28. Aku, Kamu, Kita

4K 339 19
                                    

"Masuk, deh! Bagas ada di halaman belakang. Banyak-banyak istighfar, ya. Agak over protective dia."

Diana berlalu setelah memperkenalkan mereka.

Sebelum itu, Diana berbicara pada Bagas yang terlihat tidak suka akan kedatangan Andrew. "Jangan galak-galak sama pacar tetehmu, enggak kawin-kawin entar dia."

Bagas sudah cukup akrab dengan Diana, tak heran jika berkunjung sangat welcome padanya.  Diana tahu latar belakang keluarga Susan dan Bagas. Juga Susan maupun Bagas sudah menganggap Diana sebagai ibu mereka.

Bagas terpaksa tersenyum, "Iya Mamiku sayang." Mata Bagas kemudian memindai Andrew yang duduk persis di depannya. Gede juga nyali si maho!

"Berani juga lu menjinakkan kakak gue. Ckckc hebat-hebat! Pake pelet lu, ya bikin kakak gue mau nerima lo jadi pacarnya?" Bagas dengan tatapan sok galak menyeringai.

"Pelet? Saya enggak ngerti yang begitu-begitu," kata Andrew memperlihatkan ketenangan diintimidasi Bagas. Padahal, Andrew gugup sedikit. Baru resmi berpacaran beberapa jam saja, sudah harus mengahadapi protokoler keamanan lapis pertama dari adik pacarnya. Ah, senangnya bisa menyebut Susan sebagai pacar.

"Itu tadi kenapa kakak gue, kayak gembel begitu? Baju enggak keruan warnanya. Tangan
n merah! Diapain?"

"Susan ketumpahan kopi. Tapi lukanya sudah saya obati."

"Gimana mau menjaga kakak gue dari kerasnya dunia, kalau melindungi dari air panas aja gagal. Udah, putus aja. Enggak cocok jadi kakak ipar gue."

"Jangan! Saya serius sama kakak kamu, kamu enggak tahu perjuangan saya dapetin Susan." Andrew mengiba, suaranya lemah.

"Halah lebay! Palingan juga lu dicuekin sama dijauhin sama kakak gue."

"Kok kamu tahu?"

"Ya iyalah gue tahu, gue ini adik kandungnya. Berapa lama lo PDKT sama kakak gue? Enggak mungkin sebulan dua bulan, pasti lebih dari lima bulan, kan?"

Lagi-lagi Bagas benar. Andrew mengangguk, "Susan agak sulit, ya?"

"Ya begitulah. Kepala batu, prinsipil, egois, pelit, mau menang sendiri, galak...," ujarnya "Laah? Kok gue malah ngejelekin kakak gue sendiri? Tapi, gue sayang sama dia. Awas lu ya nyakitin dia. Gue kasih tahu, dia kalau udah sayang sama orang, enggak nanggung-nanggung."

Andrew jadi teringat perlakuan Susan pada Tiara. "Saya juga sayang sama Susan. Ada di dekat Susan dibikin saya nyaman dan--"

"Udah, udah. Geli gue dengarnya." Bagas memotong ungkapan perasaan cinta yang menggelikan. "Kenal di mana sama kakak gue?" cecar Bagas.

"Satu kantor."

"Cinlok? Udah berapa lama kenal?"

Andrew tampak berpikir, "Delapan bulanan."

"Kenal delapan bulan? Wah, kenceng juga pesona kakak gue. Jadian udah berapa lama?"

Andrew malu menjawab. "Baru hari ini."

Bagas yang semula bersender pada bangku memajukan tubuh saking kagetnya. "WHAT THE F...? Baru hari ini? Gelo si teteh euy! Baru jadian sehari udah berani bawa pacar. Minta dikawinin itu orang."

Andrew nyengir kuda, "Iya."

"Iya apa? kawin sama kakak gue?"

Andrew tergagap. "Mau. Eh, maksudnya enggak."

"Enggak mau ngawinin kakak gue? Cuma mau main-main doang? Wah parah! Udah putus aja."

Andrew salah berucap. "Bukan begitu, maksud saya--"

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang