Elvan memarkirkan motor matic miliknya di parkiran kampusnya. Dilanda rasa penasaran yang kuat terhadap chat terakhir yang dikirimkan Reya kepadanya tadi malam, membuat Elvan pergi ke kampus satu jam lebih cepat dari jam masuk. Sebuah sejarah baru bagi Elvan. Karena biasanya Elvan selalu pergi 10 menit sebelum jam masuk, ya hal ini dikarenakan jarak antara kost dan kampus sangat dekat. Elvan melepaskan kunci motornya dan berjalan menuju gedung kuliahnya. Dari sudut matanya sebelah kiri, ia dapat melihat orang yang berpostur tubuh seperti Jeyka sedang berjalan menuju gedung kuliah sama sepertinya. Elvan pun menolehkan kepalanya ke kiri, dan benar saja, sahabatnya itu juga datang lebih cepat hari ini dan Jeyka pun sama terkejutnya melihat Elvan yang sudah menampakkan diri di kampus satu jam sebelum masuk.
"Lah Jey"
"Lah Van"
Mereka berdua secara bersamaan mengucapkan hal itu dan setelah itu mereka tertawa kecil Bersama. "Tumben banget lu cepat datang, Van."
Elvan hanya menyengir, bingung mau memberikan alasan apa. Sendirinya pun sebenarnya bingung mengapa ia seperti ini hanya karena rasa penasarannya.
"Lu sendiri tumben datang cepat." Balas Elvan.
"Gue abis ngantar Nayla, dia masuk jam 9. Ya daripada gue balik lagi ke rumah mending langsung ke sini aja kan." Jeyka berjalan mendahului Elvan. Elvan menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Wajah sahabatnya itu murung.
Elvan mengekori Jeyka, "Ohiya Jey, Nayla gimana? Baik-baik aja kan? Gue denger dari Fariel." Setelah mengingat hal ini, Elvan yakin pasti penyebab murungnya Jeyka adalah karena masalah ini.
Tadi malam, Fariel datang ke kost Elvan dengan wajah yang tidak secerah biasanya. Fariel juga murung, lebih tepatnya Fariel tadi malam benar-benar terlihat sangat sedih. Dan ketika ditanya, jawaban Fariel adalah "Gue sedih Van ngeliat Nayla kayak gitu. Gue sedih ngeliat Nayla ketakutan sendiri, ngalamin traumanya terus menerus kayak gini"
Jeyka mengangguk lemah, "Untung ada Fariel semalam," Jeyka menghela nafasnya, ia mendorong pintu kelasnya dengan lemas, "Gue lagi-lagi nggak ada disaat dia butuhin gue." Lirih Jeyka.Elvan nggak tau beberapa tahun lalu apa yang terjadi dengan Nayla sehingga Nayla mengalami trauma berat seperti ini, yang Elvan tau hanyalah Jeyka tidak ada pada saat kejadian itu dan Jeyka benar-benar merasa bersalah sekali. Tidak ada yang tau kejadian apa yang dialami Nayla beberapa tahun lalu, sekalipun Beby, pacar dari Jeyka dan teman yang sangat akrab dengan Nayla pun tidak tau secara detail.
"Gue heran kenapa Nayla nggak benci sama gue. Padahal dari dulu kalau dia mau, dia bisa aja benci sama gue. Tapi dia justru malah meluk gue sambal bilang 'Gapapa, Nayla gapapa, Jeyka jangan nyalahin diri sendiri ya'. Gue justru malah makin merasa bersalah, Van." Jeyka duduk di salah satu bangku di barisan kedua, diikuti oleh Elvan yang duduk di sebelah kirinya.
Elvan terdiam, ia tau sebentar lagi Jeyka pasti akan melanjutkan kalimatnya.
"Sejak kejadian itu, gue berusaha ngelindungi Nayla, berusaha menebus kesalahan gue secara perlahan. Setiap ada cowok yang dekati dia, gue selalu nggak terima," Jeyka berhenti sesaat, "Setidaknya sampai saat ini cuma Fariel yang bisa gue lihat kalau dia memang benar-benar suka sama Nayla."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Kating | KTH
FanfictionElvan Adhyastha, mahasiswa Psikologi tingkat 3 yang memiliki trauma untuk berhubungan dengan lawan jenisnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman berpacaran, sialnya sudah harus mengalami trauma. Namun, hidupnya perlahan berubah semenjak ia selalu b...