12. Apes Kuadrat

4.1K 356 10
                                    

Kesialan tak henti-hentinya melaju. Kini, Susan dihadapkan pada kenyataan harus menangani proyek Anita.

Susan baru tahu, Anita yang tempo hari bertemu dengannya bermaksud memakai jasa perusahaan Andrew. Otomatis, tim departemennya yang akan menangani semua hal yang berkaitan dengan itu. Susan tak bisa berbuat banyak ketika Ratih memberi perintah langsung kepadanya untuk menangani proyek ini.

Susan cemas, Anita terus saja mendesak agar menerima tawaran untuk jadi mak comblang. Susan juga khawatir proyek ini akan terganggu keberhasilannya sebab Anita memiliki niat terselubung. Susan jelas tak ingin ikut campur urusan asmara yang bahkan belum dimulai itu, ia tahu konsekuensi jika turut andil di dalamnya.

Bukan tidak mungkin ia akan langsung dipecat jika ikut-ikutan urusan sang boss besar.

___

"Ayo, San, kamu ikut perayaan ulang tahun Bu Ratih. Cuma makan-makan doang, kok." Yula mencoba membujuknya untuk ikut bergabung ulang tahun Ratih selepas jam kantor.

Susan malas ikut serta, baginya ulang tahun tidak harus dirayakan. Sejatinya ulang tahun adalah pengurangan umur, bukan penambahan umur.

Berkurangnya umur, kok dirayain. Batinnya berseru.

Memang sedari dulu Susan tidak suka dengan ulang tahun, jika boleh memilih, ia akan melupakan hari ulang tahunnya.

"Hei, kok ngelamun? Jadi ikut enggak? Kata Bu Ratih, kalau ada yang enggak ikut, disuruh meng-handle tiga klien yang kemarin sempat ke pending." Yula menakut-nakuti.

Susan tak punya pilihan selain mempertimbangkan ikut perayaan atau menyempelungkan diri menuju kesialan dengan menangani klien resek termasuk Anita.

"Oke, aku ikut!" Susan berat hati menerima, tapi ya sudahlah.

Tanti yang sedari tadi mencuri dengar pembicaraan Susan dan Yula, ikut bicara. "Nah, gitu dong, kamu itu harus bersosialisasi."

___

"Sudah siap semuanya?" tanya Ratih pada anak buahnya yang binar mata mereka menyilaukan sebab akan ditraktir makan.

Tanti, Yula dan Teguh menjawab kompak. "Siap, Bu!"

Hanya Susan yang sempat berpikir untuk membatalkan keikutsertaannya.

"Kamu kalau nggak ikut enggak apa-apa," Ratih menangkap raut wajahnya yang ragu.

Susan semringah sedetik, tapi senangnya harus menguap kala Ratih berujar. "Tinggal besok saya kasih file-file tiga klien untuk kamu handle."

Susan memberengut,  "Saya ikut aja, deh, Bu." Ia tak punya pilihan.

Ratih mengangkat jempolnya, "Gitu dong, itu namanya kamu menghargai saya."

Mereka berempat menunggu di lobby, Teguh mengambil mobil Ratih yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.

Saat sedang menunggu itulah, mereka berempat dikejutkan dengan kehadiran bos besar bersama sekretarisnya, hal itu tak luput dari penglihatan Susan. Sejak kejadian malam itu. Ia tak pernah melihat pria arogan itu muncul. Susan mundur dari barisan, berusaha untuk tidak terlihat. Terlau malas melihat pria itu. Penampilannya juga tampak kusut. Kemeja yang dua kancing teratasnya dilepas itu seakan memberi kesan pekerja keras. Susan tidak terpesona sama sekali. Huek!

"Pak Andrew selamat malam," sapa Ratih ramah. Pria yang disapa hanya mengangguk kecil.

"Ramai-ramai mau pada ke mana?" Linda mencari tahu.

"Bu Ratih lagi ulang tahun, mau ada acara perayaan." Tanti yang sedari tadi berbinar melihat Andrew, menjadi juru bicara, ia sejak tadi mematung melihat idolanya dari dekat.

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang