22. Ada Apa dengan Susan?

3.8K 348 22
                                    

"Lo tuh terlalu tertutup dan terlalu rendah diri. Lo cantik! Gue aja iri sama kulit lo yang putih. Seputih hati gue. Udah deh, yakinin hati lo." Linda bersuara meyakinkan Susan ketika Susan menceritakan kejadian beberapa malam yang lalu bersama Andrew.

Seputih hatinya dia bilang.
Susan tersenyum geli mendengarnya.

Linda menyendokan makanan ke dalam mulut. "Dia beneran suka sama lo, belum pernah tuh selama lima tahun jadi sekretarisnya, gue lihat dia begitu banget."

"Begitu gimana maksud lo mbak?" Susan tak mengerti maksud 'begitu banget'nya Linda.

"Ya begitu, dia keliatan lebih ramah, suka senyum-senyum sendiri. Gue pikir dia udah gila. Memang benar sih, gila karena cinta." Linda terkikik.

Susan meringis.

"Udah, enggak usah banyak bengong, lo juga cinta, kan sama Pak Andrew?" Linda semakin banyak omong.

Pertanyaan Linda bikin Susan tersedak minuman. Susan terbatuk, megap-megap. Seluruh lemak perut ikut bergoyang.

"Deuh! Segitu groginya." Linda tak habis-habis menggoda. "Mau gue comblangin, enggak? Dia beneran suka sama lo, San. Dari tatapannya, cara dia ngomong ke elo, bedalah pokoknya."

"Apa, sih? Udah, ah gue mau balik." Susan berdiri setelah membereskan bungkusan ayam penyet yang tandas pemberian dari pria itu. Ia terpaksa menyingkirkan bekal yang dibawanya.

Susan meninggalkan Linda seorang diri di pantry. Masih bisa Susan dengar Linda bersuara.

"Anak muda jaman sekarang, gengsi yang di gedein. Makan tuh gengsi!"

___

Sudah beberapa hari sejak Andrew memberikan perhatian yang tidak bisa Susan artikan dengan memberi banyak makanan padanya, dan sejak beberapa hari itu pula Susan menghindar. Bertemu saja rasanya ingin lari dan kabur, termasuk ketika melihat Andrew dari jauh, Susan harus memutar jalan agar tak berpapasan. Seperti orang yang dikejar utang, dalam kasus ini dikejar cinta.

Cinta?

Terlalu dini mengatakan ini cinta, serapat apapun Susan menutup diri, kenapa bisa hal yang paling dihindarinya kini malah menyerang tanpa bisa dikendalikan? Susan dipermainkan oleh ketakutannya sendiri.

Ketakutan akan jatuh cinta.
Ketakutan akan patah hati.
Ketakutan akan sakit hati.

Susan memijit dadanya pelan, sesak terasa. Ia tidak ingin perasaan ini terlalu jauh.

"San, Susan! Mana laporannya? Dipanggilin dari tadi malah ngelamun aja, ditanyain tuh sama Bu Ratih" Suara Teguh menginterupsi lamunan Susan.

Astaga! Gimana gue bisa lupa laporan itu?

Ini gara-gara Andrew yang mensabotase hari-harinya. Aaaarghh!

Belingsatan Susan mencari laporan yang telah dicetak tadi pagi. Seharusnya setengah jam yang lalu laporan itu diberikan.

Diketuk pintu ruangan.

"Ke mana aja kamu? Laporan itu harusnya sudah saya terima setengah jam lalu."

"Maaf, Bu, saya__" Belum sempurna kalimatnya, Ratih langsung memotong.

"Sekarang kamu kasih laporan itu ke Pak Chandra, dia ada di ruangan Pak Andrew."

Susan tersekat mendengar Ratih menginstruksikan untuk memberi laporan pada Chandra di ruangan Andrew.
Setengah mati Susan menghindar dari pria itu. Tapi, kenapa malah__

"Kenapa masih di sini? Sudah sana!"

Mau tidak mau Susan bergerak keluar menuruti perintah. Jurus menghindar sepertinya tidak mempan kali ini.
__

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang