CHAPTER 18.1

4.9K 242 18
                                    

CHAPTER 18.1


Munich, beberapa tahun yang lalu...

Manuel baru saja melepaskan mantelnya saat mendengar seruan dari atas tangga. Dalam hatinya, ia mendengus kasar, harinya sudah lelah dengan tugas-tugas kuliah, kini ia harus berhadapan dengan orang yang paling ia hindari. Meski selama ini ia serumah, tetap saja Manuel enggan bertegur sapa, dan selalu menghindar.

"Baru pulang kuliah atau pulang bermain-main?" Suara feminin itu terdengar memuakkan di telinga Manuel. Tanpa menjawab, lelaki jangkung itu meneruskan langkah tanpa menjawab. Sialnya, ia harus berpapasan dengan perempuan itu, karena perempuan itu masih di tengah-tengah tangga.

"Aku bertanya padamu, Manuel! Dimana letak sopan santunmu?"

Manuel mengibaskan tangannya saat merasakan sentuhan di lengannya. Manuel menatap tajam perempuan yang dinikahi ayahnya sejak ia kecil. "Lepaskan!"

Desisan Manuel hanya ditanggapi senyum miring oleh Marine, ibu tiri Manuel.

"Kenapa, Manu? Kau keberatan jika aku sentuh?" Manuel benar-benar ingin muntah mendengar suara mendayu perempuan paruh baya itu. "Pelacur!"

Lagi-lagi perkataan pedas Manuel hanya membuahkan tawa kecil. Namun sorot mata perempuan itu menyipit. "Setidaknya walaupun aku pelacur, tetap saja aku ikut membesarkanmu. Jangan lupa, siapa yang dulu menimangmu saat masih bayi?"

"Aku tidak butuh apa-apa darimu! Dan aku tidak akan berterima kasih padamu!"

Marine kembali tertawa. "Dari pada seorang ibu yang melahirkan tapi pergi begitu saja!" Marine tidak mengindahkan perkataan Manuel. "Setidaknya aku yang saat ini menjadi Mrs. Lewandowska, bukan perempuan yang melahirkanmu. Mungkin dia saat ini juga sudah memiliki keluarga yang baru. Atau dia sudah mencari lelaki kaya raya lagi?"

Manuel merasakan dadanya memanas, setiap ia diingatkan tentang ibu kandungnya. "Aku masih penasaran, bagaimana dulu saat Zie hamil dirimu, mengapa setelah beranjak dewasa justru anaknya kelainan?"

Manuel menoleh tajam pada Marine. "Apa maksudmu?" Marine mengendikkan bahunya ringan, seolah hanya membicarakan hal yang tidak penting. "Ya...mungkin Zie meninggalkanmu sejak bayi karena ia tahu, anaknya akan memiliki kelainan. Berbeda dengan lelaki pada umumnya."

"Apa maksudmu?!" Kali ini suara Manuel meninggi. Tawa mengejek terbingkai di bibir Marine. "Kau penyuka sesama jenis!"

Bagai tersambar petir, Manuel memucat. Ia sama sekali tidak menyangka jika perempuan ular di depannya ini mengetahui rahasia terbesarnya, karena menurutnya, hanya Robert dan sahabatnya, Jimmy, yang mengetahui penyimpangan seksualnya.

"Kau mungkin bisa menyembunyikan dari Si Tua Bangka Peter, tapi tidak denganku, Manuel Sayang!"

Manuel mengepalkan tangannya. Walaupun hubungan dengan ayahnya tidak terjalin baik, namun ia tetap merasakan sakit hati saat perempuan di depannya ini memanggil ayahnya demikian. "Yang kau sebut Si Tua Bangka itu, ayahku! Demi Tuhan! Dan ia suamimu!" Manuel berteriak dengan mata memerah menahan amarah dan rasa ketakutan yang tiba-tiba menguasainya.

Marine kembali menyentuh lengan Manuel dengan sensual, lalu mencebikkan bibirnya. Meski ia sudah berumur namun dengan perawatan, wajah Marine masih dikatakan cantik dan mulus. "Kau dengar aku, Manuel. Ayahmu itu payah! Ia sama sekali tidak jago di ranjang, kau tahu sendiri, bukan? Jika aku masih membutuhkan lelaki yang perkasa... jadi selama ini kebutuhanku belum tercukupi..."

Snowfall in Munich (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang