Bab 17 Popon kerumah Saroh

3.3K 140 5
                                    


          Hati Pipit merasa iba melihat Popon menangis, Pipit belum bisa bertanya apakah dia Ibunya atau bukan. Justru Pipit bertanya masalah lain.

        "Ibu, apakah Ibu mengenal dukun yang tadi menyapaku?" tanya Pipit penasaran.

        "Kenal Nak, dukun itu namanya Dongos, tolong jangan pernah menemuinya, kalau sampai bertemu dengan Dongos, larilah!" jawab Popon.

         "Apa dia sejahat itu sampai aku harus menghindarinya?" tanya Pipit kembali.

         "Sangat jahat Nak! dia suka dengan gadis-gadis mana saja, dan sudah banyak meniduri perempuan," jawab Popon lugas.

         "Kenapa Ibu tahu semuanya?" tanya Pipit heran.

         "Karena dia adalah mantan suami Ibu, dulu Ibu diperkosa sebelum dipaksa menikah dengannya," jawab Popon sedih.

          Bagai petir menggelegar di angkasa menyambar tubuh Pipit, hati Pipit terasa tertusuk duri, Pipit menahan amarah ketika mendengar Dongos memperkosa Ibunya, "jadi..., dia itu Ayahku? seorang dukun yang sangat jahat? apa ini? kenapa takdirku begini?" teriak batin Pipit. Pipit sangat syok, Pipit langsung lari meninggalkan Popon.

         Popon masih berdiri memandang Pipit berlari sangat cepat, tidak pernah disangka Pipit anaknya datang dan bertemu tanpa sengaja, "ya Allah, rencanaMu sungguh indah, bertahun-tahun aku merindukan putriku, dan hari ini aku melihatnya, terimakasih ya Allah," bisik hati Popon beryukur. Tapi Popon ingin memastikan, apakah benar Pipit anaknya, Popon berjalan menuju rumah Emak. Sementara itu Pipit berlari dan masuk rumah, langsung menegur Umi dan Abinya.

         "Umi, katakan padaku, apakah Dongos itu Ayahku? katakan Umi! kenapa Umi menyembunyikan semua dariku?" tanya Pipit dengan suara gemetar.

         "Kamu darimana Nak? siapa yang bilang seperti itu?" jawab Umi heran.

         "Tolong jawab saja Umi!" ucap Pipit kesal.

          Umi dan Abi saling berpandangan, mereka bingung harus berawal darimana untuk menceritakan semuanya, sedangkan Emak yang menjadi saksi sudah meninggal, dan Umi tidak tahu alamat Popon. Saat Umi dan Abi bingung, suara ketukan pintu terdengar.

         "Assalamu'alaikum," sapa tamu.

         "Wa'alaikum salam, silahkan masuk," balas Umi dan membuka pintu.

          Setelah membuka pintu dan menyuruhnya masuk, Umi menatap Popon, betapa terkejutnya Saroh melihat Popon, Saroh masih mengenali Popon. Dan Popon sangat terkejut ketika masuk melihat Pipit yang duduk di sebelah Abinya.

         "Mari masuk Pon, duduklah," ucap Saroh gugup.

         "Aku..., aku..., " ucap Popon terhenti bibirnya gemetar.

          Saat semua terdiam dan tidak dapat bicara, Pipit mendekati Popon dan bertanya pada Umi dan Abi.

         "Umi, Abi, katakan dengan jujur, apakah dia Ibuku?" tanya Pipit.

          Popon mendengar Pipit bertanya seperti itu, tidak tahan dan terharu, air matanya mengalir deras. Saroh yang serba salah akhirnya ikut menangis dan tidak mampu menjawab. Saroh sangat takut kehilangan Pipit. Tapi Abinya begitu bijak mengahadapi masalah.

          "Pipit, ya benar Nak, Popon ini Ibumu," ucap Abi memecah keheningan.

          Pipit langsung terdiam dan menangis, Pipit tidak kuasa menahan hatinya yang bergejolak karena syok, Pipit melangkah masuk kamar. Popon melihat sikap putrinya seperti tidak menerima dirinya langsung pamit.

          "Maaf, aku kemari bukan maksud ingin membuat putriku sedih, aku berterimakasih, kalian sudah mengurus putriku dengan baik, aku permisi dulu," ucap Popon sedih.

          Saroh masih menunduk dan menangis, Abi mengantarkan Popon kedepan pintu, Pipit mendengar Ibunya pamit pulang, langsung lari menghampiri Popon.

          "Ibu... !" teriak Pipit.

          Popon menghentikan langkahnya dan langsung memeluk Pipit.

         "Anakku... ," ucap Popon terisak.

          "Maafkan aku Ibu," ucap Pipit.

          Saroh menatap Popon dan Pipit berpelukan, terselip rasa cemburu dan sedih. Pipit yang mengetahui Uminya sedih, menggandeng tangan Popon menghampiri Umi.

          "Umi, meskipun aku bukan anak kandungmu, aku akan tetap menyayangi Umi dan Abi," ucap Pipit.

          Mendengar ucapan Pipit, Saroh langsung memeluk erat Pipit dan menangis tersedu-sedu.

***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang