Keraguan dan Keyakinan lain

26 2 0
                                    

Di sekolah, aku hanya terdiam. Bahkan saat pelajaran aku pun  hanya termenung dan melamun. Aku tak tau, dalam fikiranku aku hanya memikirkan perkataan Andra dan Fero yang tak mengabariku sama sekali kemarin.
Tiba-Tiba Andra menyenggol sikuku, ternyata Bu Ajeng. Guru bahasa jawa memperhatikanku yang terdiam melamun dari tadi dan telah memanggilku beberapa kali.
"Husst . Dipanggil bu Ajeng tuh." Kata Andra.
"Ha?" Jawabku tergeragap.
"Kamelia Azzahra.. kamu gak dengar ibu manggil kamu?"
"Eh . Maaf bu." Jawabku.
"Kamu kenapa? Kalau sakit mending ke UKS. Jangan cuma bengong." Kata bu Ajeng.
"Sebenarnya saya agak sedikit pusing bu. " Jawabku berbohong.
"Kalau begitu kamu ke UKS saja. Andra cepat Antar Kamelia ke UKS!"
"Iya bu." Jawab Andra.
Andra merangkulku dan mengantar ke UKS. Sesampainya di UKS aku berbaring di atas tempat tidur yang tersedia. Bukannya kembali ke kelas, Andra malah duduk di tepi tempat tidur.
"Kamu masih mikirin kunyuk itu?" Tanyanya sembari menatapku tajam.
"Hmm.." Jawabku.
"Kan aku udah bilang. Gak usah difikirin. Toh aku lihat dia tadi juga sekolah . Biasa aja tuh. "
Aku langsung terperanjat duduk mendengar perkataan Andra.
"Serius kamu liat dia?" Tanyaku sambil menggoyang-goyang tubuh Andra.
"Hei.. kalem aja Mbak." Kata Andra yang terkejut.
"Eh.. maaf." Kataku sambil melepaskan tanganku dari pundak Andra.
"Iya . Serius. Tadi pagi inget kan waktu aku bilang ke toilet. Nah waktu itu aku ketemu sama si kunyuk. Dia malah bercanda sama temennya di depan kelas. Udah aku bilangin kan dia tu brengsek."
"Kamu gak bohong kan Ndra?"
"Coba deh. Kamu lihat aku. Emang aku kelihatan bohong gitu."
"Koq dia gituin aku banget .." Kataku sambil ku bantingkan tubuhku di atas tempat tidur.
"Eh. Pelan nanti sakit.." kata Andra.
"Bodo.. aku pingin banget minta penjelasan dari Fero."
"Hmmm... udahlah. Kamu istirahat aja. Aku mau ke kelas, nanti aku bisa kena marah sama bu Ajeng." Kata Andra sambil pergi meninggalkanku di UKS Sendirian.

Sepergian Andra, aku hanya termenung. Tak bisa kufikirkan kenapa Fero sampai berbuat seperti itu kepadaku. Aku merasa sangat bingung dan sakit kepalaku memikirkannya. Aku pun memejamkan mataku. Berharap setelah ku bangun nanti, beban yang ada dalam benakku hilang.

*^
Aku terbangun saat kurasa ada seseorang memegang keningku.
Setelah kubuka kedua mataku, aku tau Fero telah ada disitu dan mengelus kepalaku.
"Kamu gak papa?" Tanya Fero.
Aku berusaha untuk duduk dan Fero pun bergegas membantuku. Namun kutepis tangannya dan kudorong dia dengan kuat hingga tubuhnya terdorong dari sampingku.
"Ngapain kamu kesini?" Jawabku sedikit ketus.
"Kamu kenapa, sayang?" Tanya Fero
"Kamu tu yang kenapa. Kemana aja kamu kemarin ha?"
"Jadi kamu marah hanya karena kemarin aku gak jadi nemenin kamu latihan?"
"Hanya kamu bilang. Aku tu udah setengah jam nungguin kamu. Seharian kamu juga gak ngasih kabar kan ke aku. Ponsel kamu juga gak aktif . Itu kamu bilang hanya. Kamu tau seberapa takutnya aku mikirin kamu."
"Maaf Mel. Aku kemarin jatuh di kamar mandi, Ponsel aku rusak. "
Aku memperhatikan seluruh tubuh Fero dan tak kulihat ada Luka disitu. Aku berfikir pasti Fero berbohong kepadaku.
"Ada yang Luka? Mana?"
"Emm.. Emang gak ada. Tapi aku sempat pusing kemarin soalnya kebentur."
"Kalo Emang bener. Kamu bisa kan ngabarin aku. Apa susahnya sih. Pinjem Ponsel ibu kamu kek."
"Aku pingin hubungin kamu tapi aku gak hafal nomor kamu."
"Apa? Kita udah 3 bulan lo pacaran. Masa nomor aku aja kamu gak hafal. Gak kamu catat atau gimana. Kamu tu Sebenarnya gimana sih Fer. Aku pusing mikirin kamu."
"Maaf Mel tapi Emang.."
"Udah . Aku bisa tambah sakit kalo kamu tetep disini. Sekarang cepet pergi!" Kataku dengan cepat memotong perkataan Fero.
"Mel.."
"Aku bilang pergiiiii!!!!"

Fero dengan langkah pelan pergi meninggalkanku di UKS. Setelah kepergian Fero, tak kusadari.. aku menangis. Aku berbaring ke kanan tempat tidur dan menutup kedua wajahku dengan tanganku. Sesak sekali perasaanku. Aku tak menyangka Fero akan berbuat seperti itu terhadapku. Andra membuka pintu UKS dan melihatku menangis sesenggukan. Ia langsung berlari menuju ke hadapanku.
"Kamu kenapa Mel. Apa terasa begitu sakitnya kepala kamu? Mau aku panggil Dokter ke sekolah?" Tanya Andra dengan wajah yang penuh ke khawatiran.
"Enggak.  Aku gapapa Koq. " Kataku masih berbaring.
Andra mengerutkan keningnya dan tampak heran.
"Oh.. si kunyuk itu kesini dan buat kamu nangis kayak gini." Kata Andra.
Aku hanya terdiam. Dan Andra mengepalkan kedua tangannya seakan berambisi untuk menonjok seseorang.
"Akan aku kasih pelajaran dia!" Kata Andra dengan marah.

Tentang Aku, Dia, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang