Kringg.....
Terdengar bel masuk tanda ujian dimulai. Hari ini adalah ujian akhir kami di kelas 11. Ujian sebagai penentu berhak naik atau tidaknya kami ke kelas 12 nanti. Jadwal ujian hari ini adalah Bahasa Indonesia, Agama, dan Pendidikan kewarganegaraan. Aku berharap bisa mengerjakannya dengan baik karena aku sudah belajar sebelumnya.Guru Pengawas ujian memasuki ruangan dan mulai membagikan kami lembar soal dan jawaban. Setelah kami berdoa, kami mulai mengerjakannya. Aku mengerjakan soal dengan santai, kulihat Andra juga tampak santai mengerjakannya. Apa yang kufikirkan. Andra memang bukanlah anak bodoh. Dia juga pasti bisa.
Beberapa temanku tampak membuat suara pelan dengan sepatunya, banyak juga dari mereka yang memanggil satu sama lain untuk mencontek dan menyocokkan jawaban. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala memperhatikan mereka. Aku berfikir bagaimanakah nasib negara ini beberapa tahun nanti kalau pemudanya sudah melakukan korupsi sejak dini. Ya.. mencontek dalah sebuah tindakan korupsi, bahkan ayahku pernah bilang : "lebih baik dapat nilai jelek karena jujur daripada dapat nilai baik karena mencontek. Sekilas memang nilai baik itu membanggakan . Tapi dari pada menyesal di hari tua nanti. Tuhan menilai manusia dari perbuatannya bukan hasil yang ia tempuh dari keburukan."
Aku tersenyum mengingat perkataan Ayahku. Aku jadi merindukannya..Empat puluh Lima menit pertama telah usai dan Guru Pengawas mengambil satu persatu jawaban dari meja kami. Kemudian dilanjutkan jadwal ujian kedua dan ketiga. Memang tak ada istirahat, kami harus mengerjakan soal ujian tiga sekaligus dengan masing-masing waktu 45 menit. Setelah itu kami bisa langsung pulang. Detik berganti menit dan menit berganti jam. Waktu mengerjakan ujian sudah usai dan kami segera keluar dari ruangan.
Aku berjalan beriringan bersama Andra menuju tempat parkir belakang sekolah.
"Gimana tadi? Bisa nggak ngerjain?" Tanyaku.
"Bisa dong. Emang aku sebodoh itu ya dimata kamu?" Kata Andra sambil mencibiriku.
"Aku cuma tanya.. gitu aja tersinggung."
"Mampir ke Alfamart ya.. beli es krim." Kata Andra
"Tumben banget kamu kepingin makan eskrim?" Kataku sembari tertawa.
"Lagi ngidam." Jawab Andra tersenyum nyinyir.
"Masa cowok ngidam. Ish."
Sampai di tempat parkir, kami menghampiri motor Andra. Ia mengambil helmku dan kali ini ia memakaikannya di kepalaku. Aku terkejut atas apa yang tak biasa dilakukan Andra.
"Aku bisa pake sendiri Ndra.." Kataku sambil berusaha memegang helm namun Andra hanya mengedipkan matanya kepadaku.
"Anggap aja ini bonus." Kata Andra tersenyum.
Aku segera naik ke motor Andra dan ia menjalankan motornya meninggalkan sekolah. Seperti kata Andra, kami Mampir di sebuah Alfamart hanya untuk membeli eskrim. Andra membiarkan motornya tetap parkir di halaman Alfamart Setelah membeli eskrim dan mengajakku berjalan menuju sebuah bangku panjang di seberang jalan untuk menghabiskan eskrim kami.
"Habis ini aku ke rumah kamu sampai belajar nanti malem ya.." kata Andra sambil menikmati eskrimnya.
"Boleh aja. Tapi kenapa jadi kepingin belajar bareng?" Tanyaku.
"Aku pingin dapet nilai rata-rata bagus."
"Oh ya. Emang apa yang buat kamu punya ambisi kayak gitu . Biasanya aja cuek sama pelajaran."
"Papa aku pingin aku nanti lulus dengan nilai baik. Biar bisa nglanjutin ke Luar Negeri."
"Ha. Serius papa kamu pingin kamu lanjut ke Luar Negeri?" Tanyaku sedikit terkejut.
"ya Seriuslah. Emang aku kelihatan bercanda gitu. Papa pingin aku gantiin beliau di perusahaan."
"Oohh. Aku faham sekarang . Jadi kayak gitu ya hidup seorang pengusaha. Ambisinya besar." Kataku sambil menyandarkan bahuku di bangku.
"Gitu deh.. Emang ayah kamu gak gitu?"
"Enggak. Ayah tu santai banget sama masalah nilai. Beliau bilang asal aku jujur dan melakukan semua sesuai prosedur. Kamu tahu kan Ndra.. ayahku sebagai prajurit TNI slalu terbiasa disiplin dalam segala hal. Kata ayah sih proses yang baik itu lebih penting dari pada hasil yang baik."
"Busseeetttt.... Ayah kamu bijak banget ya."
"Iyalah. Udah yuk pulang.."Kami bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku berganti pakaian di kamar dan Andra mengobrol di ruang keluarga bersama Kak Dion dan Kak Fahri. Kebetulan mereka hari ini nggak ke kampus. Katanya dosen gak bisa ngajar jadi mereka hanya duduk di rumah sambil bermain game.
Setelah mengganti pakaianku aku bergabung bersama mereka di ruang keluarga.
"Gimana tadi ujiannya Mel?" Tanya Kak Fahri.
"Ya.. lumayan deh." Jawabku.
"Kalian nggak makan ?" Tanya Kak Dion.
"Kita masih belum laper koq kak.. " kata Andra sambil menyenggol sikuku.
"Iya kak.. masih belum pingin makan juga." Kataku menimpali. Aku faham maksud Andra. Pasti dia masih ingin bergabung bersama mereka.
"Nanti malem nginep sini?" Tanya Andra ke Kak Fahri.
"Iya. Kenapa.. kamu pingin nginep juga. Boleh juga tidur sama aku . " kata kak Fahri tertawa kecil.
"Emang boleh?"
"Bolehlah Ndra. Toh di rumah ini juga ada cowok.." Kak Dion.
"Oke karena Kak Dion bilang boleh." Kata Andra tersenyum.------------------–--------***---------------------------
Habis sholat Isya' dan makan malam. Aku pergi ke balkon atas rumah untuk belajar bersama Andra. Balkon itu di buat oleh Ayahku, di desain begitu menawan dengan pohon-pohonan, bunga bunga yang indah dan di tambah lagi dengan lampu hias di sekelilingnya layaknya sebuah Taman. Aku dan Kak Dion terkadang belajar disana.. dengan pemandangan dan suasana yang menyejukkan, kami berharap ketika kami belajar pelajaran bisa cepat masuk ke dalam otak.
"Ni tempat bagus banget Mel.. " kata Andra sambil terus memandangi sekitar balkon.
"Kamu suka?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Takjub."
"Kalau kita belajar disini aku jamin pelajaran akan cepet masuk ke fikiran kita."
"Oh ya."
"Beneran.."
"Apakah itu bisa bertahan selamanya?"
"Mungkin.."
"Termasuk semua ingatanku tentangmu?"
"Ha. Maksud kamu?"
"Bercanda Mel. Udah yuk belajar!"
Aku tersenyum dan memulai membaca sebuah buku, begitu juga dengan Andra. Dia tampak Serius mengingat hal yang ia pelajari. Diam-diam aku memperhatikan Andra. Harus Kuakui, Andra sangat tampan, manis dan begitu baik. Mungkin hal itulah yang membuatku slalu merasakan kenyamanan ketika berada di sampingnya. Tampaknya Andra memperhatikanku. Dia berdehem dan mengedipkan sebelah matanya.
"Kenapa woy..!?" Kata Andra.
"Gapapa." Jawabku.
"Jangan bilang kamu masih belum bisa move on dari kunyuk itu."
"Emang ada alasan buat aku gak bisa move on?"
"Ya mungkin aja kamu masih cinta sama dia."
"Aku Udah menghapus ingatan tentangnya dari kehidupanku. Dan aku gak akan pernah mencintai dia lagi."
"Trus kenapa kamu pacaran sama dia dulu?"
"Ya.. Anggap aja itu khilaf belaka. Udah deh .. jangan ngomongin hal yang gak penting!!" Kataku.
Andra tersenyum sembari menatapku. Kami meneruskan belajar hingga beberapa jam Kemudian.
" Udah jam 10 nih. Kamu gak tidur?" Tanya Andra kepadaku.
Aku tersenyum dan mengalihkan pandanganku ke arah bulan yang saat ini bersinar bulat penuh.
"Kamu lihat bulan itu Ndra?" Kataku sambil menunjuk ke atas langit.
"Emang kenapa dengan bulan?" Tanya Andra dengan menatapku heran.
"Aku kadang iri dengan bulan itu Ndra. Dia bisa membuat manusia bahagia hanya dengan melihatnya. Dia begitu indah menawan.. Tuhan memang sangat sempurna menciptakannya."
"Tapi menurutku ada sesuatu yang lebih indah dari bulan itu."
"Apa?"
"Yaitu ketika aku bisa melihatmu tersenyum. Bahkan menurutku bulan yang sangat iri melihatmu tersenyum seperti itu."
Aku terdiam memandang Andra. Dan kupegang erat tangannya.
"Kamu tau hal yang menurutku paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan.. Yaitu ketika aku bisa mengenalmu, bersahabat denganmu, dan slalu tertawa bersamamu. Menurutku.. hidupku bisa berubah 180 derajat itu karena kehadiranmu. Aku belum pernah mengatakannya padamu kan..Terimakasih Ndra karena kamu menjadi sahabatku. Aku slalu bersyukur kepada Tuhan dalam setiap sujud di sholatku karena Tuhan telah mengirimmu untuk menjadi penguat dalam hidupku. Terimakasih.."
Andra tersenyum mendengarkanku.
"Emm.. Udah malam Mel. Sebaiknya kamu tidur. "
"Oke.. aku akan ke bawah dulu. Selamat malam Andra." Kataku yang dibalas anggukan senyum dari Andra.
Aku pergi turun dari balkon dan menuju ke kamarku. Aku masih tak percaya.. apakah aku tadi telah mengatakannya kepadamu. Kata-kata yang slalu berat untuk ku ungkapkan namun kini aku mengungkapkannya. Sebenarnya apa yang terjadi terhadapku... oh.. aku tak percaya ini. Tapi sungguh aku sangat lega karena aku bisa mengatakan kata-kata yang terpendam dalam hatiku. Terimakasih Tuhan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Aku, Dia, dan Takdir
Romance[SUDAH ENDING] Aku Kamelia Azzahra, wanita biasa jauh dari kata sempurna. di Surabaya tempatku tinggal, aku slalu memiliki mimpi-mimpi yang besar. aku slalu bisa mencapai impian itu, tapi aku gagal memahami perasaan sahabatku sendiri. Dia adalah sah...