Dua Puluh Delapan - Stop!

1.3K 212 64
                                    

Layaknya rutinitas, Elvan dan Jeyka berkumpul hanya untuk sekedar mengobrol dan nongkrong sekaligus belajar bersama di Warunk U*normal. Setiap hari Minggu pagi mereka selalu berkumpul disini. Namun kali ini, tidak ada Fariel. Hanya mereka berdua. Akhir-akhir ini Fariel susah diajak ngumpul.  Alasannya selalu sama. Menemani Nabila pergi. Entah sejak kapan Fariel dan Nabila menjadi dekat, mungkin semenjak menjadi teman sekelompok di salah satu mata kuliah semester ini.

"Kenapa dah si Nabil minta Fariel nemeni dia mulu?" Jeyka mencomot satu kentang goreng milik Elvan dan menyilangkan kakinya.

Elvan mengangkat kedua bahunya, "Farielnya juga kenapa mau aja"

"Eh Van," Jeyka menegakkan badannya "Nayla marah-marah mulu sama gue."

"Lu usilin dia kali."

Jeyka menggeleng, "Kagak njir. Dia marah-marah gajelas. Gue tanya kenapa katanya badmood. Gue tanya lagi kenapa badmood, dia malah teriak bilangin gue kepo."

"Ada masalah kali di kampus"

Jeyka kembali menggeleng, "Dia pasti selalu cerita kalo masalah kampus."

Elvan menoleh, ia hanya mengangkat kedua alisnya. Tak tau lagi harus berkomentar apa.

"Mungkin nggak sih menurut lu kalau dia kayak gitu karena Fariel?"

Elvan mengerutkan keningnya, "Kenapa jadi salah Fariel?"

"Ya karena Fariel bareng Nabila mulu.."

"Nayla kan nggak suka sama Fariel."

Jeyka menjetikkan jarinya, "Nah! Ini! Justru karena Nayla suka makanya dia jadi badmood gitu kan."

"Tau dari mana lu kalau dia suka Fariel?"

"Yaelah Van, ribet ya ngomong ama lu. Yang tinggal sama dia kan gue, yang dari lahir bareng sama dia kan gue. Gue kenal dia sepenuhnya."

Elvan hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh, "Tau dah. Ribet ah!"

Jeyka mencibir, "Ngomong-ngomong tumbenan lu nggak ke rumah Reya."

"Reya lagi kerja kelompok di rumah temennya. Sorean nanti gue jemput."

"Reya tuh suka nuntut ini itu nggak sih sama lu,Van?"

Elvan menoleh sebentar lalu melanjutkan mengerjakan tugasnya di laptop, "Nggak tuh."

Jeyka menghela nafas, "Beby nuntut mulu."

Elvan berhenti mengetik, "Nuntut gimana?"

"Ya masih kayak dulu. Kemana-mana gue harus antar jemput dia, apa-apa gue harus kabari dia, nggak dikabarin dianya ngambek."

Jeyka menghembuskan nafasnya dengan berat, "Jujur gue capek, Van."

"Ya dia khawatir sama lu, Jey. Makanya minta lu ngabarin dia."

"Kadang gue ngerasa capek juga, Van. Nih gue lagi reuni temen SMP, dianya sibuk banget ngechat, nanya dimana, jumpa siapa aja, kalo gue lama balesnya dia ngambek. Pusing gue cuma karena hal kayak gitu aja jadi sering berantem."

"Jey, dia kan emang dari kecil uda biasa dimanjain. Jadi begitu sifatnya. Lu nggak ada pikiran buruk kan?"

Jeyka mengangkat kepalanya, "Putus?"

Elvan mengangguk ragu.

"Sempat kepikiran."

Belum sempat Elvan ingin berbicara, tiba-tiba ponsel Jeyka berbunyi.

Jeyka mengambil ponselnya dan menunjukkannya kepada Elvan, "Noh. Sibuk nih ntar nanya-nanya."

"Ya, Beb?"

My Perfect Kating | KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang