Saroh dan Pipit mulai berkemas dan mempersiapkan pindah. Pipit sudah lulus SMA, tapi sifat Pipit masih kekanak-kanakan karena terlalu di manja. Beberapa hari kemudian, Saroh, suaminya dan Pipit pamit pada warga, banyak yang merasa kehilangan Pipit.
Setelah sampai di Bandara, mereka menuju Stasiun Senen, Pipit sangat senang bisa naik kereta lagi. Sepanjang kereta berjalan, dari balik jendela Panjul terbang dengan santai. Panjul adalah jin Islam yang baik dan sering menolong orang.
Panjul menoleh kedalam kaca dari luar kereta dan melihat Pipit sedang duduk menatap keluar jendela, Pipit langsung menyapa dengan menjulurkan lidahnya, "wek!" ejek Pipit ke arah Panjul.
Panjul hanya tersenyum dan secepat kilat duduk disamping Pipit.
"Heh suruh siapa kamu duduk disini!" teriak Pipit.
"Pit? bicara dengan siapa?" tanya Umi terkejut.
Panjul melihat Umi terkejut karena ulah Pipit langsung tertawa.
"Hahahahaha teriak saja, biar semua orang tahu kamu tidak waras!" ucap Panjul mengejek.
"Kurang ajar!" hardik Pipit.
Umi dan Abi terkejut mendengar Pipit bicara "kurang ajar!" mereka mengira kalimat itu ditujukan untuk Umi.
"Pipit? kok jawabnya begitu pada orangtua?" tanya Umi heran.
"Bukan Umi, ini nih di sebelahku ada jin yang jelek sekali duduk di sebelahku!" jawab Pipit.
"Apa? Jin?" ucap Umi terkejut dan langsung memeluk Abi.
Panjul justru usil, apalagi mendengar Pipit mengatakan Panjul jelek.
"Kamu itu yang jelek!" ucap Panjul.
"Heh! pergi dari sini! jangan ganggu aku!" gertak Pipit pelan.
"Kata Bunda, orang yang suka menghina, dia lebih jelek," ucap Panjul lantang.
"Bundamu itu pasti tidak jauh jeleknya denganmu, pasti mengajarkan kamu untuk mengganggu orang!" ejek Pipit.
"Kata Bunda, buruk sangka itu tidak baik!" ucap Panjul dengan keras.
"Heh jin jelek, kamu mau aku basmi, ya!" ucap Pipit berbisik.
"Kata Bunda menyakiti orang itu tidak baik!" ucap Panjul terus usil.
"Bilang sama Bundamu! supaya mengurungmu dan tidak berkeliaran!" hardik Pipit.
"Yang membebaskan aku adalah Bunda, dia tidak kejam sepertimu Pipit!" ucap Panjul.
"Heh kok tahu namaku? siapa kamu!" ucap Pipit heran.
"Aku Panjul, daya ingatanku lebih bagus dari kamu! tadi Umimu yang memanggil Pipit kan?" jawab Panjul mengejek.
"Sudah sana pergi jelek! atau aku hajar kamu!" gertak Pipit
"Dasar anak dukun!" teriak Panjul sambil terbang.
Pipit sangat jengkel pada Panjul. Apalagi mengatakan anak dukun. Malam semakin beranjak menuju Jawa Tengah, semua terlelap, tapi Pipit masih terjaga. Panjul yang iseng, menumpahkan air dari atas meja ke celana Pipit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemburu Cinta (Panjul Part 5)
Mistério / SuspenseDewasa 18++ Masih ingat Panjul? Jin Islam yang baik hati? Dalam kisah ini Panjul akan ikut berperan dalam cerita. Tolong sebelum membaca cerita ini, baca dulu cerita "Aku hamil anak jin." Karena jika tidak membaca dari awal, akan bingung dengan soso...
