CHAPTER 11
"Pelan-pelan, Sayang." Manuel mengusap sudut bibir Christa yang terkena wine yang disesap gadis itu. Manuel terkekeh geli saat melihat Christa memejamkan matanya erat meminum anggur itu. "Kau tidak terbiasa minum?"
Christa membuka mata dan menatap Manuel, wajahnya merona malu. "Aku baru dua kali ini minum wine, pertama kali itu pun hanya di saat perayaan Natal beberapa tahun lalu. Dan sejak saat itu aku dilarang minum lagi. Karena aku tidak kuat." Manuel melebarkan matanya, ia langsung merebut gelas yang ada di tangan Christa.
"Kenapa?" Tanya Christa tidak mengerti matanya sudah terlihat sayu, wajahnya pun juga memerah. "Sudah cukup! Maaf, Sayang, aku tidak tahu kalau kau tidak tahan minum alkohol. Ini wine dengan kandungan alkohol tinggi."
Christa mengerjapkan matanya yang mulai memburam. "Benarkah, Ya Tuhan! Kepalaku terasa berat." Manuel segera mengambil air putih dan menyodorkannya pada Christa. Dengan telaten, Manuel membantu Christa minum air putih. Perlahan, Manuel menempatkan kepala Christa di dadanya. Mengelus pelan rambut harum itu, sesekali mengecupnya.
Manuel mengakui, rasa sayang pada gadis ini sudah perlahan tumbuh. Bahkan rasa ingin memiliki pun sudah perlahan muncul, tapi jika gadis ini tahu bahwa ia seorang ....
GAY.... Ya... Manuel adalah gay, setidaknya itulah yang ia yakini. Karena dari kecil ia didikte oleh ayahnya bahwa perempuan hanya akan menyakitinya. Tapi mengapa ayahnya berkata demikian, jika ayahnya kembali menikah untuk kedua kalinya?
Tanpa sadar, Manuel mengeratkan pelukannya. Hatinya perih mengingat penyimpangan orientasi seksualnya. Apa yang akan gadis ini pikirkan jika mengetahui yang sebenarnya?
Ia seorang gay...
Ia seorang gay...
Ia seorang gay...
Bahkan baru lima tahun ini ia tidak lagi berhubungan dengan kekasih sesama jenisnya. Keraguan kembali muncul pada benak Manuel, jika ia memang gay, mengapa ia begitu menginginkan Christa? Christa seorang perempuan, bukan?
Perempuan... Dulu, ia begitu benci dengan perempuan.
Haruskah ia mengatakan dengan jujur masalah terbesar dalam hidupnya ini?
Apakah Christa akan memahami bagaimana perasaannya?
Ya! Nanti ia pasti jujur pada Christa, tapi nanti...nanti...saat gadis ini sudah menjadi miliknya.
Saat ini, biarlah ia menikmati perasaan ini. Perasaan yang pertama kali ia rasakan pada seorang perempuan...
Dan, biarlah rahasia terbesarnya ia simpan sendiri...setidaknya untuk saat ini... sebab ia begitu takut jika gadis ini akan jijik padanya...
***
Manuel mengerjapkan matanya saat melihat ruangan begitu gelap, matanya mencoba beradaptasi dengan kegelapan. Perlahan, ia sedikit merenggangkan badannya, lalu merasakan jika ada beban di dadanya. Senyumnya seketika muncul saat mengetahui jika ia tidak bermimpi, ia tidak bermimpi bahwa saat ini ia tengah berbaring sembari memeluk gadis yang sudah mengusik hatinya.
Tadi setelah yakin Christa tertidur, Manuel mengangkatnya dan membaringkannya di ranjang. Sebenarnya ada rencana ia segera pulang dan menuliskan pesan singkat bahwa ia sudah pulang, namun ketika melihat wajah polos yang tertidur dengan pulasnya itu, ada sesuatu yang mencegah Manuel. Ia justru kembali mendekati ranjang, memberikan kecupan kecil di bibir yang sedikit terbuka itu dan ikut berbaring di bawah selimut dengan Christa. Meski merasa kesempitan, namun tidak ada yang mampu menghentikannya untuk tetap memeluk tubuh mungil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowfall in Munich (ENDING)
Ficción GeneralHanya satu yang ada di benak Christa, jika selama ia kuliah di Jerman dan ternyata memiliki kekasih, ia akan berusaha menjaga keperawanannya. Bagaimanapun juga, pola pergaulan Eropa berbeda dengan Indonesia. Hingga suatu malam bersalju ia bertemu de...