33. First Kiss

4.6K 314 11
                                    

Beberapa bulan menjalin hubungan asmara, Susan maupun andrew mampu mengenal pribadi masing-masing. Andrew yang pencemburu dan posesif dapat sangat baik ditangani dan dimaklumi Susan.

Begitupun Andrew, mengerti bahwa susan adalah pribadi yang cuek tapi perhatian membuat ia tidak mempermasalahkan itu. Malah dengan sangat senang membuat Susan jengkel dengan segala sifatnya yang posesif.

Seperti saat ini, Susan yang sedang dihadapi deadline pekerjaan dan asyik membenamkan diri di depan komputer harus bersabar menghadapi salah satu tingkah posesif kekasihnya yang tiba-tiba menelepon saat jam kerja. Awalnya Susan me-reject panggilan itu, bukannya berhenti menelepon, Andrew malah tertantang untuk terus mengganggu hingga susan mengangkat. Susan dibuat jengkel. Mau tidak mau ia jawab juga.

"Kenapa lama, sih jawabnya?" Suara Andrew terdengar.

Susan menundukkan kepala, takut terpergok yang lain menjawab telepon dari pacar. "Mas! Aku lagi kerja!"

"Aku juga lagi kerja, tapi aku kangen kamu. Kamu ke ruangan aku dong!" suaranya seperti memelas.

Susan memutar mata, tak ingin menanggapi permintaan kekasihnya. "Udah ya, aku lagi deadline. Bu Ratih sudah tunggu laporan dari aku. Nanti aku dimarahin kalau belum beres!"

"Kalau Ratih marahin kamu, bilang ke aku. Berani-beraninya dia marahin pacar aku."

"Ish, ini urusan kerjaan, jangan campur adukkan sama urusan pribadi dong! Nanti mereka curiga, Mas!"

"Gitu, ya?"

"Udah ya, aku tutup."

"Sayang, tunggu..."

Susan memutus sambungan, kembali membenamkan diri pada pekerjaan yang ada di hadapannya. Namun, Andrew belum puas mengganggu, ditelepon kembali kekasihnya itu. Susan mangkel bukan main.

Susan kembali menunduk, handphone menempel di telinga. "Apa lagi sih, Mas? Ya ampun, aku lagi kerja!" Susan hampir lepas kendali.

Andrew tersenyum di sana karena tahu Susan pasti menahan kesal padanya, "Aku cuma mau bilang sesuatu,"

Susan mengerut kening, "Bilang apa sih?"

"Ay..." Andrew menggantung kata-kata.

"Ay? Ay apa?" Susan tidak paham.

Andrew menyambung. "Lov... Yu! Jadinya apa?"

"I love you," kata susan polos menyusun setiap kepingan kata yang Andrew katakan.

Andrew tersenyum di sana, "I love you to, Sayang. Susah banget sih nunggu kamu bilang cinta!"

Susan sadar dikerjai. Lagi-lagi dengan pernyataan cinta yang unik. "Ish, kamu ngerjain aku? Iseng banget, sih?"

Tanpa Susan ketahui sebenarnya Andrew sedang berjalan menuju ke ruangan di mana Susan berada, selain untuk menemui Ratih perihal pekerjaan, Andrew juga sekalian melihat kekasihnya. Sambil menyelam minum air, mungkin begitu pepatah yang tepat.

Andrew sudah berada di ruangan AE Department, diedarkan pandangan mencari kekasihnya. Didapati Susan sedang menunduk.

Sambungan telepon mereka masih tersambung, "Ya udah, Sayang, aku kerja dulu ya." Arah pandangan mengarah pada Susan.

Mata Tanti berbinar menangkap sosok bos besar yang jarang-jarang ke ruangan mereka. "Eh ada Pak Andrew, lagi sayang-sayangan di telepon sama siapa, Pak? Mesra banget," Tanti menampilkan wajah penasaran.

Mendengar nama Andrew disebut, Susan refleks menegakkan wajah, mencari sosok Andrew yang tiba-tiba ada di lantai kerjanya.

Jantung berdegup kencang mendapati kekasihnya itu sudah berada di hadapan. Tanpa Susan sadari, handphone masih menempel di telinga, padahal sambungan sudah terputus. Susan pikir Andrew di ruangannya, kenapa tiba-tiba di sini?

Waiting for You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang