Bab 13 Pipit menjadi remaja yang cerdas.

3.8K 136 2
                                    


            Beberapa tahun kemudian, di lain Pulau, Pipit sudah menjadi gadis remaja yang cantik dan periang. Pipit menyukai alam yang terbuka dan bisa melihat mahluk halus. Saroh yang dipanggil Umi, sangat memanjakan Pipit. Saroh dan suaminya masih merahasiakan orangtua kandung Pipit.

            "Umi, kapan kita jalan-jalan ke Pantai?" tanya Pipit.

            "Nanti kalau Abimu libur ya," jawab Umi Saroh.

            "Umi? kenapa Umi dan Abi tidak bisa melihat jin ya?" tanya Pipit heran.

            "Jin kok dilihat sih Pit! takut ah! Umi dan Abi tidak pernah melihat jin! oh ya, rupanya seperti apa jin yang sering kamu lihat?" ucap Umi penasaran.

            "Banyak Umi, tapi kenapa hanya aku yang bisa lihat ya! teman-temanku semua tidak dapat melihat, aku normal kan Umi?" tanya Pipit.

            "Ya normal dong, kalau tidak normal ya artinya gila!" jawab Umi bercanda.

            "Umi! aku serius!" ucap Pipit ketus.

            "Kamu sendiri takut tidak melihat mereka?" ucap Umi kembali penasaran.

            "Tidak! biasa saja tuh!" jawab Pipit singkat.

            Saroh menatap Pipit, Saroh mengingat semua perilaku Pipit yang bisa mengobati orang yang sakit, dan bisa melihat jin, "apa karena dia keturunan dukun itu ya? akhirnya tingkah dia tidak beda jauh dengan Ayahnya!" ucap Saroh dalam hati.

            "Umi kok diam? kok melamun?" tanya Pipit mengagetkan Uminya.

            "Tidak! siapa yang melamun! Pit, Umi mau bertanya, kamu tidak punya pikiran untuk menjadi dukun kan?" tanya Umi.

            "Hahahahaha ya tidaklah Umi! justru saya yang akan memberantas dukun-dukun yang jahat!" jawab Pipit lantang.

            "Dukun jahat? maksudmu?" tanya Umi heran.

            "Umi..., setiap aku menolong orang yang sakit, terkadang salah satunya karena di santet, dan aku pasti kembalikan santet kepengirimnya, supaya jera Umi!" jawab Pipit lugas.

            "Darimana kamu tahu itu santet?" tanya Umi heran.

            "Ya dari jin yang dia kirim Umi," jawab Pipit santai.

           Saroh merasa lega, Pipit tidak seperti Ayahnya, disela pembicaraan Saroh dan Pipit, suami Saroh datang.

           "Wah, lagi asik ngobrol ya," sapa Abi.

           "Abi, kapan liburan?" tanya Pipit senang.

          "Kamu ini! Abi datang itu tawarkan minum dong, jangan tanya liburan dulu," jawab Abi bercanda.

          "Itu surat apa Bi?" tanya Saroh.

          "Ini surat mutasi Abi, permintaan Abi pindah ke Jawa dikabulkan, sekian lama kita disini, akhirnya dikabulkan, supaya kita tidak jauh lagi kalau silahturahmi ke Saudara," jawab Abi.

           "Asik..., kita jalan-jalan naik pesawat lagi!" teriak Pipit.

           "Kamu itu, sudah besar, kelakuanmu masih seperti anak kecil saja!" ucap Abi sambil memencet hidung Pipit.

           Saroh merasa senang bisa pindah ke Jawa, sudah bertahun-tahun di perantauan, Saroh tetap rindu kampung halamannya.

***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang