"Wahh tumben nih Elvan bawa bekal!" Fariel yang memang notabenenya adalah manusia paling rese sedunia menurut Elvan, langsung melompati salah satu bangku dan berdiri di samping bangku Elvan.
"Bunda lu masih disini emangnya, Van?" Tanya Jeyka yang kebingungan melihat Elvan yang mengeluarkan bekal dari dalam tasnya, "Atau lu beli ya tadi di bawah sebelum masuk?" Tanyanya lagi. Jeyka ingat kalau tadi Elvan membawa bekalnya itu ketika baru balik dari bawah.
Elvan menggeleng. Tangan kanannya ia gunakan untuk membuka bekal yang diberikan oleh Reya tadi, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menepis tangan Fariel yang sedang berancang-ancang akan mencomot bekal miliknya.
"Terus ini bekal dari mana?" Beda dengan Fariel yang masa bodo dengan datangnya bekal yang di bawa Elvan, Jeyka tetap saja masih kepo dan terus melontarkan pertanyaan.
"Yaelah Jey, nggak usah dipikirin nih bekal datang dari mana, kita tinggal ikut makan ae. Ribet amat hidup lu!" Sungut Fariel.
Jeyka menggeleng keras, "Nggak Riel! Lu udah lupa soal bekal yang tiba-tiba Elvan bawa, katanya dari salah satu kakak kelas yang suka sama dia--"
"OH! Gara-gara makan bekal itu, Elvan jadi sakit perut seminggu!!" Fariel memotong kalimat Jeyka dan berteriak heboh ketika ia mengingat kejadian yang terjadi ketika mereka baru mulai berkuliah seminggu.
Jeyka mengangguk, "Nah, makanya itu gue harus memastikan ini bekal datang dari mana, biar Elvannya juga baik-baik aja."
Sejujurnya, Jeyka adalah yang termuda diantara mereka bertiga. Namun, justru Jeyka yang sangat dewasa diantara mereka. Sedangkan Fariel yang paling tertua diantara mereka bertiga malah sangat kekanakan, seolah-olah dialah yang paling muda.
"Dari Reya." Mau nggak mau, Elvan harus jujur mengatakan bahwa bekal ini diberikan oleh Reya.
Seketika Fariel dan Jeyka saling tatap-tatapan.
"Waduh, kalau gitu silahkan makan sendiri aja deh, Van! Gue sama Jeyka ke kantin aja." Fariel langsung merangkul Jeyka seraya menyengir.
"Seratus persen pasti bahan-bahan di makanan itu bersih semua dan nggak akan buat lu sakit perut, Van." Jeyka tersenyum aneh membuat Elvan yang melihatnya mengerutkan keningnya.
"Selamat makan, Elvan!" Jeyka dan Fariel serentak mengucapkan hal ini. Lalu, mereka berdua berjalan keluar kelas.
"Apaan dah tuh dua bocah." Elvan mengulum senyum ketika ia melihat isi dari bekal itu adalah nasi goreng dengan telur dadar dan juga ada sosis. Simple memang, tapi cukup membuat perut Elvan dikelilingi kupu-kupu rasanya.
Baru saja Elvan hendak memasukkan suapan pertama nasi goreng buatan Reya ke dalam mulutnya, tiba-tiba suara seseorang menginterupsi.
"Van, ini tugas Psikologi Kepribadiannya ya, maaf kelamaan." Salah satu dari teman sekelasnya menaruh sebuah makalah di meja sebelah kiri Elvan.
Dengan berat hati, Elvan meletakkan kembali sendok yang sudah berisi nasi goreng itu ke dalam kotak makannya, "Lah ini kan udah lewat dua hari, Vey."
"Ya kan lu komtingnya, Van. Kumpulin dong tolong. Kelompok gue susah diatur. Social loafing banget. Makanya jadi lama siap."
*Social loafing : Kerja kelompok yang hanya 1 atau 2 orang saja yang bekerja. Sisanya tidak ada berkontribusi*
"Ya udah peraturan dari Kak Lisa nya dikumpul harus dua hari yang lalu, Vey. Gue kan harus ikuti perintah doi." Elvan berusaha menahan emosinya, "Lagian dari kemarin nama-nama anggota kelompok lu udah gue mention di grup, tapi nggak ada yang muncul."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Kating | KTH
ФанфикElvan Adhyastha, mahasiswa Psikologi tingkat 3 yang memiliki trauma untuk berhubungan dengan lawan jenisnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman berpacaran, sialnya sudah harus mengalami trauma. Namun, hidupnya perlahan berubah semenjak ia selalu b...