21)Kepergian Veer

83 12 0
                                    

💧💧💧

Nilam POV

Aku menoleh ke belakang sana. Tidak ada satu pun orang di sana. Dan, aku tidak percaya dengan hal-hal yang berkaitan dengan setan dan semacamnya itu. Lagi pula aku juga tidak takut bila pun ada di depan mataku.

"Siapa di sana !?"

"Keluar dan hadapi aku ! Keluar sekarang ! Atau -"

Semak-semak di tepi jalan terdengar berkoyak seperti ada sesuatu. Jantungku pun semakin tak karuan berdetak. Apa aku takut? Mana mungkin.

"Ayo keluar sekarang !"

Aku dibuat penasaran siapa yang mencoba mengerjaiku sekarang, kalo itu Veer. Itu lebih baik. Tapi kalau tidak ? Tamat riwayatku.

Aku harap itu Veer. Semoga saja.

"Veer ? Kau kah itu ? Jangan bercanda." ku coba memastikan.

Suara tak jelas kembali menganggu telingaku.

"NILAM ! Kemarilah."

Spontan aku mencari sumber suara tadi.

"Siapa kamu ? Apakah kau Veer ? Keluar sekarang atau -"

"Cepat keluar!" aku semakin tak karuan.

"Keluar!"

"NILAM ! Kemarilah."

"Jangan sembunyi tampakkan dirimu !"

"Kemarilah."

"Keluar !"

Aku pun berteriak histeris dan berlari secepar mungkin. Ada yang tidak beres di tempat itu. Sepertinya hantu dan saudaranya.

Tapi.

Bagaimana dia bisa tahu namaku ? Tidak. Itu bukan hantu, pasti ada seseorang yang mencoba nenakut-nakutiku.

Happ !

Sebuah tangan terasa menyentuh pundakku. Aku segera berbalik mencari tahu.

"Baaaaa."

Aku tidak merespon. Takut tidak juga, kaget apalagi.

"Ke kenapa biasa saja ? Kau tidak kaget ?"

"Malahan aku senang kau ada di depanku Veer."

Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku tidak ingin Veer pergi lagi dariku, sudah cukup dengan aku yang tersiksa.

Kupeluk erat pria yang kini telah menjadi suamiku. Aku mengira Veer akan begitu marah padaku.

"Apa kau masih marah padaku?"

Veer melepas pelukanku.

"Kau tahu, aku pun ingin marah padamu. Tapi, aku tidak pernah bisa."

"Kenapa?"

"Kau masih belum tahu juga jawabannya?"

Tak sadar kami melangkah beriringan sambil mengenggam tangan.

Semua akan berujung pada kata cinta.Begitulah kata yang tepat untukku. Pria pertama yang aku cintai akan menjadi orang yang aku benci dan orang yang aku benci akan menjadi orang yang paling aku cintai.

Malam yang indah di tepi pantai. Tempat yang sama sekali belum habis menjadi saksi perjuangan panjang cinta kami.

" Apa selanjutnya ?" pertanyaan eksplisit itu muncul di tengah suasana hening.

"Apa maksudmu ?"tanyaku.

"Lihat bintang di atas sana," tangan Veer menunjuk jauh ke atas.

"Bintang jutaan kali jatuh dari langit tapi langit masih terisi bintang yang lain."

    Nilam & VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang