[LAST CHAP] Empat Puluh - Graduation

1.5K 152 28
                                    

Bismillah, last chap☺️💜














Reya mengetuk-ngetuk jarinya di layar ponselnya. Posisinya yang tengkurap dengan kedua kaki yang dia angkat membuatnya sedikit tidak nyaman. Ia lantas mengganti posisinya menjadi telentang sambil mengangkat ponselnya ke udara. Tetap sama. Tidak ada kabar dari Elvan.

Reya menghembuskan nafasnya dengan kasar dan meniup poninya dengan sedikit sebal.

Ia berdecak, "Jadi gini rasanya diselingkuhin?!"

Reya langsung menjauhkan ponselnya. Ia bangun dan meletakkan ponselnya di sofa dekat pintunya.

"Jauh-jauh dah nih hp," Ucapnya sebal. "Awas kalau besok pagi belum ada kabar!" Reya menunjuk-nunjuk ponselnya sendiri seakan menganggap ponselnya adalah Elvan.

Reya kembali menyeretkan kedua kakinya ke kasur. Langkahnya sangat gontai. Sudah beberapa minggu ini, ia sangat minim berkabar dengan Elvan. Elvan juga sedang tidak bisa ditemui karena sedang asyik dengan selingkuhannya itu.

Reya berdecak sebal sekali lagi sebelum ia akhirnya mematikan lampu kamar. Ia menarik selimutnya keatas kepalanya dan mengerucutkan bibirnya. Sungguh, ia benar-benar sebal dengan Elvan.

"Nggak enak tahu diselingkuhin!" Sungutnya lalu ia mencoba untuk memejamkan matanya. Siapa tahu saja ia bisa bertemu dengan Elvan di mimpinya. Dan melepaskan semua rindu dan emosinya ke Elvan.

Besok paginya, Reya terbangun karena suara ketukan pintu kamarnya yang terus berbunyi tanpa henti. Reya menyingkap selimutnya dan berdecak. Dengan mata yang masih setengah tertutup ia berjalan dan meraba-raba pintu mencari gagangnya.

"Kebo banget sih, Kak!" Suara Arga langsung masuk ke pendengarannya begitu ia membuka pintu kamarnya.

"Kak, bangun ih! Apaan tidur sambil jalan gini!" Arga mengguncang-guncangkan tubuh kakaknya. Membuat Reya mau tak mau membuka matanya sepenuhnya dan menatap tajam ke arah adiknya.

"Apasih? Hari minggu nih!" Sungutnya sebal.

Arga berdecak lalu menyandarkan punggungnya ke ambang pintu kamar Reya, "Disuruh olahraga pagi sama Mama."

Reya mendesah malas. "Ih males banget!"

Arga mengangguk, "Sama. Aku juga! Tapi Mama yang nyuruh."

Reya menundukkan kepalanya. Ia masih sangat mengantuk dan terlebih lagi ia sangat tidak menyukai olahraga pagi. Sungguh.

"Siap-siap gih, Kak. Mama bilang kita nggak boleh sarapan kalo belum olahraga."

Reya berdecak sebal. Sejak kapan Mamanya jadi seperti itu, astaga.

Arga tiba-tiba terkikik geli saat Reya mengerucutkan bibirnya. Reya mengerutkan keningnya melihat adiknya yang masih tertawa geli.

"Kenapa sih ini bocah."

"Sering-sering olahraga deh, Kak."

"Emang kenapa?"

"Tuh." Arga menunjuk perut Reya, "Buncit banget, ih! Kebanyakan rebahan sih."

Reya sudah akan menendang kaki ataupun pantat Arga ketika adiknya itu langsung berlari menuju kamarnya.





⭐️⭐️⭐️







"Udah ah, istirahat dulu." Reya membungkukkan badannya dan memegang kedua lututnya sambil terengah.

Arga menghampiri Reya yang kini sudah duduk selonjoran di trotoar. Arga memberikan sebotol air minum kepada Reya. "Baru satu putaran, Kak."

My Perfect Kating | KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang