Insiden Kulit Pisang

434 44 0
                                    








Anak-anak sudah ribut ketika mereka dibangunkan subuh-subuh buat apel pagi. Gak bisa dibilang pagi sih inimah apel subuh namanya.

Daniel sudah mengeluh seperti biasa, kesal ketika tidur nyenyaknya diganggu. Dia bersama para maba non muslim lainnya cuma berdiri dilapangan paskhas nunggu maba yang muslim sholat subuh dulu, lumayan lama soalnya udah setengah jam lewat tapi yang balik kebarisan belum semuanya. Wajar kan kalau anak mageran sejenis Daniel mengeluh pegal.

Meski diantara mereka ada aja sosok Lucas dan Jeka yang sibuk bahas cewek-cewek gugus sebelah meski sebenarnya Lucas lebih ke iya-iya aja gak ngerti, Vero dan Joshua yang bahas lebih keren mana film kungfu panda atau karate kid. Banyak obrolan gak penting tapi cukup bikin mereka sibuk sendiri gak kayak Daniel yang diem-diem aja iseng.

"Yang lain mana sih?"

Daniel diam saja saat Lucas, si cowok blesteran Indo-Kalifornia itu bertanya. Pasalnya matahari sudah hampir terlihat tapi kelompoknya masih saja belum kumpul semua.

Gak lama Alif datang, sambil menenteng sarung kotak dengan peci yang masih dipakai dikepala dia mendatangi kelompok campuran gugus 31 sampai 33 itu.

"Ayo mulai rapihin barisan. Hari ini ketua kelompoknya gue." Ucap cowok berlesung pipi itu.

Sistem ketua memang selalu diganti perharinya. Kemarin pas hari pertama ketuanya Ardio dari gugus 32 dan untuk hari ini Alif yang ditunjuk.

"Oke kita hitung anggota dulu ada berapa yang kurang."

Intruksinya. Semua menurut kemudian mulai menghitung dengan runtut.

 Semua menurut kemudian mulai menghitung dengan runtut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama? Gugus?"

Cowok berwajah kecil itu berdiri tegap dengan wajah yang berani gak merasa bersalah sama sekali.

"Bryan, gugus 33." Jawab cowok itu gak terdengar goyah.

"Lo tau disini area bersih dari asap rokok. Kenapa masih berani bawa juga?"

Bryan, si anak industri diam saja. Bukan karena merasa bersalah tapi cuma males menjawab.

"Panggil ketua gugus lo sama pembimbing lo sekarang."

Bryan merapatkan bibir, menurut saja saat Valen, oknum yang nemuin bungkus rokok di tasnya saat razia menyuruhnya memanggil ketua gugusnya.

"Buruan! ngapain masih disini?"

Kesal Valen sebelum akhirnya mengangkat panggilan dari handphonenya.

"Iya Krys? Anak-anak lagi apel pagi."

Valen agak memelankan suara menjawab panggilan dari kekasihnya, sambil melangkah agak menjauh.

Bryan gak beranjak justru diam-diam Bryan mendengarkan obrolan pembimbing 31 itu sampai akhirnya Valen menjauh.

ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang