"Papa hiks...",
Woojin tidak bisa berhenti menangis melihat sang ayah yg mulai membereskan barang-barangnya dan mengosongkan mejanya. Jaehwan hanya menatap dari jauh, bersama Minhyun di sampingnya. Dari apa yg Jaehwan dengar dari cerita Woojin, Jaehyun selaku ayahnya Woojin masih memperlakukan anaknya itu dengan baik. Dia tidak membedakan Woojin dengan anaknya yg lain. Bahkan Woojin hanya akan merasa aman jika ayahnya datang.
"Papa mau kemana hiks...",
"Papa kerja sayang... Woojin sekarang sama mama ya?",
"Kenapa papa gak sama kita?",
"Sayang... Woojin lebih aman sama mama. Woojin jaga mama ya? Jaga adek Wooju juga!",
"Papa kerja dimana? Woojin boleh dateng?",
"Kalau Woojin kangen, Woojin telepon aja ya? Nanti biar papa yg nemuin Woojin! Woojin jangan nakal sama mama ya? Jaga mama sama adek!",
"Papa...",
"Papa pergi ya!",
Jaehyun mencium pipi anaknya itu sekilas dan pergi meninggalkannya. Woojin tidak bisa menahan tangisnya. Anak itu terus menangis sembari menatap sang ayah yg mulai menjauh. Jaehwan menatap anaknya itu tidak tega sebenarnya namun tidak ada yg bisa dia lakukan. Minhyun segera menghampiri Woojin dan memeluknya. Woojin masih tidak bisa diam. Tangisnya justru semakin keras ketika Minhyun menggendongnya, membawanya kembali ke ruangannya.
"Hiks...",
Minhyun kembali menggendong Woojin dan terpaksa memangkunya. Woojin akhirnya tertidur karena terlalu lelah menangis namun begitu Minhyun merebahkannya di sofa, Woojin akan terbangun dan kembali menangis hingga akhirnya dia kembali tertidur di pangkuan Minhyun. Minhyun sendiri tidak bisa mengerjakan apapun karena harus menunggu Woojin yg tertidur. Jaehwan sedang menjemput Jihoon dan Wooju ikut dengannya. Woojin tidak masuk karena kebetulan juga dia sakit dan Jaehwan mengijinkannya untuk bertemu ayahnya sebelum ayahnya itu benar-benar pindah.
Tubuh Woojin mulai berkeringat walaupun suhu tubuhnya masih hangat. Dengan susah payah Minhyun berusaha mengganti pakaian Woojin yg basah akan keringat dengan pakaian yg kering. Woojin sendiri tetap tertidur. Setelah mengganti pakaian, Minhyun berusaha meletakkan Woojin lagi di sofa karena dia mulai kelelahan namun lagi-lagi Woojin terbangun dan mulai rewel lagi. Karena mulai lelah, Minhyun pun membaringkan tubuhnya sendiri dan membiarkan Woojin tidur di atasnya.
Kriiingg...
Minhyun yg hampir tertidur langsung kembali bangun ketika dia mendengar ada telepon masuk. Minhyun meraih ponselnya namun dia justru bingung karena tidak ada telepon masuk hingga akhirnya dia sadar...
Jaehwan tidak membawa ponselnya. Dengan susah payah Minhyun meraih ponsel Jaehwan yg tergeletak di meja. Dia sempat ragu ketika melihat nama 'ayah' tertera di layar ponsel. Apa dia harus mengangkatnya? dia belum siap jika memang itu ayahnya Jaehwan yg menelpon. Tapi jika dia tidak mengangkatnya, dia takut jika ayah Jaehwan menelpon karena ada hal penting. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Minhyun pun mengangkat telepon itu.
"Ha...halo... selamat siang",
"Oh... siapa kamu? Bukankah ini nomer anak saya?",
"Iya benar! Ini nomer Jaehwan, tapi... Jaehwan sedang pergi. Dia meninggalkan ponselnya",
"Kemana dia?",
"Dia... dia... dia menjemput anaknya sekolah",
"Oh begitu... kamu siapa? Kamu laki-laki ya? Apa kamu calon suaminya?",
KAMU SEDANG MEMBACA
Mom And Dad! ✔
Fiksi Penggemar'beli bunga setiap hari, buat siapa emang mas?', 'buat ketemu kamu!', 'tante cantik, mau jadi mamanya jiun gak?', 'om ganteng, jadi papanya Wooju mau?',