Elvan, Jeyka dan Fariel berkumpul di salah satu cafe. Sudah lama mereka tidak berkumpul bertiga seperti ini. Elvan hanya memandangi jendela dengan pikiran yang entah kemana. Fariel sibuk memainkan ponselnya dan Jeyka yang sedari tadi tidak berhenti mengunyah.
"Van, ada masalah?"
Fariel, orang pertama yang menyadari gelagat aneh dari Elvan akhirnya bertanya.
Elvan menoleh, ia merasa ragu apakah harus menceritakannya atau tidak.
"Bilang aja." Kali ini suara Jeyka.
"Gue bingung."
Fariel meletakkan ponselnya, dan Jeyka pun meletakkan sendok dan garpunya. Lalu mereka berdua menghadap Elvan, siap mendengar cerita dari lelaki itu.
"Airin nge-chat gue dan itu buat perasaan gue goyah."
"Dia ngajak ketemu besok, nggak tau kenapa gue nggak bisa nolak."
"Jadi lo bakal ketemuan sama dia?" Tanya Jeyka.
Elvan menjilati bibir bawahnya lalu mengangguk, "Gue mikirin Reya, Jey."
"Masih ingat kalau lo punya Reya?" Sindir Fariel, "kalau ingat kenapa lo harus goyah, Van?"
"Gue cuma mau menyelesaikan ini semua. Gue merasa perpisahan kami waktu itu benar-benar mendadak dan nggak secara baik-baik" Elvan melanjutkan, "gue mau memperjelas itu semua."
"Yakin cuma untuk memperjelas aja?" Fariel menatap Elvan dengan alis yang terangkat.
Jeyka mengangguk paham, "Selesaikan semua, Van. Omongin hal ini dengan baik-baik sama Airin besok."
"Jangan kepancing sama dia, Van. Lo udah punya Reya. Jangan sakiti dia." Ucap Fariel.
"Jangan goyah. Lo bakal kehilangan Reya kalau lu goyah, Van."
Elvan mengangguk mendengar kalimat terakhir dari Jeyka.
Ia tidak ingin kehilangan Reya.
"Perlu kami temani besok?" Tanya Jeyka. Dia khawatir kalau kalau trauma Elvan kembali muncul. Gemeteran hebat atau semacamnya. Itu hal yang cukup menakutkan bagi Jeyka.
Elvan menggeleng, "Gue bisa sendiri, Jey."
Melihat ekspresi khawatir yang ada di wajah Jeyka, Elvan kembali bersuara, "Gue bakal baik-baik aja."
🤎🤎🤎
"Rey, jalan yuk!"
Suara Nayla terdengar dari sebrang sana. Reya menghidupkan loud speaker di ponselnya sedangkan kedua tangannya sibuk melipat baju-baju yang baru ia angkat dari jemuran. Sudah seperti ibu rumah tangga sekali.
"Abis gue lipat ni baju-baju deh, siangan ya."
"Yaudah. Nanti gue jemput ya. Gue bawa mobil Jeyka, mobil gue masih di bengkel."
Reya hanya bergumam.
"Kemana ya enaknya.."
"Coba ke mall yang baru buka itu yuk, Nay. Gue denger banyak sale nya karena baru buka."
"Boleh tuh. Hm tapi, Rey.. kalau gitu agak cepetan dong kita piginya."
"Emang kenapa?"
"Itu pasti rame banget. Susah nyari parkir kalo siangan kita perginya."
"Iya juga ya. Yaudah, ini bentar lagi gue siap lipat baju, gue langsung mandi nih."
"Okey. Gue juga mau siap-siap ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Kating | KTH
FanfictionElvan Adhyastha, mahasiswa Psikologi tingkat 3 yang memiliki trauma untuk berhubungan dengan lawan jenisnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman berpacaran, sialnya sudah harus mengalami trauma. Namun, hidupnya perlahan berubah semenjak ia selalu b...