Bab 3 Suami Minah kecelakaan

6.6K 177 0
                                    

            Minah menghayal melambung tinggi, dia berharap kehidupannya akan berubah drastis. Dari kejauhan Minah melihat rumahnya banyak orang yang datang. Langkah Minah semakin cepat menuju rumah.

           "Ada apa ini? kok ramai sekali?" tanya Minah pada salah satu tetangga.

           "Minah, suamimu mengalami kecelakaan!" jawab tetangga.

           Minah langsung masuk rumah dan menatap suaminya yang penuh luka dan perban dikepala, tangan dan kakinya, suami Minah seminggu tidak pulang kerumah, ternyata begitu pulang kabar buruk yang diterimanya. Minah tidak merasa iba sama sekali. Begitu tetangga pulang, Minah menyindir suaminya.

          "Inilah hukuman untuk suami yang selingkuh! kenapa wanita itu tidak mau mengurusmu?! apa karena dia hanya mau uangmu saja?!" ucap Minah ketus.

          "Minah! tega sekali kamu bicara seperti itu, aku ini sedang sakit!" jawab suami Minah.

          "Kalau tidak suka dengan ucapanku, pergi saja ke madumu!" hardik Minah.

          "Kejam sekali bicaramu Minah!" ucap suami Minah.

          "Yang kejam itu kamu Kang! kamu sudah menelantarkan kami, enak saja bilang aku kejam!" ucap Minah meninggalkan suaminya.

          Minah menghampiri dua putrinya yang menyaksikan Ibunya bertengkar, Minah mengajak putrinya keluar untuk jajan.

          "Popon, Pipin, ayo ikut Ibu ke warung," ajak Minah pada kedua putrinya.

          Usia Popon sudah 6 tahun, adiknya Pipin usianya 4 tahun. Mereka di ajak Ibunya makan di warung sampai puas. Setelah puas, Minah mengajak putrinya pulang. Suami Minah sudah merasakan lapar, dan meminta Minah menyediakan makanan.

         "Minah, aku lapar, bisakah kamu masak atau membelikan makanan di warung?" tanya suami Minah.

         "Aku tidak punya uang untuk memasak! apalagi beli di warung!" jawab Minah berbohong.

         "Ini ada sedikit uang dari sumbangan teman-temanku, pakailah dulu," jawab suami Minah.

          Minah memandangi suaminya, baginya uang yang diberikan suaminya sudah tidak ada artinya.

         "Maaf Kang! aku capek! aku mau istirahat! beli sendiri saja!" hardik Minah meninggalkan suaminya.

          Suami Minah terdiam dan menahan amarahnya, suami Minah menyuruh Popon untuk membeli nasi. Popon tidak mengerti dengan sikap Ibunya yang mendadak berubah.

          Pertengkaran mulai terjadi setiap hari. Minah merasa sudah tidak membutuhkan suaminya yang sakit dan tidak menghasilkan uang.

          Minah sudah punya cara sendiri untuk menghasilkan uang, dengan cara mempengaruhi pedagang-pedagang agar memakai jasa Dongos jika ingin laris. Suami Minah mulai naik pitam melihat Minah sering keluar dan pulang malam.

***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang