21. Serangan Tak Terduga

4.1K 362 10
                                    

"Apa, nih?" Susan menyelidik sebuah bungkusan syrofoam di atas meja kerjanya. Tercium aroma yang khas. Ia yakin tidak memesan makanan itu.

Ujang yang melintas dipanggil.
"Bubur ayam punya siapa ini, Mang? Kok, ada di meja saya?"

Ujang terlihat bingung menjawab. "Hm, itu buat Ibu, dimakan aja, Bu."

"Dari siapa? Saya udah sarapan, buat Mang Ujang aja, nih!" Susan menyodor bungkusan putih itu.

"Enggak ah, Bu. Nanti saya kena marah."

"Siapa yang marahin Mang Ujang? Ini dari siapa, sih? Ada racunnya, ya? Saya enggak mau makan. Takut." Susan benar-benar dibuat curiga pada orang yang tiba-tiba memberinya makanan. Lebih parah lagi, identitas si pemberi tidak diketahui.

"Terus ini gimana atuh, Bu?" Ujang mengacung bungkusan.

"Buang aja, saya tahu itu beracun," duga Susan, berpikir pasti makanan itu dari orang yang tidak menyukainya

Selama empat hari, Susan masih selalu dikejutkan dengan bungkusan berisi bubur ayam yang berada di atas meja. Makanan itu tidak pernah disentuhnya. Pikirannya bercabang-cabang tentang siapa orang yang selalu repot melakukan hal aneh itu di pagi hari.

Di hari berikutnya, Susan menebak dengan mudah bahwa bungkusan makanan itu pasti ada lagi. Benar saja. Namun, ada yang lain, ada tulisan yang menempel pada bungkusan luar itu.

Susan Hermawan, makanan ini buat kamu, tolong jangan dibuang lagi. Tidak ada racun di dalamnya.
-AB-

"AB? Siapa, sih? Kamu pikir aku bisa percaya?" Susan berbicara pada selembar sticky note, ia tak mau ambil pusing siapa orang yang berinisial AB. Ia kemudian mengangkat jijik bungkusan, membuangnya ke tempat sampah.

Sudah barang tentu ia tidak mau memakan makanan dari orang asing. Walaupun bubur ayam menjadi makanan favoritnya, ia berjaga-jaga jika ada orang yang sengaja menaruh sesuatu pada makanan itu.

"Bu, kok enggak pernah dimakan bubur ayamnya? Kunaon, Bu?" tanya Ujang sesaat setelah gadis itu kembali ke tempatnya.

Susan yang sudah akan mulai menyalakan CPU berbicara ke arah Ujang tanpa mau berdiri, hanya mendongak. "Saya akan makan kalau saya tahu siapa yang kasih, Mang. Apa sih alasan dia kasih itu ke saya? Kalau sok misterius begitu, saya enggak mau."

"Ya udah, nanti Mamang bilang ke orangnya langsung." Mendengar pernyataan itu, Susan menjauhi tempat duduk.

"Tuh, kan! Saya udah curiga sama Mamang. Mang Ujang tahu, kan siapa yang ngirim makanan itu? Bilangin ke orang itu, kalau punya nyali, ketemu saya langsung." Susan memberikan ultimatum kepada Ujang untuk menyampaikan pesan kepada sosok misterius yang memberikan makanan beracun untuknya.

Meski ada secarik sticky note yang isinya menerangkan makanan itu aman, tapi Susan yakin, orang itu pasti tidak suka dengannya. Bisa jadi, berniat mencelakai.

"Ibu teh yakin mau ketemu orangnya?" tanya Ujang.

"Yakin!" jawab Susan mantap.

___

Keesokan harinya, Susan dibuat terkejut dengan sosok yang sedang berbicara dengan Ujang. Seorang pria yang ia tahu pasti nama pria itu dan jantungnya selalu berdegup kencang jika berpapasan atau bahkan hanya melihat dari jauh.

Pria itu bicara serius tepat di depan kubikel Susan. Kemeja krem licin pas di badan, pantofel hitamnya mengilap, dan pemilik rambut undercut itu bergitu menggiurkan. Di saat alis pria itu naik turun, seperti kebiasaanya berbicara, saat itu juga keseksian pria itu meningkat.

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang