Perang

434 47 31
                                    








Seluruh anak antariksa berkumpul di unit kesehatan dengan Tsania yang masih setia diranjang dengan kaki diperban sedangkan yang lain lesehan dilantai.

"Beneran gak bisa jalan Tsan?" Tanya Chaerissha atau yang lebih dikena Caca.

Tsania menunduk, melihat kakinya yang udah dari kemarin susah digerakin efek kepleset kulit pisang kemudian menggeleng pelan "Bisa sih tapi pelan-pelan. Maafin gue."

Yang lain diam beberapa ada yang menghela nafas, salah satunya Rena yang udah semangat tampil pensi malam ini.

Jadwal terakhir mereka di paskhas memang buat pentas seni dan gugus 31 sudah sepakat mau pilih beberapa anak buat dijadiin girlband dadakan. Scarlet namanya, isinya beberapa cewek dengan yang emang bisa nyanyi dan nari kayak Sera, Lisa dan Rena sedang sisanya mungkin karena punya kepercayaan yang tinggi cenderung gak punya malu kayak Rossi dan Caca. Tsania sendiri kepilih karena anak-anak mikir dia cantik, pasti bakal menarik perhatian. Sungguh pintar sekali taktik gugus ini.

"Terus yang gantiin Tsania siapa? Formasi kita udah lengkap ih." Sera mengeluh. Yang lain juga lagi sama pusingnya makannya ga ada yang komentar.

"Ya kali tanpa Tsania, formasi narinya berubah lagi dong?" Lisa menambahkan.

Tsania gak bisa kasih pembelaan, disatu sisi merasa bersalah tapi tetap saja dia gak bisa melakukan apa-apa.

Jeka tiba-tiba saja berdiri. Membuat fokus anak-anak pindah ke dia.

"Ayo kita diskusi diluar aja biar dapet lebih banyak ide."

Dengan senyum kelincinya Jeka memberi ide, merasa kasihan juga melihat Tsania diam seperti itu.

"Disini aja kenapa, udah pewe nih." Tiara mengeluh karena tadi dia yang terakhir sampe jadi baru duduk banget.

"Iya dih ngapain pindah?" Simageran Daniel menambahkan.

Yoyo menipiskan bibir, mulai faham situasi apalagi tadi Jeka sempat meliriknya.

"Di luar aja kuy, gak enak sama kakak yang ngawas kitanya berisik terus." Yoyo berucap sembari memberi kode pada Bobby dan Yena yang duduknya berendengan.

"Eh pohon jambu di Seven Ocean boleh dimakan gak sih?" Bobby menyeletuk, menyebutkan nama lapangan biasa mereka apel pagi selama di Paskhas.

Yena menunduk, rasanya ingin menepuk jidat tapi gak sanggup.

"Disitu banyakan pohon belimbing bukan?" Bambam menambahi yang secara ajaib malah ditanggapi.

"Eh kata siapa? Gue gak liat pohon belimbing." Ucap Sera mengingat.

"Ada yah. Banyak disitu." Bambam mulai terdengar nyolot ga mau kalah.

"Masa sih. Kayaknya gak ada." Sera juga tambah gak mau kalah.

"Ada tau gue liat." Tiara akhirnya ikut nimbrung.

"Yaudah ayo kita kesana buktiin ada apa enggak." Alif mulai merasa ini gak kondusif ngajak yang lain keluar.

Kadang bingung kenapa yang jadi ketua malah Yoyo si manusia kompor dengan gosip terupdate dan bukan cowok dewasa sejenis Alif Fahreza ini.

"Masa nanya doang Lif, minta lah sekalian. Kan lumayan." Dan ini adalah ucapan Bobby dan otak gak tau malunya.

Beberapa mengangguk, yang paling semangat tentu aja Bambam yang dari semalem uring-uringan snack selundupannya abis sama anak-anak di baraknya.

Akhirnya setelah obrolan panjang gak berfaedah itu anak 31 bangun, berbaris buat keluar UK. Sebelum keluar pintu Jeka sempetin noleh kebelakang ngeliat Tsania yang bales natap dia sambil menggerakan bibir mengucapkan terima kasih tanpa suara. Jeka diam, berbalik lagi keluar dengan bibir mengulum berusaha menahan diri buat gak tersenyum lebar.

ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang