17) Pernikahan 3

127 14 0
                                    

🔵🔵🔵

Suasana hening tanpa ada kata-kata yang terucap oleh Nyonya Meyrossa. Setelah Veer datang bersama kedua orang tuanya untuk melamar Nilam, Nyonya Meyrossa terus dirundung kecemasan yang begitu dalam.

Dia sangat takut jika Veer akan melakukan hal yang sama seperti dua tahun yang lalu. Dua tahun yang masih mengisahkan rasa pahit dalam keluarganya.

"Nilam. Mama tahu kau menyembunyikan sesuatu dari Mama. Tapi Mama mohon jangan sampai kau menikah dengan pembawa sial itu."

Nilam menepuk pundak Nyonya Meyrossa halus. Tatapan seorang putri dan Ibunya pun mengisi malam penuh sinar rembulan.

"Nilam sudah mempersiapkan rencana ini matang-matang. Mama tidak perlu khawatir, anggap saja Mama sedang menyaksikan sebuah tontonan seru."

Mata Nyonya Meyrossa merapat bingung dengan ucapan Nilam. Dalam hatinya ia sangat bertanya-tanya apa yang sebenarnya putrinya itu tengah rencanakan. Mungkin ia harus sedikit bersabar.

"Baiklah, Mama hanya bisa berharap semoga apapun yang ingin kamu lakukan adalah yang terbaik. Mama masuk dulu."

🔵🔵🔵

Sebuah acara pernikahan digelar dengan mewah nan megah di rumah Karan . Semua tamu sangat menikmati pesta yang membuat siapapun ingin berteriak.

W O W!!!!

Veer pun memeluk sahabatnya erat seakan esok mereka tidak akan bertemu lagi.

Sesekali Veer menepuk punggung Karan agak keras. Semua orang yang melihat adegan tersebut hanya bisa mengalihkan muka pertanda jijik.

Apalagi mempelai wanita yang kini berdiri tepat di samping mempelai laki-laki.

"Udah dong, kalian nggak malu ?"

"Aku rindu aja." Kata Veer sembari mendorong pelan tubuh Karan.

"Kalian ini, sudah seperti sepasang kekasih saja. Baru saja kemarin kalian bertemu tapi sudah rindu lagi, menjijikkan."

Veer dan Karan langsung berduet mengeluarkan tawa terbahak-bahak. Melihat kekasihnya yang menenggelamkan muka manisnya, Karan cepat beraksi.

"Kau tidak benar-benar sedang cemburu kan ?"

Bola mata Velly terbuka sempurna. Kata 'cemburu' yang dilontarkan suaminya itu begitu aneh terdengar. Apa iya, dia harus cemburu kepada Veer. Benar saja, mustahil hatinya kini merasa cemburu.

"Aku? Cemburu ? Sudahlah ! Kalian tidak asik, lebih baik aku bersama Nilam."

"Sana."

Langkah Velly tertahan.

Ish, dia tidak mencoba menahanku ? Suami macam apa dia itu, ini acara pernikahan kami tapi dia malah menyuruhku pergi.

"Velly pergi lho," pancing Velly berharap semoga Karan menahannya pergi.

"Velly pergi."

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga.

    Nilam & VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang