Bab 6 Suami Minah meninggal

4.9K 141 1
                                    


            Pelan-pelan langkah Minah mendekati suaminya, Minah memegang tangannya yang sudah kaku. Minah meletakkan telinganya didada suaminya, tidak ada suara detak jantung. Minah langsung keluar dari rumah dan teriak meminta pertolongan dari tetangganya. Waktu sudah mendekati Subuh, satu persatu tetangga bangun dan menghampiri rumah Minah. Ternyata suami Minah telah wafat.

            Antara percaya dan tidak percaya Minah terus memandangi suaminya dan pura-pura menangis. Popon dan Pipin terus menangis meratapi kepergian Ayahnya. Suami Minah di kebumikan tidak jauh dari rumahnya. Tidak ada satupun tetangga yang mencurigai kematian suami Minah. Semuanya mengira, kematian suami Minah karena sakit.

           Sejak kematian Ayahnya, Popon menjadi anak yang pendiam, ucapan Ayahnya terus terngiang ditelinganya, "jangan pernah ikut Ibumu," kata-kata terakhir Ayahnya, membuat Popon terus berpikir. Minah semakin bebas kerumah Dongos dan membawa orang yang ingin berobat. Sampai pada suatu hari, ada seorang duda kaya yang di incar Minah.

           Dengan bantuan Dongos, Minah berhasil menaklukkan duda dengan tiga anak. Minah akhirnya menikah. Popon dan Pipin merasa tidak nyaman, usia Popon sudah 10 tahun dan Pipin 8 tahun. Popon meminta pada Ibunya untuk masuk ke Pesantren, dan dikabulkan Ibunya.

           Minah merasa keputusan Popon masuk Pesantren sangat baik, karena anak tirinya kurang menyukai kehadiran Popon dan Pipin. Minah semakin bebas dan tetap berhubungan dengan Dongos. Minah berbagi harta dengan Dongos tanpa sepengetahuan suaminya.

           Waktu berjalan begitu cepat, sembilan tahun berlalu, Popon dan Pipin menjadi gadis yang cantik. Pipin dilamar pemuda yang sama-sama dari Pesantren, dan dinikahkan. Sedangkan Popon masih belum mau menikah karena trauma.

           Popon sudah menjadi gadis yang soleha, banyak gadis di usianya tidak memakai hijab, saat itu Popon sudah berhijab. Perbedaan antara Ibunya dan Popon sangat mencolok. Ketika Popon melantunkan Ayat-ayat suci Al Qur'an, Ibunya melarang, dengan alasan berisik.

          Popon semakin tertekan, di ingatnya kembali pesan Ayahnya agar Popon tidak ikut dengan Ibunya. Popon sering berkunjung ke Pesantren untuk menenangkan diri, dan itu membuat Ibunya sangat marah. Ibunya meminta bantuan Dongos agar bisa membuat anaknya patuh, dan cepat cari jodoh.

          "Kang, tolonglah anakku Kang! buatlah dia patuh dan cepat mendapat jodoh," ucap Minah.

          "Bawa saja anaknya kemari!" ucap Dongos santai.

           Minah mulai mencari waktu yang tepat untuk membawa Popon ke rumah Dongos.

***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang