Matahari sudah menampakkan diri dan sudah menyinari dunia. Tetapi, sinar matahari yang sangat terik sekalipun tidak membangunkan seorang Elvan. Jelas saja, tirai jendelanya yang masih tertutup rapat menghalangi sinar matahari yang ingin masuk. Disana, dikasurnya, Elvan masih sangat amat betah menikmati mimpinya. Terlebih lagi hari ini adalah hari Sabtu, hari dimana universitasnya meliburkan semua kegiatan perkuliahan. Tentu, Elvan sudah membuat rencana untuk bangun siang di hari liburnya.
Sayangnya, rencana bangun siangnya harus ditunda dulu. Suara dering teleponnya mulai mengusik tidur Elvan. Awalnya Elvan memilih untuk mengabaikannya, namun ternyata yang menelepon sangat gigih, mau tak mau Elvan membuka matanya dan meraih ponselnya yang ia letakkan di meja samping tempat tidurnya.
"Halo?"
"Bangun! Kebiasaan mentang-mentang libur bangun siang."
Seketika mata Elvan yang tadi masih setengah terbuka, kini sudah terbuka semuanya ketika tau siapa yang menelepon.
Elvan menyengir bodoh, "Hehe.. Bunda tau aja."
"Kamu tuh harus bersihin kost tiap libur, jangan molor aja kerjanya."
"Kan capek, Bun. Mau istirahat."
"Ngomongnya capek, padahal mah nanti siang juga kamu mau keluar kan, main sama Jey dan Fariel. Pasti."
Lagi, Elvan menyengir bodoh. Bundanya itu tau segalanya. Walaupun mereka tidak berada di kota yang sama, tapi Bundanya selalu tau apa rencana Elvan.
"Sebelum pergi, bersihin kostnya dulu. Besok Bunda mau datang."
Dan sambungan langsung diakhiri oleh Bunda sebelum Elvan sempat menanggapi pernyataan Bundanya tadi.
Elvan menghela nafasnya, ia melihat ke sekeliling kost-annya. Ya, memang sangat berantakan. Elvan terlalu malas mau membersihkan kost. Jadwal kuliah dari senin sampai jumat yang sangat padat sampai sore, belum lagi malamnya Elvan harus mengerjakan tugas dan membaca materi untuk perkuliahan besoknya. Dan terlebih karena Elvan kemarin menjadi panitia ospek, waktunya semakin tersita, bahkan liburan selama 2 bulan, Elvan tidak bisa pulang karena harus mengurus persiapan ospek.
Malas-malas gini, tapi Elvan anak yang penurut. Maka, ia pun langsung berdiri dan mengambil sapu, berniat membersihkan kost-nya sesuai perintah dari sang Bunda.
ΨΨΨ
"Apa sih, kenapa kalian semua ke rumah gue." Keluh Jeyka begitu ia melihat wajah kedua sahabatnya di depan pintu rumahnya. Jeyka memutar bola matanya malas, namun tetap mempersilahkan masuk Elvan dan Fariel.
"Nayla mana, Jey?" Tanya Fariel dengan semangat.
"Pergi sama Beby dan Reya."
Mendengar nama Reya disebut, raut wajah Elvan langsung berubah. Entahlah. Elvan terkadang juga bingung dengan dirinya saat ini. Hanya dengan kata 'melindungi' yang keluar dari bibir gadis itu saja sudah mampu membuat Elvan tak karuan begini. Tapi, jelasnya bukan tanpa alasan mengapa Elvan merasa seberdebar seperti ini hanya karena ia tahu kalau ia sudah melindungi seorang cewek. Ini berkaitan dengan masa lalunya yang selama ini berusaha ia hindari.
Elvan membuka aplikasi Line dari ponselnya, dan membuka chat room nya bersama Fariel. Beberapa hari yang lalu Fariel mengirimkan kontak Reya kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Kating | KTH
FanfictionElvan Adhyastha, mahasiswa Psikologi tingkat 3 yang memiliki trauma untuk berhubungan dengan lawan jenisnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman berpacaran, sialnya sudah harus mengalami trauma. Namun, hidupnya perlahan berubah semenjak ia selalu b...