"Arga!"
Arga menolehkan kepalanya ke asal suara. Dengan senyum yang mengembang ia menghampiri orang yang barusan memanggilnya. Ia membuka lebar kedua tangannya dan memeluk singkat orang tersebut.
"Aku nungguin dari tadi. Kok agak telat?" Tanya Arga dengan lembut. Senyumnya masih mengembang.
"Aku ke salon dulu," Orang itu tersenyum malu, "kakak kamu mana?"
"Ohiya, tunggu di sini ya. Aku panggil kakak aku dulu."
Kepala Arga menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok kakaknya yang belum juga terlihat. Ia benar-benar harus menemukan kakaknya saat ini. Ia sudah janji bahwa ia akan memperkenalkan pacarnya hari ini.
Arga terus melangkah di antara kerumunan tamu. Ia dapat melihat Beby dan Nayla disana, tetapi ia tidak melihat kakaknya.
Dengan mulut yang komat-kamit karena kesal ia terus mencari. Yang Arga temukan justru malah Mamanya. Ia menghampiri Mamanya yang sedang berbincang dengan saudara-saudaranya.
"Ma, kakak mana sih?"
Mama Arga menoleh dan mengucapkan kata 'sebentar' kepada saudaranya. "Kenapa, Ga?"
"Kakak. Kakak mana?"
"Terakhir kali Mama lihat sih.." Mama Arga menatap ke sekeliling, lalu menunjuk tempat di sudut taman di dekat tempat kue-kue, "disitu."
Arga langsung berlari kecil menuju tempat yang ditunjuk Mamanya tadi. Oh dan benar saja, ia bisa melihat kakaknya yang sedang berbincang dengan seseorang.
Tunggu.. Tunggu..
Kenapa wajah kakaknya sangat memerah?
Kenapa kakaknya juga tersenyum malu-malu?
Dengan perasaan yang tidak enak, Arga menjijitkan kakinya. Pandangannya tertutupi oleh beberapa orang yang berdiri di depannya sehingga ia tidak dapat melihat lawan bicara kakaknya.
Elvan.
Ia dapat melihat Elvan juga sedang tersenyum malu di hadapan kakaknya.
Arga mencium bau-bau tidak sedap dari sini. Semakin tidak sedap ketika Arga melihat Elvan memajukan kepalanya ke arah kakaknya. Mata Arga membulat sempurna.
Dengan panik, Arga langsung menerobos orang-orang yang menghalangi jalannya. Ia benar-benar harus mencegah hal itu terjadi.
"Ekhem!"Arga berhasil mencegahnya. Ia berdiri sambil berkacak pinggang, melihat kedua pasangan di depannya ini dengan tatapan tajam. Arga menatap sinis ke arah Elvan.
"Kau mau mati ya?" Arga berbicara tanpa suara kepada Elvan. "Berani-beraninya!" Lanjutnya tanpa suara.
Arga ditarik Reya untuk segera pergi dari hadapan Elvan. Reya sangat tau kalau saat ini Arga sedang marah besar. Dan marahnya seorang Arga itu seram. Reya benar-benar harus memisahkan mereka berdua sebelum Arga mengamuk ke Elvan.
🍓🍓🍓
"Ekhem!"
Elvan dan Reya sontak langsung menjauhkan diri satu sama lain dan menoleh ke asal suara.
Reya langsung mengutuk dalam hati ketika tau bahwa yang suara itu adalah milik adiknya.
Sedangkan Elvan, ia berusaha menahan malu namun ia juga berusaha untuk tetap terlihat cool di depan Arga. Elvan memandang balik Arga yang saat ini sedang menatapnya sinis. Elvan mengerutkan keningnya ketika melihat pergerakan bibir Arga. Elvan tau apa yang dikatakan oleh Arga barusan. Ia hanya mengangkat kedua bahunya dan tersenyum simpul ke bocah SMA itu, meskipun sebenarnya ia malu setengah mati saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Kating | KTH
FanfictionElvan Adhyastha, mahasiswa Psikologi tingkat 3 yang memiliki trauma untuk berhubungan dengan lawan jenisnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman berpacaran, sialnya sudah harus mengalami trauma. Namun, hidupnya perlahan berubah semenjak ia selalu b...