Maaf

10 4 2
                                    

Beberapa bulan telah berlalu. Setiap harinya aku menjalani hari-hari suramku dengan aktivitas yang itu-itu saja. Pergi ke sekolah sendiri, setelah itu langsung mampir ke kursus les pelajaran UN, pulang sebentar dan lanjut lagi les bahasa Jepang. Ketika malam ku lalui malamku dengan belajar dan belajar. Aku sebenarnya perlu merelaksasi otakku sendiri dengan kegiatan yang lebih menyenangkan, namun apalah dayaku semenjak perasaanku memutuskan untuk membenci Andra, Duniaku berubah 180°, gelap, suram. Tak dapat lagi kutemukan cahaya yang masuk di celah hidupku. Hatiku retak dan tak bisa tersusun lagi kala penghianatan besar yang Andra lakukan padaku. Aku slalu menjauh dan terus menjauh dari Andra. Dia memang berulang kali meminta penjelasan dariku, namun sedikit pun aku tak memberi kesempatakan padaku sendiri untuk berbicara empat mata dengannya. Begitu besar rasa benciku mengalahkan rasa sayangku yang pernah ada untuknya. 10.000 pesan Whatsapp nya bahkan tak satupun yang ku buka di ponselku. Aku berganti ponsel baru, dan ku simpan ponsel lamaku bersama kenangan Andra disana. Sahabat, menurutku itu sudah langka. Semua basi dan sudah kubuang jauh dari fikirku.

Aku berjalan santai menuju ruang makan. Disana sudah duduk ibu, Ayah, dan Kak Dion. Mereka menikmati sarapan Sambil sesekali mengobrol.
"Pagi semua.." sapaku dengan tersenyum. Aku duduk di samping kak Dion, sementara ibu segera mengambilkanku beberapa potong roti dan susu yang masih hangat.
"Pagi sayang.." jawab Ayahku dengan ramah. Beliau memang sudah beberapa hari ini di rumah, aku senang karena lama tak pernah sarapan dengan Ayahku.
"Yah. Nanti anter aku ke sekolah ya.."
"Loh kenapa, Kamu gak barengan sama Andra?" Tanya Ayahku dengan kening yang berkerut.
"Udah beberapa bulan ini semenjak kelas 12 Udah nggak pernah bareng dia sama Andra. Andranya juga jarang kesini. " kata ibuku.
"Kalian berantem?" Tanya Ayahku dengan menatap curiga ke arahku. Agak menakutkan sebenarnya di tatap Ayah seperti itu. Bagaimana tidak, muka-muka tegas seorang Anggota TNI kalau menatap seseorang bagaikan ingin memangsa musuh.
"Enggak Yah, Andra sekarang ketua Osis. Jadi kesibukannya meningkat. Banyak progam di sekolah. Dia juga harus ngejar target buat belajar lebih giat. Jadi aku gak bisa bareng dia terus." Kataku beralasan, aku tak ingin bercerita apa pun tentang masalahku kepada keluargaku.
"Oh Begitu.. bagus deh. Anak ayah jadi lebih dewasa dan pengertian sekarang." Jawab Ayahku akhirnya, aku hanya tersenyum kecil. Selesai sarapan aku berpamitan kepada ibu dan Kak Dion untuk pergi berangkat sekolah, Ayahku mengambil kunci mobilnya dan mengantarku ke sekolah.
*-

Di sekolah, aku berusaha enjoy untuk memperhatikan setiap pelajaran yang disampaikan guru. Walau aku harus berpura-pura melakukan semua itu karena rasa tak nyamanku yang terus ditatap Andra. Pelajaran pertama sampai ke empat Selesai. Istirahat pun tiba, tanpa basa-basi aku menarik lengan Salsa untuk mengajaknya ke Kantin.
"Amel tunggu Mel... !!!" Teriak Andra mengejarku dari belakang.
Aku mempercepat langkahku Sambil menarik tangan Salsa.
"Mel. Lebih baik kamu ngomong terus terang sama Andra, kamu jangan lari terus gini." Kata Salsa Sambil terus mengikuti langkahku yang semakin cepat.
"Amelllllll.... !!!!" Teriak Andra yang kini tampak berlari. Aku memutuskan untuk berhenti dan kali ini aku ingin benar-benar berbicara dengan Andra.

Dengan nafas memburu, Andra telah berada di depanku sekarang.
"Mel. Tolong dong jelasin ke aku. Kenapa kamu terus menghindar, chat aku satupun gak ada yang kamu bales. Jangan menyiksaku kayak gini Mel. Aku mohon.." kata Andra dengan nafas yang masih tersenggal-senggal.
"Kamu ingin tahu?" Tanyaku dengan nada sangat ketus.
"Iya Mel. Kenapa?"
"Aku benci sama kamu Ndra. Kamu Udah menghianati aku."
"Penghianatan seperti apa yang telah ku lakukan Mel?"
"Kamu pernah berjanji untuk menjadi sahabatku . Dan aku pernah bilang kalau aku nggak akan pernah bisa mencintai sahabatku sendiri. Tapi apa yang kamu lakukan ha.. kamu mengingkari semua janji kamu. Jadi ini alasan kamu menolak hampir semua wanita yang menyatakan cintanya ke kamu. Dan bahkan Salsa. Kamu nggak tahu betapa Salsa Udah berusaha yang terbaik untuk memberi kamu kejutan. Kamu egois Ndra. Kamu Jahat." Kataku dengan Nada berapi-api.
"Oh.. ini. Kamu sudah tahu. Maaf Mel, aku memang bukan Sahabat yang baik. Aku bahkan tak pernah menganggap hubungan kita hanya sebatas Sahabat. Aku nggak suka, tapi aku juga nggak ingin Melangkah lebih jauh karena aku merasa belum siap untuk jujur tentang perasaanku. Asal kamu tahu Mel. Aku nggak se egois yang kamu kira, bagaimana kamu fikir aku bisa menerima semua cinta yang di Berikan orang lain tetapi Hatiku menolaknya. Hatiku sudah menemukan kenyamanannya Mel. Aku gak akan pernah bisa memaksa kamu untuk membalas semua perasaanku. Iya, aku memang mencintaimu. Dan aku tahu cintaku bertepuk sebelah tangan. Namun maaf aku belum bisa mengakhirinya, aku tahu kamu sekarang pasti merasa dihianati. Aku terima semua itu Mel. Aku memang pengecut yang membuatmu terluka atas perasaanku. Maafkan aku.." kata Andra dengan nada lemah, Selesai menjelaskan semua itu Andra pergi meninggalkanku dengan wajah yang Begitu muram. Air mataku tumpah dan tak dapat lagi aku membendungnya. Aku memeluk Salsa Begitu erat Sambil menangis sesenggukan. Salsa membawaku ke UKS dengan membiarkanku terus memeluknya.

Sesampainya di UKS, aku berbaring lemah Sambil sesekali menghapus air mataku. Salsa yang memperhatikanku mengelus rambutku dengan lembut.
"Mel. Apa kamu gak bisa memaafkan Andra, apa kamu sebegitu membencinya hanya karena Andra mencintaimu?" Kata Salsa dengan pelan. Aku hanya terdiam tak menanggapi perkataan Salsa.
"Maafkan aku Mel yang menghancurkan semuanya. Persahabatan kalian.. aku memang jahat Mel. " kata salsa lagi.
"Kamu Enggak salah sal. Justru aku berterimakasih sama kamu, berkat kamu semuanya terungkap. Kamu nggak jahat. " Kataku Sambil memegang tangan Salsa.
"Yaudah . Kamu istirahat dulu, Nanti aku izinin ke guru. Sekarang aku ke kelas dulu ya." Kata Salsa sembari berjalan meninggalkanku.
*-

Sejak pulang sekolah, aku hanya terbaring di kamar tidur. Hari ini tak ada jadwal les, jadi aku lebih leluasa lagi. Aku bahkan belum makan siang.
Aku tak mengatakan apa pun kepada Ayah dan ibu. Aku hanya beralasan kalau aku Agak pusing karena banyak tugas di sekolah. Begitu pilu rasanya Hatiku, apakah sebenarnya aku yang terlalu egois. Aku tak pernah membiarkan Andra mengatakan sejujurnya denganku. Aku sadar, aku seperti hanya memperbudak Andra selama ini. Aku memaksa Andra menuruti semua keinginanku tanpa peduli apakah Andra merasa nyaman atau tidak dengan permintaanku. Maafkan aku Andra, mungkin aku yang lebih menyakitimu. Aku bukanlah Sahabat yang baik. Aku tak pantas berada di sisimu. Bahkan kau sebenarnya tak boleh mencintaiku, wanita kasar yang egois. Aku berjanji, aku akan berusaha keras belajar agar aku bisa pergi ke Jepang. Aku akan pergi jauh dari sisimu. Aku berharap dengan kepergianku, kau menjadi bahagia dan bahkan bisa melupakanku. Bolehkah aku jujur Andra, kau adalah satu-satunya lelaki yang selama ini bisa membuatku tertawa Begitu keras, bahagia tanpa alasan, dan bahkan merasa menjadi lebih menikmati hidup. Terimakasih atas semuanya Andra..
*-

Pukul 22.00 WIB, aku masih berkutik pada buku tebalku. Ujian Nasional memang tinggal 1 Minggu lagi. Aku ingin mendapatkan nilai maksimal agar aku memiliki banyak peluang untuk pergi ke Jepang.
"Loh Nak, belum tidur?" Kata Ayahku yang tiba-tiba masuk ke kamarku.
"Belum Yah. Masih nanggung nih.." kataku Sambil terus membaca buku.
"Cepetan tidur gih, jangan larut-larut. Kalau belajar.." kata Ayahku.
"Iya bentar lagi aku tidur yah.."
"Kamu Udah salat to Nduk?"
"Sudah yah."
"Oke. 15 menit lagi terus tidur, kalau belum Ayah buang buku kamu Nanti." Kata Ayahku dengan nada tegas.
"Siap Yah.." jawabku sembari tersenyum.
Aku melanjutkan belajar dan setelah 15 menit sesuai janjiku dengan Ayah, aku segera melelapkan mataku, membenamkan semua sakit dan pedih yang kurasa. Berharap baik di esok harinya.
*-

Tentang Aku, Dia, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang