"Dua tambah lima, ehm.... enam!",
"Tujuh sayang!",
"Kok tujuh tante?",
"Emang! Nih lihat ya, dua tambah lima. Lima di mulut dua di tangan. Abis lima?",
"Enam tujuh! Iya tujuh!",
Jihoon sedang semangat mengerjakan tugasnya ditemani dengan sang ayah dan juga Jaehwan yg sedang memangku Wooju. Wooju menatap apa yg dikerjakan temannya itu dengan penasaran. Sesekali dia meniru apa yg dilakukan ibunya. Membuat Minhyun tidak bisa menyembunyikan rasa gemasnya pada bocah berumur 3 tahun itu.
"Gimana cih? Mama, ajalin Wooju juga! Wooju juga mau belajal!",
"Nanti mama ajarin ya di rumah!",
"Wooju juga mau pintel kayak kak Jihoon!",
"Iya, nanti mama ajarin biar Wooju pinter!",
"Tante, ini tiga ditambah enam, sembilan!",
"Bener! Jihoon pinter ya!",
"Iya dong! Jadi anak papi halus pintel!",
Jihoon meletakkan pensilnya dan kemudian duduk diantara kedua orang dewasa itu. Tangan kecilnya berusaha memeluk keduanya. Tidak lupa dia juga berusaha memeluk Wooju juga.
"Jiun seneng sekalang! Makasih tante!",
"Hah?",
Gadis kecil itu kemudian mencium pipi keduanya dan kemudian melanjutkan tugasnya. Baik Minhyun maupun Jaehwan hanya bisa terdiam mendengar ucapan Jihoon barusan. Wooju sendiri yg awalnya berada di pangkuan sang ibu tiba-tiba saja pindah ke pangkuan Minhyun. Jaehwan tersadar ketika selang infus Wooju tidak sengaja mengenai wajahnya. Merasa suasana menjadi canggung, Jaehwan pun pamit sebentar dengan alasan ingin mencari minuman dan Minhyun pun hanya bisa mengangguk. Mungkin Jaehwan ingin mencari angin.
Jaehwan mengintip dari kaca yg ada di pintu. Terlihat Wooju yg nyaman di pangkuan Minhyun. Bocah itu bahkan mulai tertidur sambil bersandar pada ayah temannya itu. Sesaat perasaan Jaehwan menghangat. Dokter tadi bilang, demam yg dialami Wooju hanya demam biasa yg kadang dirasakan oleh seorang anak ketika dia merindukan seseorang. Siapa yg Wooju rindukan? Ayahnya? Dia saja tidak pernah bertemu ayahnya! Jaehwan hanya tidak sadar, merindukan tidak selamanya merindukan orangnya, terkadang orang hanya merindukan sosoknya saja, seperti yg dialami Wooju mungkin.
Jaehwan sempat terkejut ketika ponselnya berbunyi. Dia segera menjauh dari kamar untuk menerima telpon yg ternyata dari ibunya itu.
"Halo bun?",
"Gimana keadaan cucu bunda sayang?",
"Udah baikan ma! Kata dokter, besok boleh pulang!",
"Oh ya? Syukurlah! Kamu juga jangan lupa istirahat ya!",
"Iya ma! Bunda sama ayah juga! Jaga kesehatan!",
"Sayang, bunda mau ngomong sama kamu!",
"Apa itu?",
"Ini sudah waktunya kamu cari ayah buat Wooju sayang",
"Bun, aku udah bilang kan, aku lagi gak mau bahas soal ini!",
"Kamu bilang sendiri kan tadi? Wooju sakit karena kangen ayahnya!",
"Wooju gak pernah ketemu sama ayahnya! Gak ada yg perlu dia kangenin!",
"Bisa jadi bukan orang yg dia kangenin sayang! Bisa aja dia kangen sama sosok ayah buat dia!"
"Bun, aku bener-bener lagi gak mau bahas soal ini! Aku pengen fokus sama Wooju!",
![](https://img.wattpad.com/cover/161703395-288-k685326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mom And Dad! ✔
Fanfic'beli bunga setiap hari, buat siapa emang mas?', 'buat ketemu kamu!', 'tante cantik, mau jadi mamanya jiun gak?', 'om ganteng, jadi papanya Wooju mau?',