"Lu mau pergi kemana, Van?"
Jeyka yang melihat Elvan yang langsung memakai ranselnya begitu dosen mengakhiri kelas, bertanya bingung. Tidak biasanya anak itu langsung ingin cepat-cepat keluar.
"Ada urusan."
"Urusan apaan? Lu mau ngajar anak orang?" Entah Jeyka yang hanya asal menebak atau memang benar-benar tau, tapi tebakan Jeyka itu sepenuhnya benar.
Elvan berusaha mengontrol wajah terkejutnya, ia berdeham lalu menjawab, "Ya semacam itulah."
"Ngajar Reya?"
Lagi. Elvan kembali dibuat terkejut.
"Statistika?"
Skakmat!
Jeyka memang sahabatnya yang tau segalanya.
"Lu ngebajak line gue?" Elvan memicingkan matanya. Merasa curiga kalau-kalau Jeyka diam-diam membuka ponselnya dan membaca chatnya bersama Reya tadi malam.
Jeyka menyengir, "Gatel pengen ngelihat isinya." Jeyka memperlihatkan gigi kelincinya dan memasang wajah tanpa dosa karena sudah membaca chat orang seenaknya.
Elvan berdecak. Ia menendang kaki Jeyka dan menatap tajam Jeyka, bermaksud menyuruh Jeyka minggir.
"Van, gue lupa." Fariel tiba-tiba datang entah darimana. Ia menghalangi jalan Elvan dengan nafas yang tersengal-sengal. Kelihatan sekali bahwa ia berlari menaiki puluhan anak tangga dari lantai 1 sampai lantai 3.
"Lu kenapa nggak masuk tadi?" Bukannya mempertanyakan hal apa yang Fariel lupakan, Elvan malah mempertanyakan alasan mengapa Fariel tidak masuk kelas pagi tadi.
Fariel masih kesusahan untuk mencari nafas, ia melambai-lambaikan tangannya bermaksud bahwa jawaban dari pertanyaan Elvan itu nanti saja.
"Lu harus tau ini, Van. Ini pentil," Menyadari raut wajah Elvan dan Jeyka yang bingung, Fariel langsung meralatnya, "Penting maksud gue."
Jeyka dan Elvan berusaha menahan untuk tidak mengeluarkan cacian ke anak bertubuh bantet itu.
"Yauda apaan yang pentil?" Jeyka berdecak, ia menggelengkan kepalanya, "Penting maksud gue. Pentil lu nular nih."
"Reya ulang tahun." Fariel memilih untuk duduk di salah satu bangku, lelah juga berdiri hanya sekitar 5 menit.
"Hari ini?" Tanya Elvan.
Fariel menggeleng, ia tampak menghitung dengan jari-jari mungilnya, "5 hari lagi."
Elvan mengangguk paham, "Gue harus pergi sekarang. Reya udah nunggu dirumah."
Fariel yang masih belum tau bahwa Elvan akan mengajari Reya, seketika melongo mendengar perkataan Elvan. Belum lagi ia sempat untuk mempertanyakan maksud dari perkataanya, Elvan sudah berlari.
Fariel menatap Jeyka, ia menatap Jeyka seolah meminta penjelasan, "Jey, ambigu tuh kata-kata si Elvan. Udah kayak suami istri ae dah dia sama Reya."
Jeyka hanya bisa mengangkat kedua bahunya untuk menanggapi kata-kata Fariel.
🌟🌟🌟
"Kakak udah nunggu lama di luar?" Reya membukakan pintu untuk Elvan yang katanya udah di depan rumah beberapa menit yang lalu.
"Maaf ya Kak, Arga malas turun bukain pintu, sedangkan aku masih di kamar mandi tadi." Reya menggeser badannya, mempersilahkan kakak tingkatnya itu masuk ke dalam rumahnya.
"Berdua aja sama Arga?" Tanya Elvan, sekedar basa-basi.
Reya mengangguk. Ia menyingkirkan bantal yang tergeletak berantakan di sofa agar Elvan bisa duduk dengan leluasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Kating | KTH
FanficElvan Adhyastha, mahasiswa Psikologi tingkat 3 yang memiliki trauma untuk berhubungan dengan lawan jenisnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman berpacaran, sialnya sudah harus mengalami trauma. Namun, hidupnya perlahan berubah semenjak ia selalu b...