Dalam kebimbangannya Nilam menemukan jawaban.
Tiga orang yang tidak asing terlihat berjalan menuju tempat check-in bandara. Tidak salah lagi. Mereka adalah...
"Veer !!" sorak Nilam tanpa malu.
Nilam terus berjalan namun waktu malah berlari. Bukannya dapat menahan kepergian Veer, dia justru menjemput masalah dengan menabrak seseorang.
"Ish, jalan yang benar dong !" kata seorang yang berpakaian pilot.
"Minggir ! Saya tidak ada waktu berdebat dengan anda."
Nilam pun kemudian pergi mengejar Veer, tapi belum sempat ia melangkah. Tangan orang yang ia tabrak tadi menahannya.
"Tidak sopan ! Bisa tidak bilang maaf doang."
"Iya minta maaf. Udah lepas, saya mau pergi !"
Nilam mengempaskan tangan orang tadi. Mendapat reaksi begitu, orang itu pun malah merasakan kekaguman pada seorang Nilam.
"Semoga aku bisa bertemu perempuan itu lagi." Ujarnya sebelum pergi.
◻◻◻
Terlambat...
Begitulah gambaran yang pasa untuk situasi yang dihadapi Nilam. Pesawat yang ditumpangi Veer juga kedua mertuanya telah lepas landas dari bandara.
"Andai saja aku tidak menabrak orang itu," gerutu Nilam.
Tapi Nilam tak menyerah begitu saja. Ada banyak rencana A-B yang telah ia persiapkan, sekedar antisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Salah satunya hal begini.
"Hallo, siapkan penerbangan selanjutnya buat saya. "
"Baik Nona. " kata seseorang di ujung telepon.
◻◻◻
Veer terdiam membisu tatkala pesawat telah mengudara tinggi. Tak ada gedung-gedung perkantoran atau barisan apartemen mewah yang ia lihat, melainkan hanya gumpalan putih yang mengantung di langit.
"Sampai jumpa di Mumbai, istriku."
Veer menyeka selembar foto Nilam yang sejak tadi ia genggam sebagai penghilang rasa takut akan ketinggian.
"Tenanglah Nak, nikmati saja. Bayangkan saja kita tidak sedang berada di ketinggian." kata Nyonya Annaya menenagkan Veer.
"Iya Mama. Dengan melihat foto Nilam, ketakutan Veer agak berkurang."
"Benarkah ? Jadi, genggaman Mama tidak bisa menenangkanmu lagi ?"
"Bukan begitu, kalian adalah sumber kekuatanku. Jadi bila kalian berada di sampingku aku makin bertambah kuat. " Veer menunjukkan kedua lengan berototnya.
"Percaya." nimbrung Tuan Mahardhika yang rupanya belum tidur.
"Apa harus aku ingatkan juga kalo ini sudah malam ? Tidurlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nilam & Veer
Romance[COMPLETED] Menjadi milikmu adalah ketetapan. Kehilanganmu adalah kesedihan. Mencintaimu adalah kejutan besar. Kisah ini berawal dari konflik putusnya hubungan antara Veer dan Nilam. Hingga keputusan mereka untuk menyudahi hubungan mereka membawa ge...