Bab 10 Pipit dibawa keluar kota

4.7K 143 1
                                    


          Popon minum jamu bersalin, dia ingin cepat pulih dan menengok bayinya. Sudah tiga hari Popon berpisah dengan bayinya. Ketika Dongos ijin pamit keluar Kota untuk mengobati seseorang, Popon sangat bahagia. Dari pintu belakang Popon keluar dan menuju rumah Emak. Sampai dirumah Emak dukun, Popon masuk dan melihat ada dua bayi.

          "Ini anak siapa Mak?" tanya Popon.

          "Ini Pipit anakmu, coba lihat ciri khas lesung pipitnya, dan yang satunya cucu Emak, usianya hanya beda 2 hari, anak Emak yang dari luar kota cuti dan melahirkan disini," jawab Emak.

          "Aku datang karena ingin menyusui anakku Mak," ucap Popon.

          "Ya silahkan, Pipit juga disusui anak Emak," ucap Emak.

          Popon menggendong bayinya dan menyusui, air mata Popon berlinang, ingin rasanya hari itu juga pergi bersama bayinya. Tapi kondisi Popon masih sangat lemah. Tiba-tiba cucu Emak kejang-kejang kena stip, Emak memasukan sendok kecil kemulut bayi sampai terluka bibir bayi. Popon sangat tegang dan tidak tega melihat bayi dimasukan sendok.

          "Ini Ibunya Pipit?" tanya seorang perempuan, anak dari Emak.

          "Iya Mbak," jawab Popon.

          "Panggil saja saya Saroh, bayimu sehat, lucu, beda dengan bayiku, sakit-sakitan terus sejak lahir," ucap Saroh sedih.

          "Sabar ya Roh, maaf aku sudah merepotkan, kalau aku sudah sehat, aku akan membawa Pipit," ucap Popon.

          "Iya, tidak apa-apa, Emak sudah cerita semuanya kok, aku ikhlas menyusui anakmu," ucap Saroh.

          Setelah puas menyusui dan menggendong Pipit, Popon pamit pulang, Popon terus menciumi Pipit. Emak dan Saroh ikut bersedih melihat Popon menangis sambil mencium Pipit.

          Saat kembali kerumah Dongos, Popon melihat Ibunya datang dan bersedih.

          "Bu, ada apa? kenapa terlihat sedih?" tanya Popon.

          "Ayah tirimu itu Pon! tega sekali mengusir Ibu!" jawab Minah.

          "Iya, tapi kenapa mengusir Ibu?" tanya Popon heran.

          "Ayah tirimu tahu, kalau Ibu sering kerumah Dongos, dan memberi uang pada Dongos! lihat saja! nanti kalau Dongos datang, Dongos akan melawan menantu yang sok Ustad itu!" ucap Ibunya Popon.

          "Maksud Ibu?" tanya Popon heran.

          "Kakak tirimu itu menikah dengan Ustad, dia bilang kalau Ayah tirimu kena santet, dan dia meruqyah Ayah tirimu! Ibu tidak terima diperlakukan begini, Ibu akan membalasnya!" ucap Minah.

          "Bu, sudahlah, apakah Ibu tidak pernah sadar? Ibu sudah diperdaya Dongos! bertaubatlah Bu? apa yang Ibu cari? usia Ibu semakin tua, berbuat baiklah Bu, kalau Ibu terus-terusan menyakiti orang, Ibu tidak akan pernah tenang," ucap Popon menasehati.

          "Tapi selama ini Dongos sudah baik pada Ibu!" ucap Minah.

          "Baik? Bu..., kalau dia baik, tidak mungkin menolong dengan meminta imbalan, apalagi menyantet orang, itu sama saja membunuh Bu! dan Ibu tega sekali menikahkan aku dengan dukun bejad itu!" ucap Popon ketus.

          Minah terdiam dan merenung, kata-kata Popon bagai cambuk menembus kulitnya. Minah memikirkan setiap kejadian bersama Dongos. Hati Minah mulai menggerutu, "ya memang kamu bejad Dongos! kamu sudah meniduri aku, dan sekarang kau meniduri anakku!" ucap Minah dalam hati.

         "Bu kenapa melamun?" tanya Popon mengagetkan Ibunya.

         "Iya, Ibu sedang memikirkan ucapanmu, memang Dongos itu bejad, dia sudah meniduri Ibu, masih saja kurang dan memintamu jadi istrinya, padahal tidak terhitung sudah berapa wanita tidur dengannya!" gerutu Minah.

         "Apa? jadi Ibu sudah tidur dengan Dongos? Ibu tega sekali! Ibu benar-benar sudah dirasuki setan!" ucap Popon meninggalkan Ibunya.

         "Pon, tunggu Pon!  Ibu khilaf Pon!" teriak Minah mengejar Popon.

         "Aku tidak mau bicara dengan Ibu!" ucap Popon marah.

         "Pon, cuma kamu satu-satunya yang dekat dengan Ibu, Pipin sudah dibawa jauh suaminya. Begini saja, bagaimana jika kita pergi dari rumah ini?" ucap Minah.

         "Ibu serius?" tanya Popon heran.

         "Ibu serius, karena orang semacam Dongos, jika dia dapat yang baru, takutnya menelantarkan kamu, sama seperti Ayahmu dulu!" ucap Minah.

         "Entahlah Bu, aku bingung, aku mau istirahat dulu, aku lelah," ucap Popon.

          Popon masuk kamar dan istirahat, jiwanya sangat terguncang setelah mendengar pengakuan Ibunya.

 ***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang