Bab 12 Popon tiap hari kerumah Emak

4.1K 135 0
                                    


            Setiap hari Popon menyempatkan datang kerumah Emak dukun, hanya untuk menunggu surat dari Saroh, tapi selalu gagal, sudah tiga bulan Popon kerumah Emak tiap hari, tapi selalu nihil. Emak merasa kasihan pada Popon dan menenangkan Popon.

          "Kalau tiap hari kamu kemari, kasihan kamu, jaraknya jauh Pon, Emak janji kalau Saroh sudah kirim surat, Emak akan menyampaikannya yah?" ucap Emak.

          "Janji ya Mak? akan memberitahuku jika Saroh datang atau mengirim surat," pinta Popon.

          "Iya Emak janji," jawab Emak.

          Tapi keadaan sangat berbeda, bulan berganti dan tahun berganti, justru Saroh tidak memberi kabar. Sudah tiga tahun Popon tidak mendengar kabar dari Saroh, akhirnya Popon marah pada Emak.

          "Mak, aku tidak yakin Saroh tidak datang, dia anak Emak, pasti dia datang menemui Emak! sudah tiga tahun aku menanti Pipit, kenapa Emak begitu tega pada saya?" ucap Popon sedih.

          "Maafkan Emak, sebenarnya dua bulan lalu Saroh datang, Emak sudah katakan pada Saroh, tapi rupanya Saroh sudah terlanjur sayang pada Pipit, dan Pipit sudah terbiasa dengan Saroh dan menganggap Saroh Ibunya.

          Saroh hanya berpesan, kelak jika Pipit Dewasa pasti akan tahu siapa Ibunya. Saat ini dia tidak membutuhkan siapa Ibu kandungnya, yang Pipit tahu, dia butuh siapa yang selama ini ada disisinya, saat Pipit sakit dan sehat, yang Pipit tahu Saroh Ibunya yang mengurus. Kata Saroh, jika dipaksa di pisahkan dengan Saroh, maka bisa saja Pipit akan sakit dan merasa kehilangan, maafkan anak Emak ya Pon?" jawab Emak.

          "Apa? jadi aku tidak bisa melihat anakku sendiri? dia itu anakku Mak! aku yang melahirkannya dan menitipkannya pada Emak! kenapa Emak tega bicara begitu?!" ucap Popon sedih.

          "Tapi Pon, kalau menurut Emak, Pipit lebih aman ada diluar Jawa, jika Pipit ikut bersamamu dan Dongos tahu, maka Dongos akan curiga dan mengambil anakmu, apalagi Dongos bukan orang sembarangan Pon! dia akan curiga jika Pipit bersamamu" ucap Emak menenangkan Popon.

           Popon pamit dan berjalan sangat pelan, hatinya amat sedih, harapannya telah sirna, entah sampai kapan Popon bisa melihat anaknya. Minah mulai sakit-sakitan, penyakit kelamin yang dideritanya membuat badan Minah semakin kurus. Berbagai pengobatan tradisional sudah dijalani, dari memakan belerang, kadal, dan ramuan lainnya, penyakit Minah terus menggerogoti tubuhnya. Popon selalu setia menemani Ibunya.

           "Mungkinkah ini azab dari Allah buat Ibu, kenapa penyakit ini begitu menyiksa Ibu, Pon?!" keluh Ibunya.

           "Bersabarlah Bu, mohon ampun pada Allah Bu," ucap Popon.

           "Allah tidak akan mungkin menerima dosa Ibu yang sudah menggunung Pon," ucap Minah menangis.

           "Ibu, jangan bicara seperti itu, Allah Maha Pengampun, Allah Maha Pemurah, percayalah Bu, jika Ibu bertaubat Allah akan mengampuni Ibu," ucap Popon menghibur Ibunya.

           Dengan derai air mata, Minah menceritakan semua dimasa lalunya, Popon menghela nafas panjang mendengar pengakuan Ibunya.

           "Pon, apakah kamu mau mengajarkan Ibu bertaubat?" tanya Minah.

           "Iya Bu, aku akan membimbing Ibu, aku selalu berdoa untuk Ibu dan Ayah," jawab Popon sedih.

           "Apakah kamu mau memaafkan Ibumu ini?" tanya Minah sambil menangis.

           "Aku sudah memaafkan Ibu, nasi sudah menjadi bubur, semua tidak bisa kembali seperti semula, tapi aku tetap sayang Ibu," jawab Popon memeluk Ibunya.

           Minah dan Popon saling berpelukan dalam tangisan. Kehidupan mereka sangat terpuruk, Pipin dan suaminya mengetahui keadaan Ibu dan Kakaknya, langsung pulang kerumah, akhirnya Pipin membantu untuk makan sehari-hari Popon dan Ibunya.

           Popon dengan sabar membimbing Minah sholat dan ngaji, hidup Minah semakin merasakan ketenangan di dampingi anak-anaknya yang soleha, tapi takdir berkata lain, penyakit Minah bertambah parah, akhirnya Minah meninggal dunia.

          Pipin dan suaminya merasa iba dan tidak tega meninggalkan Popon sendirian dirumah, akhirnya Popon dibawa ke rumah Pipin.

  ***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang