CHAPTER 3
Christa sudah sampai di kampusnya, meski perkuliahan akan dilaksanakan kurang dari tiga puluh menit namun sudah banyak mahasiswa yang datang. Christa belum tahu, mana saja teman yang satu kelas dengannya. Christa sudah diwanti-wanti oleh kakaknya, bahwa orang Jerman adalah orang yang tepat waktu. Waktu sangat berharga bagi orang Jerman, dan Christa akan mematuhi itu.
Sesekali Christa tersenyum, meski hanya satu dua yang membalas senyumnya. Gadis itu maklum, budaya setiap negara memang berbeda. Christa mengamati lorong-lorong tinggi, juga pilar-pilar kokoh, setiap cekungan terdapat patung, ingatkan Christa untuk mencari informasi lebih dalam mengenai kampus ini. Bangunan Ludwig Maximilian University of Munich menurut pandangan Christa, seperti bangunan-bangunan zaman kerajaan. Bisa dibilang mirip kastil. Christa tidak hentinya berdecak kagum.
Lantai demi lantai Christa lewati, meski ada fasilitas lift, namun Christa lebih memilih melewati tangga setiap lantai. Christa berhenti saat melihat salah satu ruang yang bertuliskan Seminarraum. Matanya meneliti, dan ia tersenyum saat terdapat namanya. Melirik jam tangannya, dengan perlahan ia membuka pintu itu.
Beberapa orang yang berada di dalam tampak menoleh. Christa menyapa mereka dengan bahasa Inggris, mereka membalas sapaan Christa.
"Hai, kenalkan aku Elizabeth." Salah satu perempuan cantik beraksen British bertanya pada Christa. Dengan tersenyum ramah Christa menjawab. "Hai Elizabeth, aku Christa. Aku dari Indonesia. Kau?"
Mata biru perempuan itu berbinar. "Wow, Indonesia. Bali. Ya, aku tahu Bali. Indonesia, bukan? Ah, aku dari Liverpool. Senang berkenalan denganmu, Christa." Christa tertawa pelan.
"Ya. Bali adalah salah satu pulau terindah di Indonesia. Senang berkenalan denganmu juga."
Christa mengajak pandangannya berkeliling. Ruangan ini tidak terlalu besar, Christa menghitung dalam hati meja kursi yang disediakan, hanya berkisar dua puluhan. Christa membuka tasnya, dan mengambil Macbook-nya.
Tak lama, kursi di samping Christa terisi. Gadis itu menoleh dan langsung bertemu tatap dengan laki-laki tampan. Astaga...Christa sampai mengerjapkan matanya beberapa kali. Ingatkan Christa bahwa ia sedag di negeri orang, jadi wajar ia bertemu dengan wajah-wajah yang selama ini hanya ia lihat dari internet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowfall in Munich (ENDING)
General FictionHanya satu yang ada di benak Christa, jika selama ia kuliah di Jerman dan ternyata memiliki kekasih, ia akan berusaha menjaga keperawanannya. Bagaimanapun juga, pola pergaulan Eropa berbeda dengan Indonesia. Hingga suatu malam bersalju ia bertemu de...