Tiga Puluh Empat - Obat Terampuh

995 149 34
                                    

"Aku punya ide. Mau denger?"

Airin memperlihatkan senyum liciknya. Agus mengerutkan keningnya.

"Kamu suka kan sama Reya?"

Agus mengangguk dengan ragu.

Airin menjetikkan jarinya, "Pas! Aku masih sayang sama Elvan, jadi—"

"Maksud lu, kita ngerusak hubungan mereka?" Agus memotong perkataan Airin.

Airin mengangguk seraya tersenyum penuh kemenangan.

"Gimana? Tertarik?"

Airin terlalu sibuk dengan ide liciknya dan Agus yang terlalu fokus dengan pikirannya sendiri untuk menentukan keputusannya sehingga tak sadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang mendengar semua pembicaraan mereka.

"Kita bakal-bakal sama untung, Gus." Kata Airin masih membujuk Agus.

"Gus, ayo balik!"

Hobi, orang yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka memutuskan untuk menampakkan diri dan merangkul bahu Agus. Ia harus mencegah agar Agus tidak mengiyakan ide gila Airin. Tentu ia tidak mau sahabatnya menjadi perusak hubungan orang hanya demi keegoisannya sendiri.

Agus masih terdiam.

"Nyokap gue udah masak oseng tempe kesukaan lu."

Ibu Hobi memang sudah berjanji akan memasak oseng tempe kesukaan Agus sepulang mereka dari lomba.  Agus dan Hobi memang sedekat itu.

"Rin, duluan ya." Hobi mengangkat tangan kanannya ke udara kepada Airin. Ia juga menunjukkan senyum manisnya kepada Airin.

"Gus, lu bakal tetap jadi Agus yang sama kayak yang gue kenal kan?" Hobi menghentikan langkahnya. Ia menatap sahabatnya.

Kening Agus berkerut. Namun, sedetik kemudian ia malah tertawa terbahak.

"Kenapa deh lu? Kepala lu terantuk apaan?"

Hobi mengangkat kedua bahunya, "Gue nggak mau lu ngelakuin hal yang salah, Gus."

Kening Agus berkerut kembali, "Maksud lu?"

"Gue denger pembicaraan lu sama Airin tadi."

Agus sedikit tersentak ketika mendengar hal itu, "Yang ide gila Airin maksud lu?"

Hobi mengangguk namun tak bersuara kembali.

Agus tersenyum simpul, ia menepuk pundak Hobi dan berkata, "Lu tau kan gue gimana? Gue nggak akan terpengaruh sama cewek gila itu."

"Lu harusnya tau kalo gue sekarang udah benci banget sama dia." Lanjutnya.







————










Reya tak henti-hentinya mengulum senyum seraya terus memandangi sebuah gelang yang ada di genggamannya saat ini. Tadi, setelah Elvan menceritakan masa lalunya dan insiden hampir kepergok ciuman, Elvan yang sudah pulang tiba-tiba balik ke rumah Reya hanya sekedar untuk memberi gelang yang ia beli di Jogja.

Gelang yang sederhana sebenarnya. Namun, di mata Reya gelang ini sangat cantik dan spesial.

Ponsel Reya berdenting diikuti dengan layar nya yang menyala. Reya mengintip isi notif tersebut. Melihat nama Elvan di notifikasi itu, Reya lantas menyimpan gelang tadi ke dalam kotaknya dan meletakkannya di nakas sebelah tempat tidurnya.

Reya mengambil ponselnya dan merebahkan dirinya, ia membaca pesan dari kating yang sekaligus pacarnya itu.

Elvan van van : Besok pergi bareng, aku jemput.

My Perfect Kating | KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang