EPILOGUE
Manuel mengerjap saat sinar matahari menyorot wajahnya. Tatapannya langsung mengarah pada figura super besar yang terletak di kamarnya. Senyum tampannya seketika terbit, itu foto pernikahannya dua bulan yang lalu. Pesta pernikahan yang tak pernah pernah ia pikirkan sebelumnya. Bagaimana jika ia tidak bertemu dengan Christa? Bagaimana jika ia tidak menghamili Christa? Meski ia sedkit menyayangkan hal yang terakhir tetap saja ia beryukur, karena hal itu kini ia memiliki malaikat hidup yang luar biasa.DUK...
Manuel langsung menolehkan kepalanya ke samping saat lengannya disodok sesuatu, senyumnya semakin lebar saat melihat puteranya tengah memainkan kaki dengan lucu. Yah, Manuel memang merasa menjadi lelaki paling bahagia di dunia. Memiliki istri yang cantik dan putera yang sangat menggemaskan.
“Good morning, my son...” sapaan Manuel hanya dibalas dengan dengungan khas balita berusia enam bulan.
Manuel tidak menyangka jika Christa menerima lamarannya dan mengajukan syarat yang hampir membuatnya menjatuhkan rahang.
“Aku menerima pinanganmu, Manuel. Tapi aku ingin kita menikah setelah anak kita lahir, dan...dan semua menjadi seperti semula. Aku memimpikan mengenakan gaun pengantin dengan tubuh layaknya gadis, bukan seperti balon seperti saat ini.”
Dan Manuel menepati janjinya, dua bulan yang lalu Manuel benar-benar mewujudkan pernikahan indah dan khidmat di Gereja St. Jacob, Rotherburg. Entah, apa yang Christa pikirkan, namun istrinya itu meminta untuk menikah di kota paling romantis di Jerman. Sekaligus tempat dimana masalah mereka berawal.“Aku ingin kita mengakhiri dengan manis di tempat ini.” Begitulah pemikiran Christa saat itu.
Suara pintu terbuka membuat Manuel mendongak, dan melebarkan senyum dan tangannya untuk menyambut malaikat cantiknya.
“Selamat pagi, Mein Ehefrau...” Christa merona saat mendengar suara serak suaminya.“Selamat pagi juga, Mein Ehemann. Kopi?” Christa membalas seraya menepuk-nepuk kaki gempal putranya yang seperti kembali mengantuk.
Manuel tersenyum dan menggigit pelan cuping telinga Christa. “Aku lebih berminat sesuatu darimu.”
Christa hanya mendengus, entahlah Manuel berubah menjadi sangat mesum setelah mereka resmi mejadi suami istri.“Sepertinya Arnold terlelap kembali.” Manuel mengikuti arah pandang istrinya, benar saja, putranya sudah kembali terlelap.
Arnold Peter Lewandowski...
“Aku kemarin masih canggung saat dipanggil dengan sebutan Frau Lewandoswka.”
Manuel mengerutkan keningnya. “Memangnya kenapa, Mein Perle?”
Christa mengendikkan bahu seraya menyamankan diri di dada suaminya. “Entahlah, aku masih belum terbiasa.” Manuel terkekeh dan mencium puncak kepala istrinya.“Kapan kita ke Jerman?”
Manuel terdiam, semenjak menikah di Rothenburg, mereka belum lagi mengunjungi Jerman. Mereka masih tinggal di Polandia, sesuai permintaan ibu Manuel. “Mungkin setelah anak kita mulai berbicara.” Jawaban main-main Manuel membuahkan pukulan pelan di dadanya.“Aku masih penasaran dengan isi video skandalmu.” Manuel mengerjap, selama ini Christa seolah tidak peduli dengan skandal masa lalu Manuel. Padahal bisa saja Christa membuka laman internet sebelum diblokir saat itu.
Christa mengecup dada Manuel, “Tapi biarlah, toh sekarang kita baik-baik saja. Semua baik-baik saja.”
***
Christa mengurut pelipisnya jengkel, putranya sudah aktif berlari-lari. Usianya sekarang sudah empat tahun, tidak heran jagoan kecilnya itu sudah mulai bertingkah aneh-aneh. Seperti saat ini, ketika ayahnya sedang berbicara di depan anak-anak Manus, Arnold langsung menubruk tubuh ayahnya. Manuel hanya tertawa dan membiarkan tingkah polah anaknya.Christa tak pernah berhenti bersyukur, mungkin sebagian orang mencibir dirinya, namun ia begitu tidak peduli. Saat ini ia begitu bahagia memiliki keluarga yang luar biasa menakjubkan.
Christa tahu, ini bukanlah akhir, namun inilah awal dari kisahnya yang lain. Berawal dari hujan salju, ia dan suaminya dipertemukan, berbagai drama telah ia lalui. Hingga akhirnya ia dapat tersenyum seperti sekarang.
Tiba-tiba mendesis pelan saat merasakan gerakan di perutnya. Senyum cantiknya terulas, ia mengelus lembut perut buncitnya.
“Putri Mama sedang main ya? Atau pengen kayak kakak lari-lari?” Christa bergumam pelan sembari tertawa. Saat ini ia tengah mengandung anak kedua, dan menurut USG berjenis kelamin perempuan.Christa mendongakkan kepalanya dan langsung bersitatap dengan suaminya yang memandang khawatir. Christa menggeleng tanda, ia baik-baik saja.
“Manuel tidak sempurna, aku jauh lebih tidak sempurna, namun ketidaksempurnaan kami akan menjadi kolaborasi menuju kebahagiaan. Saling membutuhkan, saling mengisi.”***
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowfall in Munich (ENDING)
General FictionHanya satu yang ada di benak Christa, jika selama ia kuliah di Jerman dan ternyata memiliki kekasih, ia akan berusaha menjaga keperawanannya. Bagaimanapun juga, pola pergaulan Eropa berbeda dengan Indonesia. Hingga suatu malam bersalju ia bertemu de...