makanan.

Selesai makan kami melanjutkan ke bioskop. Yahh aku fikir sih dari pada ngabisin uang buat wisata hari gini lebih baik buat nonton aja. Lagi pula film nya bagus Koq. Horor .. it's my favorite film yah walau Ternyata aku tau Fero gak suka sama film Horor. Tapi dianya mau demi aku. Sweet banget kan.
Setelah satu setengah jam kami puas nonton, kami melanjutkan shoping. Sebenarnya aku gak minta tapi Fero yang nawarin. Katanya sih ini buat hadiah Ulang tahun aku. It's Oke . Aku belanja dan dia yang bayarin.
Karena kelelahan berjalan memilih belanjaan, akhirnya kami duduk santai berdua di bangku bawah pohon tak jauh dari pusat perbelanjaan.
"Capek ya.." Kataku sembari tertawa kecil.
"Enggak lah. Asal Terus sama kamu. Aku gak akan Capek." Jawab Fero.
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya.
"Oh iya sebentar. Aku punya sesuatu lagi buat kamu." Katanya
"Apaan lagi?"
Fero berjalan ke mobilnya dan mengambil sesuatu di bagasi belakang. Kulihat ada sebuah pigora besar yang ia bawa.
"Kamu suka banget kan sama lukisan ini. Jadi ini untuk kamu." Katanya sambil menyerahkan lukisan kepadaku.
"Koq kamu bisa dapetin sih Fer. Ini kan lukisan yang aku Lihat waktu di pameran."
"Apa yang gak bisa sih buat kamu." Jawabnya.
"Uhhh.. Makasih banget sayang. "
"Iya. Udah sore nih . Pulang yukk.. entar kamu dicariin lagi."
"Okelah ."

Aku Lihat jam di pergelangan tanganku memang menunjukkan Pukul 5 sore. Kami pun memutuskan untuk segera pulang. Aku juga baru ingat kalau aku belum bilang sama ibu dan kak Dion, pasti Nanti mereka mencariku.
Selang setengah jam aku sudah sampai di rumah. Aku pun segera turun dari mobil Fero dan mengucapkan Terimakasih serta sampai jumpa kepadanya.
"Makasih untuk hari ini Fer."
"Iya sayangku. Bye bye.." jawab Fero sambil melambaikan tangan. Aku pun membalasnya dengan melambaikan tanganku.
Fero sudah pergi meninggalkan rumahku. Aku segera masuk ke dalam. Ibu dan kak Dion duduk di ruang keluarga sambil sesekali menikmati camilan yang ada disana.
"Jam segini baru pulang dari mana sih?" Tanya Kak Dion.
"Em.. maaf kak . Tadi habis jalan ama Fero."
"Lain kali telfon dulu dong Mel. Tadi Andra juga sampai nyariin kamu kemana-mana tapi gak ketemu. Pergi kemana sih kamu?" Ujar ibu.
"Loh Emang kenapa Andra nyariin?"
"Soalnya ponselmu gak aktif. Dia jadi khawatir waktu ibu nanya." Kata Kak Dion.
"Oho.. maaf kak Soalnya baterainya habis." Kataku.
"Yaudah. Cepetan ganti?!" Suruh ibu.

Aku pergi ke kamarku dan berbaring diatas kasur. Benar-benar hari yang melelahkan tapi Sungguh menyenangkan. Itu adalah kencan pertamaku semenjak aku berpacaran dengan Fero. Yahh walau Sebenarnya aku pun sedikit gak enak dengan Andra, kak Dion, dan Ibu. Kulihat semenjak aku kenal dengan Fero mereka tampak khawatir. Padahal waktu aku pergi kemana pun dengan Andra ibu dan kak Dion tampak biasa. Mungkin karena mereka belum mengenal Fero lebih jauh kuharap mereka juga akan mempercayai Fero nantinya Setelah begitu lama mengenalnya. Butuh sedikit waktu untuk membuat Fero lebih dekat dengan keluargaku dan juga Andra. Sikap dingin Andra memang mebuatku gak nyaman karena dia sahabatku. Tapi pasti lama kelamaan dia bisa menerima Koq. Aku yakin suatu saat Nanti kami semua akan saling mempercayai pada Waktunya. Hanya Butuh sedikit kesabaran dan kuharap hubunganku dengan Fero juga akan berjalan lebih baik kedepannya.

Tentang Aku, Dia, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang