Setelah dari kebun Pak Hasan, komandan angin melaju dengan kecepatan 30 km per jam ke arah utara, menuju Desa Cikoneng, untuk pulang. Layarnya sengaja dibuka hingga mengembang ditiup angin. Seperti biasa Ken meliuk-liukkan tubuhnya mengendalikan layar, sementara Suleman, Citno, Toto dan Sena kakinya harmonis mengayuh pelan, menjaga agar kecepatan tetap stabil.
Seperti biasa, sepanjang perjalanan, pemandangan yang mereka lihat hanyalah bukit-bukit memanjang yang ditumbuhi dengan banyak tanaman kayu. Bukit itu sering bersebelahan dengan jalan rel kereta api, sehingga membawa rel kereta api itu meliuk-liuk mengikuti putaran bukit, yang kadang menembus masuk hutan kebun kayu. Komandan angin pun masuk kesana.
Di dalam hutan kayu mereka hanya disambut dengan suara berisik serangga tongerek yang mendadak berhenti bila komandan angin melewatinya, lalu berbunyi lagi setelah jauh.
Tidak berapa lama kemudian tim komandan angin keluar dari hutan kayu albasia, meluncur terus melewati ladang petani yang banyak ditanami palawija. Beberapa petani nampak sedang istirahat siang di gubuk bersama istri dan anak-anaknya, melihat komandan angin lewat mereka melambaikan tangan. Anak-anaknya berlarian mengejar ingin melihat lebih dekat lagi.
Rel kereta api di jalur Bandung-Ciwidey, menurut cerita adalah rel kereta api tua yang sudah tidak aktif lagi. Rel kereta api itu dibuat pada tahun 1924 oleh Belanda untuk memudahkan kelancaran transportasi dari Ciwidey (daerah pertanian) ke kota Bandung (daerah perekonomian). Dari sana diteruskan lagi ke kota-kota besar lainnya seperti Bogor dan Jakarta.
Sejak tahun 1972 rel kereta api itu sudah tidak aktif lagi, namun masih meninggalkan bekas sisa kejayaannya, seperti beberapa jembatan kokoh yang sampai sekarang beralih fungsi sebagai jembatan penghubung antara dua desa, bekas stasiun kecil pemberhentian kereta, dan stasiun tempat berputarnya kereta dengan menggunakan rel yang di dorong manusia, letaknya ada didaerah Cimuncang, Ciwidey.
Bekas rel kereta api peninggalan Belanda itu masih utuh dan lengkap walau jenis relnya sudah ketinggalan zaman, dimana bentuk relnya agak pendek dan kecil dibandingkan rel kereta api saat ini. Panjang relnya rata-rata 4 meter yang biasa orang KAI sebut R33, padahal rel kereta api sekarang panjangnya sudah 8 meter per sambungan. Jadi tidak aneh ketika komandan angin melaju di atasnya, suara "druk-druk, druk-druk," lebih akrab ditelinga.
Dalam Perjalanan pulang ke Cikoneng, tempat favorit yang disukai tim komandan angin adalah ketika melintasi perkampungan penduduk yang mirip suku badui di Banten. Ciri khas tempat itu, bangunan rumahnya berdiri dengan bentuk yang sama: atap rumah menggunakan atap ilalang, dindingnya dari bilik bambu, dan lantainya adalah lantai panggung yang tingginya rata-rata setengah meter. Bercat sama putih. Lucunya disetiap ruang kosong pada dinding bambu itu selalu di tambahkan kayu menyilang membentuk huruf X, mengingatkan rumah-rumah tradisional yang ada di Inggris.
Lingkungan disekitar rumah yang asri itu, sepi. Posisinya berdiri berjajar saling berhadapan, dimana di tengahnya adalah jalan beraspal yang menikung, dan rumah itupun ikut menikung mengikuti lengkung jalan. Tanaman pagar hidupnya adalah pohon kemuning yang sedang berbunga putih, rapih di depan rumah masing-masing. Sementara rel yang dilintasi komandan angin berada di belakang rumah-rumah itu.
Perjalanan ke Cikoneng tidak selamanya dihadapkan oleh pemandangan indah. Di setiap pemberhentian bekas stasiun kereta tua, sekarang sudah banyak berdiri rumah-rumah penduduk. Jadi ciri khas sebuah station bekas peninggalan Belanda sudah hilang. Yang ada hanyalah himpunan-himpunan rumah yang kumuh berdiri saling silang. Malah ada yang hampir menyerupai pasar karena berdiri dekat jalan raya yang ramai.
Biasanya tim komandan angin kalau melewati kumpulan rumah dan warung-warung di pinggiran rel seperti itu berhenti untuk sekedar jajan. Karena katanya Sena jajanannya lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan Angin
Genel KurguKen menepati janji untuk menyusuri rel kereta api itu dengan berjalan kaki. Nazar yg dia lakukan itu adalah napak tilas masalalu. Dulu dengan kendaraan modif sepeda diatas rel kereta api, dia bertualang dengan 4 temannya. Masalalunya begitu indah wa...