13. Si Duda dan Si Jomlo

4.3K 371 15
                                    

Linda menelan ludah.
Susan terdiam kaku seolah seseorang mengguyurnya dengan air es. Tak ada yang mau menjawab pertanyaan pria yang wajahnya tegang sedangkan kedua tangan ditenggelamkan dalam saku.

Sudah jelas Susan dan Linda sedang membicarakan pria yang ada di depan mereka.

Tanpa menunggu jawaban keluar, pria itu bersuara lagi. "Siapa bilang saya tidak mau meminta maaf?" Mata Andrew tajam menusuk.

Saat ini juga, Susan ingin menghilang dari pandangan pria itu. Ingin sekali berteriak 'Appa, yip, yip!' Memanggil hewan besar jinak berbulu milik Aang untuk membawanya terbang. Namun, hanya ada suara jangkrik di sekitar. Tak ada yang bisa ia mintai tolong. Susan terpikir hal bodoh untuk pura-pura mati saja. Ini kesekian kalinya ia dikagetkan oleh pria itu.

Andrew berjalan menghampiri mereka. Susan makin was-was.

"Tolong tinggalkan saya dengan Susan!" Untuk pertama kalinya Andrew menyebut nama gadis itu di depan orang lain, menyuruh Linda untuk pergi.

Linda menuruti perintah, meninggalkan Susan yang terpaku takut minta bantuan.

"Kamu masih mau berdiri di situ?"

Susan tidak memperhatikan sejak kapan Andrew duduk di sebelahnya, sedangkan ia masih berdiri menghadap arah datangnya pria itu tadi.

Dengan canggung, Susan duduk di bangku panjang yang sama, Andrew di ujung kiri dan Susan di ujung kanan.

___

Sungguh salah jika Andrew tidak memanfaatkan situasi ini untuk meminta maaf, tapi Susan bersikap seolah ia tidak ada. Susan menghindari kontak mata. Andrew paham, Susan mungkin kadung membencinya. Setitik perasaan bersalah menggerayanginya jika mengingat perlakuannya pada gadis itu.

Ia memang pernah mengatakan pada Sasa tidak mau meminta maaf, tapi hati kecilnya bertolak belakang dengan pikiran.

Aku ini lelaki, pantang bersikap pengecut dan kasar terhadap wanita.

Tidak pernah seumur hidup ia bersikap demikian pada wanita manapun, ini kali pertama, dan Andrew menyesal. Walaupun kesan pertemuan awal sangat buruk. Andrew ingin memperbaiki semuanya. Mengesampingkan ego.

Percobaan pertama. Andrew berusaha mendekat untuk berbicara di sela mereka berjalan dari perkiran menuju resto. Andrew telah mengincar Susan yang berjalan paling belakang dari yang lain, ia berusaha menyamai langkah, tapi gadis itu berjalan cepat mendahui yang lain untuk menghindar. Andrew gagal.

Tak ada kata apapun keluar dari Susan, saat semua orang melemparkan joke disela mereka makan, gadis itu memilih tertawa kecil sedang yang lain tertawa lepas. Hanya gumaman atau gelengan yang Susan perlihatkan saat perbincangan. Kadang, Susan terlihat tak nyaman dan gelisah, mungkin ini efek Andrew berada di dekatnya.

Saat Susan meminta izin ke toilet disusul Linda, ia berharap ini kesempatan terakhir agar mereka bisa bicara.

Dalam langkah menyusuri jalan taman, tepat di depan kolam ikan, Andrew mengamati Susan dan Linda  berbincang serius, dapat Andrew tangkap samar-samar mereka menyebut namanya. Ia mendekat demi mendengar semua lebih jelas.

Ia dan Susan macam pasangan kekasih yang tengah dilanda konflik, duduk di bangku yang sama, tapi duduk berjauhan.

Jujur saja, Andrew pun agak gugup.

Andrew berdeham. "Saya tahu kamu pasti merasa terhina dengan perkataan saya kemarin. Saya sudah mendengar semuanya dari Sasa, ini hanya salah paham," Andrew menjeda kalimat. "Hm... saya minta maaf sudah bikin kamu sakit hati." Tak ada basa basi, Andrew to the point.

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang