11. Gara-Gara Cokelat

3.9K 372 4
                                    

Susan menahan emosi. Mengingat kariernya berada di tangan pria yang sedang berkacak pinggang di depannya, ia urung bertindak jauh.

Namun, lupakan soal karier. Harga diri jauh lebih penting. Ia meledak.

"Maaf ya, Pak, enggak ada secuil pun saua berniat jahat menyakiti anak Bapak. Apalagi untuk mendekati pria arogan macam Bapak yang juga bukan tipe saya. Walaupun saya gendut, saya mikir-mikir," katanya berapai-api. "Bapak keterlaluan sudah menginjak-injak harga diri saya," geram Susan, berkacak pinggang mendongak pada pria itu.

Pria itu membulatkan mata, "barbar!" Diejeknya Susan secara sadis.

Perkataan itu secara spontan bikin Sasa berdiri dari kursinya. "Kak..." Sasa ingin menjelaskan bahwa cokelat itu pemberian darinya, tapi kakaknya terlalu menakutkan.

"Kamu diam aja, ini urusan Kakak sama wanita barbar ini!" seru Andrew, telunjuknya mengarah kepada Susan.

Barbar dia bilang!

Emosi Susan sudah di ubun-ubun hendak berteriak, tapi ingat ada Tiara menyaksikan pertengkaran. Tiara sudah berkaca-kaca, Susan mengatur napas yang memburu, meredakan emosi yang siap meledak, berusaha berbicara tanpa emosi pada pria di depannya, memejamkan mata sebentar, menarik napas. "Gini gini, saya nggak mau pertengkaran ini dilihat anak Bapak," Susan melirik Tiara, Andrew mengikuti arah mata Susan. "Maaf kalau saya bikin Bapak salah paham, tapi..."

"Bagus kalau kamu merasa salah." Kalimat Susan dipotong cepat, Andrew melanjutkan. "Sebaiknya kamu pergi dari sini!" perintah pria itu.

Susan mengangguk kesal, memang sedari tadi ia ingin menghilang dari sana. Percuma menjelaskan pada orang yang tertutup kabut emosi.

"Mbak..." Sasa tampak cemas dan merasa bersalah.

"Enggak apa-apa, Sa. Aku pulang, ya." Susan menenangkan, menepuk lengan Sasa.

"Tante..." Suara Tiara bergetar hampir menangis.

Susan berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan Tiara. "Tante pulang ya." Susan menyeka air matanya yang menetes di pipi Tiara. "Jangan nangis, Tante enggak apa-apa."

Susan langsung menyambar tas, pergi cepat-cepat meninggalkan Sasa dan Tiara yang menatap kepergiannya dengan wajah sedih.

Wanita barbar! Dia pikir dia siapa mengatain gue wanita barbar!!

Lagi-lagi kesialan ini penimpanya  AAARRRGH!!!!

Susan sangat benci setengah mati pada pria itu.

___

"Kakak seharusnya enggak bersikap begitu sama Mbak Susan." Sasa membela Susan.

"Kamu belain dia?"

"Kakak salah paham."

"Apanya yang salah paham? Jelas-jelas kakak lihat Tiara makan cokelat yang sama, yang dulu pernah dia kasih ke Tiara."

"Memangnya cokelat itu cuma Mbak Susan yang punya?"

"Maksud kamu?"

Sasa menarik napas. "Sasa yang kasih Tiara cokelat itu, bukan Mbak Susan." Sasa menunduk bersalah.

Pernyataan Sasa mengagetkan Andrew. Jadi tadi dia salah duga?

Sasa melanjutkan. "Kakak tahu, kan kalau Tiara enggak suka makan sayur? Apalagi brokoli?" Sasa menengok ke arah Andrew yang berkonsentrasi memegang kemudi.

Andrew mengangguk setuju, siapapun tidak bisa membujuk Tiara makan sayuran itu, termasuk Andrew.

"Cuma Mbak Susan yang bisa bikin Tiara makan brokoli, tanpa Tiara banyak tanya dan nurut sama Mbak Susan. Kakak sendiri bisa bikin Tiara makan sayur, enggak, kan?" kemudian Sasa tampak kesal pada Andrew.

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang