Bab 19 Panjul dan Pipit merencanakan sesuatu.

3.5K 155 1
                                    


          Sampai rumah Popon, Pipit ikut membersihkan kamarnya. Pipit terlihat sangat lelah. Setelah Sholat Isya, Popon terlelap disisi putrinya. Tapi Pipit malam itu tidak bisa tidur. Pipit justru memikirkan Dongos, ingin sekali Pipit memberi pelajaran pada Dongos.

          Dalam kegelisahannya Pipit ingat Panjul, "Panjul, kamu siapa sebenarnya Panjul! dan kenapa kamu tahu semua kehidupanku Panjul!" jerit hati Pipit.

         Suasana yang mencekam, Pipit masih duduk sendirian di dapur menyalakan perapian. Udara sangat dingin jika malam tiba, Pipit tidak menyadari ada sosok yang memperhatikannya.

         "Sepertinya ada yang menyebut namaku, kamu kangen ya? hahahahaha!" ucap Panjul lantang.

         "Kamu?!" teriak Pipit terkejut.

         "Kenapa? mau ngajak ribut lagi?" tanya Panjul menantang.

         "Aku lagi malas ribut!" jawab Pipit cemberut.

         "Kalau begitu aku mau pulang!" ucap Panjul.

         "Tunggu!" teriak Pipit.

         "Tidak usah teriak! nanti Ibumu bangun!" ucap Panjul mengejek.

          "Kamu sebenarnya siapa? kenapa kamu tahu tentang jalan hidupku?" tanya Pipit penasaran.

          "Aku tahu dari qorinmu!" jawab Panjul.

          "Siapa qorin?  kenapa kamu mengikuti aku?" tanya Pipit kembali.

         "Qorin itu jin yang mendampingimu sejak lahir. Aku tidak mengikutimu! aku di perintah Ibuku untuk pulang! rumah Ibuku tidak jauh dari Desa ini, ada diseberang sana, tiga jam perjalanan, masa kecilku disana!" jawab Panjul.

         "Tapi kenapa kamu selalu tiba-tiba muncul dihadapanku?" tanya Pipit penasaran.

         "Karena kamu sudah mengejekku dengan menjulurkan lidahmu! coba kamu tidak mengejekku! aku tidak pernah mengganggu manusia!" ucap Panjul.

         "Jadi Bundamu tinggal di daerah sini juga ya? Tiga jam itu kan jauh juga?" ucap Pipit.

         "Bunda dan Ibuku itu beda, kalau Bunda sangat jauh tinggalnya di Kota sana!" jawab Panjul.

         "Bunda, Ibu? dasar jin! jadi kamu punya dua Ibu?" ucap Pipit heran.

         "Ya! Ibuku manusia yang melahirkan aku, dan Bunda yang mengIslamkan aku!" jawab Panjul tegas.

         "Ibumu manusia? seru juga kisahmu? kamu tidak bohong, kan?" tanya Pipit.

         "Terserah kamu, aku tidak butuh kamu percaya atau tidak!" ucap Panjul marah.

         "Ya setahuku, jin itu banyak bohongnya Panjul!" ucap Pipit mengejek.

         "Apa kamu tahu kisah Nabi Sulaiman? Beliau juga berteman dengan jin! jadi jangan sama ratakan jin itu jahat! seperti Ayahmu! dia manusia tapi lebih jahat dari jin!" ucap Panjul ketus.

         "Tunggu dulu! apa kamu juga kenal Ayahku?" tanya Pipit.

         "Tidak! tapi aku tahu dari qorin Ibumu, Ayahmu sangat jahat!" ucap Panjul.

         "Kenapa kamu harus bertanya pada jin qorin?" tanya Pipit semakin heran.

         "Karena jin qorin mendampingi manusia sejak dia lahir! jadi dia pasti tahu apa yang terjadi pada manusia yang di ikutinya?" ucap Panjul.

         "Oh, aku paham sekarang, sebenarnya aku ingin sekali memberi pelajaran pada Ayahku. Tapi bagaimana caranya ya," gumam Pipit.

        "Aku tahu caranya!" ucap Panjul.

        "Apa itu? bagaimana?" jawab Pipit penasaran.

        "Kamu harus berpura-pura ingin berobat! kamu akan tahu apa yang akan dilakukan Ayahmu," ucap Panjul.

        "Benar juga, ya! tapi aku ragu, selama ini aku bisa mengalahkan jin jahat, apakah aku bisa melawan Ayahku?" ucap Pipit bingung.

        "Kalau bukan kamu! siapa lagi yang akan memberinya pelajaran!" ucap Panjul.

        "Kamu sendiri? kenapa kamu tidak menghentikan Ayahku?" tanya Pipit kesal.

        "Aku belum sempat cerita pada Bunda, dan aku tidak boleh mencampuri urusan manusia tanpa ijin Bunda!" jawab Panjul tegas.

        "Kamu salah Panjul! dasar jin! pintar ngeles! apa kamu tidak sadar? kamu itu sudah mencampuri urusanku!" bentak Pipit.

        "Aku tidak mencampuri urusanmu!" teriak Panjul.

        "Dasar bodoh! kalau Bundamu itu hebat! dia pasti sudah mengetahui apa yang kamu lakukan! kamu sudah mengatakan aku anak dukun, aku anak Ibu! itu artinya kamu sudah mencampuri urusanku! dasar bodoh!" ucap Pipit marah.

         "Iyakah? jangan-jangan Bunda tahu aku ada disini, kalau begitu, aku harus menemui Bunda, aku mau minta maaf sebelum Bunda marah!" teriak Panjul pergi meninggalkan Pipit.

          Pipit merenung sendirian, ucapan Panjul terus bergelayut di pikirannya. Sebenarnya Pipit ingin sekali Panjul ikut saat kerumah Ayahnya, tapi rasa gengsi Pipit sangat tinggi.

 ***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang