1. Pengangguran sukses

7K 266 57
                                    


"Gila! Udah dua kali gue ikut nggak lulus-lulus juga?" umpat gue ketika mengecek daftar kelulusan tes SBMPTN via online.

"Nggak lagi-lagi deh jerah bener gue" tambah gue mengacak rambut frustasi. Makin kusut awut-awutan dah rambut gue.

Udah dua kali? Itu artinya udah dua tahun berturut-turut gue ikut tes itu doang dan dua kali pula gue nggak lulus? Oh sad. Percuma dong gue gadang tiap malam buat belajar. Prettt!.

Gue baring leyeh leyeh dikasur. Apalah yang bisa dilakukan pengangguran semodelan gue. Selain tidur sama main hp. Seketika mata hendak terpejam tiba-tiba suara klakson menggema dihalaman rumah gue. Sontak hal itu membuat gue terduduk melihat siapakah gerangan yang datang, lewat jendela kamar gue. Ada dua makhluk kasat mata yang belum gue ketahui sampai saat ini jenisnya.

"Assalamu'alaikum!!" "Juli!!" teriakan dua orang itu bersahutan memanggil gue.

Gue turun dari tempat tidur menemui kedua orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Lila sama Taya, temen SMP gue yang masih akrab sampe sekarang.

"Wa'alaikumsalam!! Eh biasa aja donk manggil gue macem mau ngajak ribut aja" seloroh gue meraup rambut menguncirnya keatas.

"Bukan ngajak ribut Jul" sahut Taya, gadis berkaca mata itu ikut duduk dikursi tamu rumah gue.

"Trus mau ngapain? Tumben lu kemari? Nagih utang? Perasaan gue nggak punya utang deh. Gimana mau ngutang? Orang pengangguran gini huahahaha" cerocos gue dengan diiringi gelak tawa girang.

"Pengangguran pengangguran!! Macam situ pekerja aja" balas Lila malas menanggapi ucapan gue.

"Kita nggak nagih utang Jul, kita mau ngutang" timpal Taya mengelap ria kaca matanya.

"Hah ngutang?!! Nggak ada yang ada kutang noh hahaha" tawa gue singkat.

"Hush tuh mulut ya! Sembarangan macam buang kentut" Lila nabok pelan mulut gue kesal.

"Sumur lu kering Jul?" celetuk Taya mengalihkan pembicaraan.

"Hah? Nggak kok, kenapa emang?" balas gue mengerutkan dahi heran. Siapa yang tidak heran ki sanak? Tiba-tiba tamu yang datang menanyakan perihal sumur.

"Kemarau ini Jul... Ah elu mah nggak peka, nggak paham pribahasa" sahut Lila memegangi lehernya memberi clue atas ucapan Taya.

"Minum? Ngemeng dong, mana gue tau lu aus" Gue beranjak kedapur. "Mau yang dingin apa yang biasa?!!" tawar gue sebelum benar-benar beranjak.

"Dingin berwarna Jul!!" koar Taya dengan suara cempreng khasnya.

Gue bawa nampan berisi air putih dingin dengan setomples snack yang bercampur baur sisa kue lebaran haji kemaren.

"Noh makan, sisaan maren" ucap gue menghempaskan body aduhai kekursi.

"Gue pesennya yang berwarna lho Jul" protes Taya sewaktu gue letakan nampan itu diatas meja.

"Eh neng, lu ada ada aja, minta minuman berwarna sama aja minta emas permata sama pengangguran. Mana ada duit buat beli" tutur gue membuka tutup toples mengangsurkan kedepan mereka.

"Eh iya deng gue lupa" balas Taya cengengesan.

"Hoi!!" gue tepuk layar hp china punya Lila yang dari tadi siempuhnya sibuk mandangin hp. Nggak biasa-biasanya sih si Lila gini, mantengin hp.

"Syirik aja lu jones!" umpat Lila menatap gue horor.

"Temen gue udah gede oii udah nggak JONES" gue tekankan kata jones ditelinga Lila. Mungkin merasa tak enak, diletakannya kembali hpnya diatas meja. Meraih setoples snack ke pangkuannya.

JOMBLO SAMPAI HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang