Dalam

4.3K 281 12
                                    

Biarkan Ku bertahan
Dalam derap langkah
Kaki diam
Meraup napas penuh sesak
Menghunus hati yang terdesak

Dalam diam ku
Kubungkam segala kata
Dalam doaku
Kulisankan kata cinta untukmu

Tifa masih ingat, kala ia menulis sebaris kalimat ini. Kala dia menyadari bahwa ada hubungan cinta dengan lawan jenis yang akan menghasilkan pernikahan. Dan dia sudah menyempatkan satu nama yang selalu dia jaga dalam doa dan dia kenang dalam diam. Berharap Allah menyambungkan benang-benang cinta yang halal.

Tapi kejadian sore ini membuat ia mengharu, Allah memang tahu segar rasa yang terbelenggu. Rasa yang pernah tersimpan di dalam dadanya kian terbuka.

Sore tadi menjadi hal yang membahagiakan, di mana ayah Tifa tersenyum senang melihat perkembangan Imran yang mampu menyampaikan banyak hal di muka umum. Ya, Imran menggantikan ayah Tifa mengisi kajian, dan mereka melihat melalui rekaman video dan hasil yang disampaikan sangat di luar ekspektasi. Sebab selama ini Imran hanya diam tak sedikitpun mengeluarkan kemampuan yang dia miliki sehingga kala di melakukannya sekali ia membuat kagum semuanya.

"Imran terlalu tertutup selama ini, dia harus lebih dikembangkan lagi Yah. Dia calon penerus dakwah Islam." Begitu komentar ibu Tifa.

"Selama ini udah terlihat kali Bu, hanya saja Om Imran yang selalu bersembunyi di dalam lindungan ayah saja enggan keluar dari zona nyaman." Tifa yang ikut melihat video itupun juga memberi komentar.

Suasana menjadi lebih hidup dengan membicarakan banyak hal, hingga kedatangan Afkar yang tidak terduga. Afkar se ra pribadi ingin menemui ayah Tifa.

Ibu Tifa dan Tifa lalu mulai melipir ke dapur meninggalkan Afkar, ayah Tifa dan Salim -salah satu tim dakwah ayah Tifa- menuju ke dapur.

"Kira-kira ada apa ya Bu?" tanya Tifa penasaran.

"Mungkin Afkar sedang meminangmu."

Tifa terdiam mendengar jawaban yang diberikan oleh sang ibu, dalam hening sang senja, dia coba merangkai kata. Tapi hati terlalu dalam membina hingga kata tak mampu diucapkannya.

Setelah sekian dalam menerpa, ia tak mampu mengatakan satu katapun untuk menunjukkan perasaannya. Dan yang mampu ia lalukan hanya tersenyum lalu menggelengkan kepala sambil meninggalkan sang ibu seorang diri di dapur.

----

Ada yang menunggu....????
Maafkan, hehehe...

Mendekati ending yaa...
Hehehe...
Cerita ini memeng ringan seringan kapas...
Hehehe....
Nanti ada part di mana ide ini berkembang Insyaa Allah dan berisi dengan pelajar yang bisa diambil.
Insyaa Allah.

1. Diam Dalam Cinta (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang