1. Tak Terduga

11.6K 514 10
                                    

Sudah tiga hari sejak Tiara menerima cokelat dari wanita asing, selama tiga hari itu pula Andrew dibuat penasaran.

Tapi, apa yang akan dia lakukan jika bertemu dengan wanita ndut itu? Apa ia akan memecat karena memberikan cokelat kepada putri kesayangannya? Andrew jelas bukan tipe atasan yang otoriter dan semena-mena.

Beberapa hari terakhir ini Andrew juga dibuat kewalahan dengan sikap putrinya yang mendadak manja bukan main. Tidur harus selalu ditemani, makan harus selalu didampingi, tapi tidak mau disuapi, dan harus ada ke manapun Andrew berada bahkan disaat bekerja.

Termasuk saat ini, Tiara sedang sibuk mewarnai di sofa yang berada di ruangan kerjanya ditemani Bi Asih. Setelah makan siang, biasanya Tiara akan melakukan aktivitas ringan, mengantuk kemudian tertidur.

Saat-saat Tiara tidur itulah, akan Andrew manfaatkan untuk meeting yang sudah terjadwal. Ia tidak mungkin membawa Tiara ikut serta.

Tapi, tunggu punya tunggu, sudah satu jam tidak ada tanda-tanda Tiara akan tidur, bahkan mengantuk pun tidak.

Andrew mengembuskan napas halus.

"Papa meeting sebentar, Tiara tunggu di sini ya, sama Bi Asih?" Andrew berjongkok di depan Tiara, mengusap pipi putrinya. Tapi, ia tahu, Tiara pasti tidak mau ditinggal.

"Tiara ikut!" takut ditinggal sang Papa, dibereskannya semua peralatan mewarnai dengan cepat.

Andrew tidak punya pilihan.
Digendongnya Tiara menuju loby kantor menunggu Mang Maman.

___

Seseorang wanita tambun keluar dari mobil dengan langkah cepat bersama stiletto hitamnya. Ia, berjalan ke arah lift. Gadis itu akan terlambat setelah pertemuan dengan klien, sedang sedari tadi rekannya sudah mewanti-wanti agar tepat waktu kembali ke kantor untuk departement meeting pukul 14.00. Sekarang pukul 13.50, ditambah ia
belum makan siang.

Mata Tiara menangkap seseorang yang dia kenal. Dengan lantang ia teriak.

"Tante Nduuut!" serunya.

Wanita itu tak menyadari ia yang dipanggil, wanita itu terus berjalan cepat. Tiara meminta turun dari gendongan papanya.
berlari ke arah wanita itu.

Saat hampir mendekati lift, ia berhenti tiba-tiba. Ada gadis kecil tersenyum lebar kepadanya. Gadis kecil itulah yang tempo hari ia beri cokelat.

Napas wanita tambun itu pendek-pendek karena mengejar waktu.

"Tante!" seru gadis ini riang.

Mau tidak mau ia menyapa. "Hai, Tiara, ya?"

"Heem, Tante kenapa lari-lari?"

"Tante ada meeting, Sayang, Tante terlambat, Tiara sama siapa ke sini?" tanya wanita itu sambil mengusap-ngusap puncak kepala Tiara.

Andrew melihat interaksi Tiara dengan wanita itu.

Sepertinya itu wanita yang dipanggil Tiara tante ndut berarti dia juga yang memberi cokelat pada Tiara.

Benar kata Tiara, wanita itu terlihat gendut dan tidak terlalu tinggi, tapi kulitnya putih bersih. Tidak terlalu gendut juga. Wajahnya bulat. Manis.

Andrew suka melihat kaki besarnya yang memakai stiletto hitam terkesan jenjang.

Jenjang dari Hongkong, besar begitu!
Suara pikirannya tak terima.

Dihampiri oleh Andrew mereka berdua.
"Sayang, ayo Papa sudah terlambat." Andrew menginterupsi obrolan mereka.

"Ini papa Tiara, Tante!"
Susan hanya melihat sekilas tanpa mau manyapa Andrew.

Masih Susan ingat, perkataan Tiara yang menyebutkan bahwa papanya berkata gendut itu jelek. Maka ia tak mau berbasa-basi dengan ayah gadis kecil ini. Ia sakit hati.

Dilirik jam di tangan kanannya, terlonjak.
"Tante pergi dulu ya, bye Tiara." Kata Susan, kemudian berlalu masuk lift. Pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Andrew.

Andrew agak terkejut dengan perlakuan wanita itu, jika karyawan yang lain akan bersikap ramah dan sok akrab padanya, kenapa wanita tadi cuek?

Apa dia tidak tahu siapa aku?
Andrew menduga-duga.

___

"Susan, kamu kemana aja sih? Untung kamu jago presentasi, kalau enggak, bisa disekakmat sama Bu Ratih." Yula menanyai Susan perihal keterlambatannya setelah meeting.

Ia sedang di pantry memakan makan siang yang terasa hambar karena insiden terlambat padahal perut meronta minta diisi.

"Maaf, maaf. Klien yang tadi resek banget!"
Susan meminta maaf tulus karena merasa bersalah membiarkan Tanti dan Yula dimarahi oleh Ratih karena tidak bisa menjelaskan isi presentasi dan Susan datang menyelamatkan mereka mengambil alih.

Dari luar Tanti dan Teguh datang dengan wajah berbinar. Sebenarnya hanya Tanti yang berbinar.

"Yuuuhuuu, Geng, hari ini gue happy!" Tanti dan Teguh menghampiri mereka yang duduk berhadapan di meja makan kecil. Diduduki oleh Tanti dan Teguh dua kursi yang kosong.

"Apa Mbak? Ada gosip apa?" Yula antusias.

Susan bersikap biasa, enggan menanggapi gosip murahan seputar kantor.

Teguh si Irit Bicara hanya memperhatikan.
"Gue tadi ketemu Pak Andrew. Ih, cucok banget itu orang. Ganteng maksimal suami-able banget!" Tanti terkikik heboh.

"Ketemu di mana? Kok gue enggak ketemu dia? yah, kurang beruntung gue lihat duda keren." Yula membuat mimik wajah kecewa.

Pak Andrew? Siapa?

"Pak Andrew itu siapa?" Susan akhirnya ikut menimpali mereka berdua.

Tanti membeliak mendengar pertanyaan susan. "Seriusan enggak tahu siapa Pak Andrew? Waah, kudet abis kamu, San!" Tanti bukannya menjawab pertanyaanku malah meledek.

Susan menggeleng.

Dari penjelasan mereka, Pak Andrew adalah petinggi di perusahaan ini, seorang duda tampan beranak satu. Dan, menurut mereka, banyak talent dan model yang mengincarnya untuk dijadikan kekasih, tapi Pak Andrew tidak tertarik sama sekali, ia seperti antipati terhadap wanita.

"Mungkin dia gay?" Teguh yang sedari sibuk memainkan ponselnya menyimak pembicaraan cewek-cewek rempong ini.

"Enggak mungkinlah, kalau dia gay dia enggak mungkin punya anak, jangan sembarangan lu, Guh. Enggak terima gue!" Tanti berapi-api, sebab pria idolanya difitnah, ia melakukan pembelaan.

Teguh mengedikkan bahunya santai.

Aku jadi penasaran sosoknya.

Sosok yang mampu membuat Tanti tertarik, padahal wanita single 30 tahun itu mempunyai selera yang tinggi.

"Tapi ya, denger-denger katanya dia pernah mecat karyawan yang cantik dan seksi, katanya juga sih, si cewek itu kurang ajar." Yula memperkuat hipotesa Teguh. "Enggak ngerti deh kurang ajarnya gimana." Tambah Yula kemudian.

Tanti memajukan bibirnya beberapa senti. Menggebrak meja. "Enggak mungkin dia gay, gue yakin dia cowok tulen!"

_____



24 Sept 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24 Sept 2018

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang